Rabu, 07 Januari 2015

Sebab Umum Konflik Orang Tua dan Remaja

SEBAB-SEBAB UMUM PERTENTANGAN KELUARGA SELAMA MASA REMAJA
Standar Perilaku
Remaja sering mengangap standar perilaku orang tua yang kuno dan yang modern berbeda dan standar perilaku orang tua yang kuno harus menyesuaikan diri dengan yang modern.

Metode Disiplin
kalau metode disiplin yang digunakan orang tua dianggap “tidak adil” atau “kekanak-kanakan”, maka remaja akan memberontak. Pemberontakan yang terbesar terjadi dalam keluarga di mana salah satu orang tua lebih berkuasa daripada yang lainnya, terutama bila ibu yang mempunyai kekuasaan terbesar. Sebaliknya, dalam hubungan perkawinan yang sederajat jumlah pemberontakan tidak terlampau banyak.

Hubungan dengan Saudara Kandung
Remaja mungkin menghina adik-adiknya dan membenci kakak-kakaknya sehingga menimbulkan pertentangan dengan mereka dan juga dengan orang tua yang dianggap bersikap “pilih kasih”.

Merasa Menjadi Korban
Remaja sering merasa benci kalau status sosioekonomi keluarga tidak memungkinkannya mempunyai simbol-simbol status yang sama dengan yang dimiliki teman-teman, seperti pakaian, mobil, dan sebagainya; remaja tidak menyukai bila harus memikil tanggung jawab rumah tangga seperti merawat adik-adik atau bila orang tua tiri masuk ke rumah dan mencoba “memerintah”. Hal ini tidak disukai orang tua dan menambah ketegangan hubungan orang tua-remaja.

Sikap yang Sangat Kritis
Anggota keluarga tidak menyukai sikap remaja yang terlampau kritis terhadap diri mereka dan terhadap pola kehidupan keluarga pada umumnya.

Besarnya Keluarga
Dalam keluarga sedang – yang terdiri dari tiga atau empat anak – lebih sering terjadi pertentangan dibandingkan dengan dalam keluarga kecil atau keluarga besar. Orang tua dalam keluarga besar tidak membenarkan adanya pertentangan, sedangkan dalam keluarga kecil remaja bersikap lebih lunak dan tidak merasa perlu untuk memberontak.

Perilaku yang Kurang Matang
Orang tua sering mengembangkan sikap menghukum bila para remaja mengabaikan tugas-tugas sekolah, melalaikan tanggung jawab atau membelanjakan uang semaunya. Remaja membenci sikap kritis dan sikap menghukum itu.

Memberontak terhadap Sanak Keluarga
Orang tua dan sanak keluarga menjadi marah bila remaja mengungkapkan perasaannya secara terang-terangan bahwa pertemuan-pertemuan keluarga “membosankan” atau bila remaja menolak usul dan nasehat-nasehat mereka.

“Masalah Palang Pintu”
Kehidupan sosial remaja yang baru dan yang lebih aktif dapat mengakibatkannya melanggar peraturan keluarga mengenai waktu pulang dan mengenal teman-teman dengan siapa ia berhubungan, terutama teman-teman lawan jenis.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 233.
Baca juga:

Orang Kudus 7 Januari: St. Lusianus

SANTO LUSIANUS, MARTIR
Lusianus berkebangsaan Syria dan lahir di kota Samosata. Ia merupakan seorang ahli sastra. Keahlian ini mewarnai seluruh karyanya sebagai seorang imam. Minatnya terpusat seluruhnya pada pendidikan agama dan penerjemaan Kitab Suci. Terjemahan ini sangat berguna bagi Santo Hieronimus, yang menerjemahkan Kitab Suci dari Bahasa Yunani ke dalam Bahasa Latin, yang lazim disebut Vulgata.

Lusianus ditangkap karena imannya dan usaha penyebaran iman yang dilakukannya. Saat pengadilan atas dirinya di depan Mahkamah Pengadilan dimanfaatkan benar-benar untuk menerangkan agama Kristen. Hakim sangat tertegun mendengarkan kesaksian Lusianus dan tak sanggup membantah kebenarannya. Ia kemudian dipenjarakan tanpa diberi makan dan minum. Katika lapar dan haus, kepadanya disuguhkan makanan lezat yang sudah dipersembahkan kepada dewa-dewi. Dengan tegas dia menolak untuk makan. Ketegasan ini bukan karena hal itu merupakan dosa, tetapi karena ia tak ingin menjadi batu sandungan bagi para umatnya yang masih lemah imannya.

Meski hebat penderitaannya, Lusianus tetap teguh imannya. Akhirnya pada tahun 312, ia pun meninggal dunia dalam kekokohan iman yang tak tergoyahkan.

sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 7 Januari:

Renungan Hari Rabu sesudah Epifani, Thn B

Renungan Hari Rabu sesudah Epifani, Thn B/I
Bac I    1Yoh 4: 11 – 18; Injil                        Mrk 6: 45 – 52;

Hari ini Injil mengisahkan perjuangan para murid menghadapi badai dan ketakutan. Dikisahkan bahwa setelah berpisah dengan Tuhan Yesus, para murid menyeberang dengan perahu. Di tengah danau, pada malam hari, mereka diterjang angin sakal. Mereka bukan hanya kepayahan menghadapi gelombang danau, melainkan juga kepanikan. Ada di antara mereka yang tidak bisa berenang. Situasi ini diperparah dengan kehadiran Tuhan Yesus, yang dikira hantu. Mereka menjadi ketakutan. Yesus, yang seharusnya datang untuk menyelamatkan, ditakuti. Namun setelah Tuhan Yesus naik ke dalam perahu, angin pun reda, dan ketakutan mereka pun hilang.

Bacaan pertama hari ini seakan mau merefleksikan peristiwa di atas. Yohanes, dalam suratnya yang pertama, mencoba merenungkan kembali kejadian tersebut. Titik tolak Yohanes adalah ajaran Tuhan Yesus, yaitu kasih. Bagi Yohanes, kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan. Kepanikan dan ketakutan yang terjadi pada diri murid-murid disebabkan karena ketiadaan kasih dalam perahu itu. Namun ketika Tuhan Yesus naik ke dalam perahu itu, semuanya hilang. Yesus adalah ungkapan kasih Allah. Dia adalah Juruselamat.

Sering dalam kehidupan kita selalu kepanikan dan ketakutan. Sebagaimana yang dikatakan Yohanes, ketakutan dan juga kepanikan itu bisa muncul karena kita tidak mempunyai kasih. Karena itu, melalui sabda-Nya, Tuhan menghendaki kita untuk senantiasa menumbuhkan kasih dalam hidup. Kasih merupakan inti ajaran Tuhan Yesus. ia merupakan perintah utama bagi pengikut Kristus. Dengan kasih, kita dapat menghalau ketakutan dalam hidup, karena Allah ada di dalam kita.

by: adrian