Minggu, 07 Februari 2016

Renungan Hari Minggu Biasa V - C

Renungan Hari Minggu Biasa V, Thn C/II
Bac I  Yes 6: 1 – 2a, 3 – 8; Bac II       1Kor 15: 1 – 11;
Injil    Luk 5: 1 – 11;
Sabda Tuhan hari ini memiliki tema tentang panggilan dan perutusan. Bacaan pertama, yang diambil dari Kitan Nabi Yesaya, berbicara tentang panggilan dan perutusan Yesaya. Diawali dengan penglihatan Yesaya tentang Tuhan dengan segala kemegahan-Nya di dalam Bait Suci. Dalam penglihatan itu, Yesaya mendengar pertanyaan Tuhan, “Siapakah yang akan Kuutus dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” (ay. 8). Pertanyaan ini sangat jelas ditujukan kepada Yesaya. Karena itulah, dengan tegas Yesaya menjawab, “Ini aku, utuslah aku!” Yesaya menerima panggilan Tuhan dan siap diutus untuk menyampaikan pesan Tuhan kepada bangsa Israel.
Kisah panggilan kembali terlihat dalam Injil hari ini. Panggilan itu terjadi pada diri Simon Petrus, dan juga Yakobus dan Yohanes. Berawal dari kisah mukjizat yang dialami oleh Simon Petrus dan teman-temannya, yaitu mendapat ikan dalam jumlah yang sangat besar. Dari sinilah Tuhan Yesus memanggil mereka, “Mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” (ay. 10). Sama seperti Yesaya yang langsung menanggapi panggilan Tuhan, Simon dan kedua rekannya pun langsung menanggapi panngilan Tuhan Yesus. Dikatakan bahwa mereka segera menghela perahu mereka ke darat dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikuti Yesus (ay. 11).
Bacaan kedua, yang diambil dari surat Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus, mau bercerita tentang panggilan dan perutusan Paulus serta apa tujuannya. Paulus mengatakan bahwa dibandingkan para rasul, dia adalah yang paling hina, “sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah” (ay. 9). Dalam suratnya Paulus menjelaskan juga akan tugas perutusannya, yaitu memberitakan Injil (ay. 1). Tujuan pemberitaannya, dan juga pemberitaan para rasul lainnya, itu adalah supaya jemaat menjadi percaya (ay. 11)
Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita akan tugas perutusan kita. Sakramen baptis yang telah kita terima membuat kita turut ambil bagian tugas perutusan Tuhan Yesus untuk mewartakan Injil. Bapa-bapa Paus kita, seperti Yohanes Paulus II, Benediktus XVI dan Paus Fransiskus, senantiasa menyerukan supaya umat Kristiani mewartakan tentang Kristus dan karya keselamatannya. Tujuannya pertama-tama bukan supaya orang diselamatkan, melainkan agar orang tahu dan menjadi percaya.***
by: adrian

Orang Kudus 7 Februari: St. Rosalie Rendu

BEATA ROSALIE RENDU, PENGAKU IMAN
Terlahir sebagai Yohana Maria Rendu, Rosalie lahir pada 9 September 1786 di Confort, Gex, Perancis. Ia adalah puteri tertua dari empat puteri keluarga Rendu. Ketika berusia 3 tahun, meletuslah Revolusi Perancis. Saat itu kaum religious dipaksa untuk bersumpah setia mendukung pemerintahan revolusi. Banyak di antara kaum religious yang menolak dibunuh, dan ada juga yang memilih bersembunyi.
Keluarga Rendu termasuk keluarga yang memberikan penampungan bagi para kaum religius yang bersembunyi. Salah satunya adalah Uskup Annecy, yang menyamar dengan menggantikan nama menjadi Pierre. Suatu malam, Rosalie mendapati Bapa Uskup merayakan misa, sehingga ibunya terpaksa memberitahu identitas Pierre yang sebenarnya. Dalam keadaan seperti ini, Rosalie terpaksa harus menerima Komuni Pertamanya secara sembunyi-sembunyi di ruang bawah tanah rumah mereka.
Pada 12 Mei 1796 Rosalie kehilangan ayahnya, dan pada 19 Juli 1796 giliran adik terkecilnya, yang baru berusia 4 bulan meninggal. Rosalie kemudian dikirim oleh ibnya untuk mendapat pendidikan dari suster-suster Ursulin di Gex setelah keadaan kembali normal. Setelah 2 tahun bersama suster Ursulin, Rosalie mendapati sebuah rumah sakit, dimana para suster Puteri Kasih sedang merawat orang sakit. Rosalie tertarik dan bahkan berkeinginan menjadi biarawati Puteri Kasih.

