Senin, 08 Agustus 2016

TAK ADA YANG ANEH DENGAN PENGAKUAN FREDDY BUDIMAN

Setelah kematiannya, Jumat (29/07/2016) lalu, Freddy Budiman, terpidana mati kasus narkoba, masih menyisahkan persoalan. Pengakuannya kepada ketua KONTRAS, Harris Azhar, membuat kalangan kepolisian dan TNI gerah. Bukan tidak mungkin masih ada aparat lain yang belum disebut, seperti misalnya hakim, jaksa dan petugas bea cukai.
Pengakuan atau testimoni Freedy kepada Harris kemudian dibuka ke publik lewat media sosial. Hal inilah yang membuat aparat hukum itu seperti kebakaran jenggot. Tak mau semua mata rakyat tertuju kepada mereka, akhirnya 3 institusi, yang merasa diserang oleh testimoni itu, menggunakan senjata ampuh mereka, yaitu pencemaran nama baik. Dan korbannya adalah Harris Azhar.
Karena itulah, situasi negara ini menjadi runyam. Melihat fenomena ini, seorang mantan hakim, mengomentari Freddy Budiman, berkata bahwa Freddy Budiman hidup saja sudah bikin masalah, mati pun bikin masalah. Ini seakan-akan mau mengatakan bahwa Freddy Budiman adalah pribadi bermasalah, entah hidup entah juga mati.
Saya tidak tertarik dengan diskusi soal waktu atau media penyampaian testimoni itu atau juga soal isi testimoni itu sendiri. Saya lebih tertarik dengan substansi dari testimoni itu, yaitu adanya keterlibatan aparat dalam bisnis narkoba. Upaya 3 institusi mempidanakan laporan Harris membuat publik menilai bahwa aparat bersih dari narkoba, dan bahwa aparat tidak terlibat.
Ada juga yang merasa kaget mendengar pengakuan Freddy itu. Padahal perlu diketahui bahwa bisnis narkoba, kapan dan dimanapun, mempunyai 3 pilar utama. Tanpa ketiga pilar bisnis tersebut cepat atau lambat akan mati dengan sendirinya. Ketiga pilar itu adalah: