Selasa, 16 Oktober 2012

Karena Lari

Minggu lalu, dalam pelajaran sekolah minggu, kakak pendamping menceritakan kehidupan jemaat kristen perdana. Intinya, karena iman akan Yesus Kristus, orang-orang kristen dikejar-kejar dan dianiaya.

Hari Minggu, saat mau mulai pelajaran sekolah minggu, Kak Susi mencoba menguji daya ingat anak-anaknya berkaitan dengan pelajaran minggu lalu.

Susi      Adik-adik, kenapa orang kristen pada awal-awalnya dikejar-kejar orang kafir dan orang Romawi?

Anak-anak mulai mengingat-ingat pelajaran minggu lalu. Doni tenang-tenang saja karena memang dia tidak tahu. Minggu lalu dia tidak ikut sekolah minggu karena sibuk mengejar ayam yang mau dipotong.

Susi      Ada yang bisa jawab? Ayo, kenapa jemaat perdana dikenajr-kejar? (Sudah gak sabaran, langsung menunjuk ke Doni) Doni!

Doni     Karena jemaatnya lari, kak! (teringat akan ayam yang lari dikejarnya).

Yg lain        wkwkwkwkwk

by: adrian

(Pencerahan) Kejarlah Prinsipnya

UBAHLAH KITAB SUCI
Seorang terpelajar menghadap Buddha
dan berkata, “Hal-hal yang Tuan ajarkan
tidak terdapat dalam Kitab Suci.”

“Kalau begitu, masukkanlah dalam Kitab Suci,”
kata sang Buddha.

Orang itu malu sejenak, lalu berkata lagi,
“Bolehkah saya memberanikan diri mengemukakan,
bahwa dari hal-hal yang Tuan ajarkan
ada yang jelas-jelas bertentangan dengan Kitab Suci.”

“Kalau begitu, ubahlah Kitab Suci,”
kata sang Buddha

ð  Sebuah usul diajukan kepada Perserikatan Bangsa-bangsa, agar semua Kitab Suci dari semua agama di seluruh dunia ditinjau kembali. Semua ayat yang mengarah kepada intoleransi, kekejaman atau fanatisme harus dihapus. Segala sesuatu yang mengurangi martabat dan kesejahteraan manusia, harus dihilangkan.
Ketika diketahui bahwa usul itu diajukan oleh Yesus Kristus sendiri, para wartawan bergegas menyerbu tempat kediaman-Nya untuk meminta penjelasan lebih lanjut. Penjelasan-Nya sederhana dan singkat saja, “Kitab Suci, seperti hari Sabat, adalah untuk manusia. Bukan manusia untuk Kitab Suci.”

by: Anthony de Mello, Burung Berkicau
Baca juga refleksi lainnya:

Renungan Hari Selasa Biasa XXVIII - Thn II

Renungan Hari Selasa Pekan Biasa XXVIII B/II
Bac I  Gal 4: 31b – 5: 6 ; Injil    Luk 11: 37 – 41

Dalam Injil hari ini Yesus mengecam sikap munafik kaum farisi berkaitan dengan hukum atau kebiasaan mencuci tangan sebelum makan. Yesus mencela sikap mereka yang hanya memperhatikan hal-hal lahiriah, sementara yang batiniahnya dilupakan. Kemunafikan para farisi ini terlihat dari sikap mereka yang hanya menekankan aturan-aturan sepele; memperhatikan yang lahiriah saja, sementara yang batiniah penuh dengan kebobrokan.

Lewat peristiwa ini Yesus menghendaki agar para murid menjaga keseimbangan antara lahiriah dan batiniah. Ini terlihat dengan perumpamaan atau perbandingan yang diangkat oleh Yesus: pembuatan cawan atau pinggan. Setiap cawan selalu ada bagian luar dan bagian dalam. Tak akan mungkin orang membuat cawan hanya ada bagian dalam saja.

Apa yang disoroti oleh Yesus ini dibahas juga oleh Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Galatia. Paulus mencela sikap orang yang sudah mengaku kristen (pengikut Kristus) tapi masih memperhatikan dan menekankan masalah hukum dan adat Yahudi. Bagi Paulus Kristus sudah membebaskan kita (Gal 5: 1).

Sabda Tuhan hari ini menghendaki kita agar kita sadar bahwa Kristus sudah memerdekakan kita. Oleh karena itu, hendaklah hidup kita selaras dengan hidup Kristus. Jangan bersikap munafik seperti kaum farisi yang hanya sibuk dengan hal-hal lahiriah dan sepele. Kita hendaknya memprioritaskan aspek batiniah. Karena dari dalamlah akan terpancar ke luar.

by: adrian

Orang Kudus 16 Oktober: St. Gerardus Mayella

SANTO GERARDUS MAYELLA
Gerardus lahir di Muro Lucano, Napoli Selatan, Italia pada April 1726. Beliau dikenal sebagai bruder awam dalam Tarekat Redemptoris yang didirikan oleh Santo Alfonsus Liguori. Ia membuat banyak mujizat dan tanda heran baik selagi masih hidup maupun sesudah kematiannya.