Orang Kudus 7 Februari: St. Anselmus Palanco

BEATO ANSELMUS PALANCO, USKUP & MARTIR
Anselmus Palanco lahir pada 16 April 1881 di Valdavia, Spanyol. Ia adalah putera dari seorang petani. Menjawab panggian Tuhan Anselmus bergabung dengan Ordo Agustinian di Valladolid, Spanyol pada tahun 1897. Anselmus belajar filsafat dan teologi di Biara St. Maria de la Vid, dan pada Desember 1904 ia ditahbiskan sebagai seorang imam. Ia melanjutkan pendidikannya di Jerman, dan saat kembali ke Spanyol ia mengajar di Valladolid dan biara de la Vid.
Anselmus kemudian menjadi prior pada komunitas di Valladolid. Tak lama kemudian ia dipindahkan ke Philippine, Spanyol sebagai penasehat provinsial. Tahun 1932 Anselmus menjadi prior provinsi Nama Suci Yesus di Philippine. Sebagai prior ia harus mengunjungi para biarawan Agustinian yang menjadi misionaris dan tersebar di berbagai Negara, seperti China, Amerika, Filipina, Kolombia, Peru.
Pada tahun 1935 Anselmus ditunjuk sebagai Uskup Teruel dan Administrator Apostolik Albarracin. Saat itu sutuasi sedang sangat sulit. Perang saudara terjadi di Teruel, dan pada akhirnya pihak Republik menguasai Teruel pada tahun 1938. Anselmus ditangkap bersama Vikaris Jenderalnya (Filipus Ripoli Morata). Anselmus mendapat tekanan dan bahkan sempat dipaksa untuk menandatangani pernyataan dukungan kepada Republik. Pihak Republik bahkan berjanji akan mendukungnya menduduki jabatan Uskup Agung Barcelona. Namun semua itu ditolak oleh Anselmus.
Anselmus dan Filipus Ripoli ditahan selama 13 bulan. Akhirnya kedua orang itu ditembak mati sebelum perang saudara berakhir. Anselmus Palanco meninggal dunia pada 7 Februari 1939 di Pont de Molins, Gerona, Spanyol. Pada 1 Oktober 1995 ia dibeatifikasi bersama Filipus Ripoli oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 7 Februari: St. Pius IX

BEATO PIUS IX, PAUS & PENGAKU IMAN
Terlahir sebagai Giovanni Maria Mastai-Ferretti, Pius IX adalah Paus ke-225 Gereja Katolik, yang menjadi Paus pada tahun 1846 – 1878. Giovanni lahir pada 13 Mei 1792 di Senigallia, Italia. Ia adalah putera dari Geronamo Ferretti dan Caterina Solazzi, yang berasal dari keluarga bangsawan. Sejak tahun 1802 – 1809 ia belajar di kolose Piarist di Volterra. Setelah itu ia pergi ke Roma untuk belajar filsafat dan teologi, tetapi ia harus meninggalkan pendidikannya pada tahun 1810 karena masalah politik.
Pada tahun 1814 Giovanni kembali ke Roma dan mendaftarkan diri dalam apasukan penjaga Paus, tetapi ditolak karena sejak kecil ia menderita epilepsi. Giovanni kemudian melanjutkan belajar teologi di seminari Romawi pada tahun 1814 – 1818, dan selama itu juga penyakit epilepsinya hilang. Pada 10 April 1819 ia ditahbiskan sebagai imam di Roma. Paus Pius VII menunjuknya sebagai pembimbing spiritual sebuah panti asuhan yang dikenal dengan nama Tata Giovanni.
Giovanni dikirim sebagai auditor bagi delegasi kapausan Mgr. Muzzi di Chilli pada tahun 1823. Ia kembali pada tahun 1825 dan menjadi Kanon di Gereja St. Maria di Via Lata, Roma. Paus Leo XII menunjuknya sebagai direktur rumah sakit San Michele. Giovanni kemudian diangkat sebagai Uskup Agung Spoleto pada 21 Mei 1827 oleh Paus Leo XII.
Pada 17 Februari 1832 Paus Gregorius XVI memindahkannya ke Keuskupan Agung Imola, dan pada 14 Desember 1840 ia diangkat sebagai Kardinal. Ketika Paus Gregorius XVI meninggal pada tahun 1846, para cardinal memilih Giovanni sebagai penggantinya. Giovanni kemudian mengambil nama Pius IX pada 16 Juni 1846.