Semua karunia adikodrati itu sesungguhnya sudah dialami Gerardus sejak masa kecilnya. Sewaktu kecil Gerardus biasa suka bermain dengan kawan-kawannya. Hal ini merupakan pengalaman umum anak-anak. Apabila kawan-kawannya tidak mau bermain dengannya, ia biasa masuk ke kapela untuk sekedar melihat-lihat patung Bunda Maria dan Kanak-kanak Yesus yang ada di sana. Konon pada suatu hari, Kanak-kanak Yesus turun dari gendongan Maria dan bermain-main dengan Gerardus. Pengalaman ini menumbuhkan dalam hatinya cinta dan kerinduan besar pada Yesus. Karena cinta dan kerinduan itu ia ingin sekali cepat menyambut Tubuh Kristus. Konon pada umur 7 tahun Malaikat Agung Mikael memberinya Komuni Kudus secara ajaib, meski aturan Gereja pada masa itu belum mengizinkan dia menerima Komuni Kudus.

Ketika berusia 12 tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia terpaksa berhenti sekolah karena harus menggantikan ayahnya mencari nafkah bagi ibu dan adik-adiknya. Ia menjadi pelayan seorang tukang jahit. Sambil melayani majikannya ia juga belajar menjahit. Ia memperoleh manfaat ganda dari pekerjaannya itu, yaitu dapat menghidupi ibu dan adik-adiknya dan mahir/terampil menjahit pakaian. Setelah itu, ia berhenti bekerja pada majikannya itu dan menjadi pelayan di istana Uskup Lacedonia. Di sini ia semakin berkembang dalam kehidupan rohaninya karena mempunyai banyak waktu tenang untuk berdoa. Pada suatu hari kunci rumah yang ada di saku bajunya jatuh ke dalam sumur ketika ia sedang menimba air. Pelayan yang lain berdiri mengelilingi sumur itu sambil memarahi dia. Tetapi dia sendiri tidak hilang akal. Ia segera berlari ke dalam kapela dan mengambil patung anak Yesus. Patung itu diikatnya pada timba lalu diturunkannya ke dalam sumur. Sungguh mengherankan bahwa ketika ditarik kembali timba itu, kunci itu melekat erat di tangan Yesus; Yesus memberi kembali kunci itu kepadanya. Kawan-kawannya terheran-heran karena tanda heran itu. Bagi Gerardus sendiri pengalaman ini semakin menebalkan imannya dan mendorongnya lebih kuat untuk menjalani hidup bakti kepada Tuhan di dalam biara. Sepeninggal Uskup Lacedonia, Gerardus kembali ke kampung halamannya dan mendirikan usaha jahit menjahit bagi kehidupan keluarganya.

Di Muro Lucano usahanya berkembang baik. Dengan pendapatannya ia lebih banyak membantu ibu dan adik-adiknya, orang-orang miskin bahkab juga Gereja. Sementara itu cita-citanya menjadi biarawan terus mengusik batinnya. Ia selalu mengajukan permohonan kepada pimpinan tarekat Redemptoris tetapi ditolak karena kesehatannya kurang baik. Namun karena niatnya yang benar-benar tulus dan murni, akhirnya pada 1749 ia diterima juga dalam tarekat itu di Deliceto. Santo Alfonsus Liguori, pendiri tarekat Redemptoris, benar-benar kagum pada Gerardus karenassaleh dan rajin dalam tugas-tugasnya. Oleh karena itu, Alfonsus memperpendek masa novisiatnya tidak sebagaimana biasanya menurut aturan yang ada. Pada 1752 ia mengucapkan kaulnya sebagai bruder awam dalam tarekat Redemptoris.

Di dalam biara Gerardus ditugaskan menjadi penjaga pintu, koster, perawat rekan-rekannya yang sakit dan menjahit pakaian bagi semua penghuni biara. Tiga tahun berikutnya ia mulai terkenal luas karena berbagai tanda heran yang dilakukannya. Ia pandai meramal, dapat berada sekaligus di dua tempat pada saat yang sama (bilokasi), membaca pikiran dan hati nurani seseorang dan dapat berkomunikasi dengan binatang-binatang. Pernah dalam suatu keadaan ekstase ia terbang sejauh setengah mil jauhnya.

Karena semua karunia adikodrati itu Gerardus ditunjuk menjadi pembimbing rohani untuk beberapa biara dan diangkat sebagai penasehat rohani bagi rohaniwan lainnya. Ia bekerja di biara Napoli dan Caposele dan sering mendampingi para misionaris dalam perjalanan-perjalanan misioner mereka ke berbagai tempat. Ia sendiri mengadakan beberapa kali penyembuhan orang sakit secara ajaib. Hari dan jam kematiannya diketahui pasti jauh sebelum terjadi. Gerardus meninggal dunia pada 15 Oktober di biara Caposele, Italia. Pada 29 Januari 1755 ia dinyatakan sebagai 'beato' oleh Paus Leo XIII (1878 - 1903) dan dinyatakan 'kudus' oleh Paus Pius X (1903 - 1914) pada 11 Desember 1904.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun