Kamis, 17 Juli 2014

Orang Kudus 17 Juli: St. Magdalena Albrici Como

BEATA MAGDALENA ALBRICI COMO, BIARAWATI
Magdalena Albrici lahir pada sekitar tahun 1415 di Como, Lombardia. Ia adalah puteri dari keluarga bangsawan yang berkecukupan. Ketika Magdalena berusia duapuluh tahun, ia terpanggil untuk menjadi seorang biarawati, dan memutuskan untuk masuk biara Benediktin, sebelum ia berubah pikiran dan masuk biara St. Andrea yang lebih miskin, dan menerapkan aturan St. Agustinus.

Magdalena kemudian terpilih menjadi abdis biara, dan banyak orang terpanggil untuk masuk biaranya. Magdalena kemudian merasa perlu untuk menjalin hubungan dan juga pengakuan dari Ordo Agustinian, dan hal ini ia lakukan sampai terjalin hubungan antara biaranya dengan Ordo Agustinian pada tahun 1455. Magdalena banyak dicari orang terutama oleh mereka yang membutuhkan bimbingan spiritual, dan Magdalena pun mendirikan biara lain dan mempromosikan ordo ketiga St. Agustinus.

Magdalena mengabdikan dirinya merawat orang sakit, dan menghibur mereka yang membutuhkan pertolongan. Pada akhir masa hidupnya, Magdalena mengalami sakit yang berkepanjangan, hingga pada tanggal 13 atau 15 Mei 1465, Magdalena Albrici, O.S.A., meninggal dunia. Pada 10 Desember 1907, ia dibeatifikasi oleh Paus Pius X.

sumber: http://santosantagereja.blogspot.com/2012/07/b-magdalena-albrici-dari-como.html
Baca juga orang kudus hari ini:
     1.      St. Alexis
     2.      St. Yuli Postel

Yesus Itu Orang Islam

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Muhammad SAW pada abad VII. Salah satu syarat utama untuk menjadi penganut agama islam adalah dengan mengucapkan syahadat "AsshHaduala ilahailallah wa AsshHaduana muhammadurrasulullah", yang artinya: aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah rasul Allah. Orang yang menganut agama islam sering disebut muslim.

Tentu sebagian besar orang langsung kaget dengan judul tulisan ini. Bagi orang kristiani, Yesus adalah peletak dan dasar bagi iman dan ajaran agama kristen. Diketahui bahwa Yesus sudah ada jauh sebelum Muhammad lahir dan menjadi rasul Allah. Selisihnya sekitar 6 abad. Jika demikian bagaimana mungkin Yesus disebut sebagai seorang muslim tanpa menyebut wa AsshHaduana muhammadurrasulullah?

Agar tidak bingung dan dapat memahami judul di atas, maka terlebih dahulu kita harus memahami arti dan makna kata “islam”. Kata ini tak bisa dipisahkan atau dilepaskan dari kata “muslim”. Keduanya berkaitan erat. Muslim adalah orang yang memeluk agama islam. Jadi, muslim itu sama artinya dengan orang islam; atau dengan kata lain, muslim itu merupakan ungkapan lain untuk istilah/frase orang islam. Dan itulah Yesus. Kalau begitu, apa arti islam?

Secara etimologis kata “islam” berasal dari bahasa Arab, yang diambil dari kata salima dengan arti selamat. Dari kata salima itu terbentuk kata aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh/taat. Kata ini terdapat dalam QS al-Baqarah ayat 112: “Bahkan, barangsiapa menyerahkan diri (aslama) kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati.”

Selain dua kata itu, Al-Quran juga memakai kata kerja “islam” dengan kata yuslim yang berarti tunduk atau menyerah/berserah diri kepada Allah. Tentang makna penyerahan diri secara total, kita dapat menemukan akar kata “islam” pada kata istalma mustaslima. Ini seperti terdapat dalam QS Ash-Shaffat ayat 26: ”Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.” Karena itu, menjadi muslim berarti beriman kepada Allah dengan tunduk kepada kehendak-Nya dan melaksanakan perintah-Nya. Mungkin dengan ketaatan ini maka datanglah selamat atau keselamatan.

Selain berarti berserah diri, tunduk/taat, akar kata “islam” juga memiliki arti menyelamatkan orang lain. Ini dapat ditemukan pada kata sallama. Kata ini tentu tak bisa dilepaskan dari kata salima yang berarti selamat. Maka orang muslim berarti orang yang sallama, menyelamatkan orang lain.

Sampai di sini kita menemukan dua makna besar dari kata “islam”, yaitu berserah diri sebagai ungkapan ketaatan atau kepatuhan dan menyelamatkan atau keselamatan. Orang islam, atau seorang muslim dituntut untuk berserah diri kepada Allah. Sikap berserah diri ini terlihat dari membiarkan kehendak Allah yang terjadi pada dirinya. Seorang muslim wajib taat pada kehendak Allah sekalipun kehendak Allah itu bertentangan dengan harapan dan keinginan dirinya. Selain itu juga, seorang muslim terpanggil untuk menyelamatkan orang lain (umat manusia). Menyelamatkan manusia ini tidak boleh mengikuti kehendak pribadi, melainkan kehendak Allah. Jadi, ada kaitan erat antara menyelamatkan (orang) dengan sikap tunduk dan berserah diri kepada Allah.

Gambaran muslim itu terlihat dalam diri Yesus. Semasa hidup-Nya, Yesus melaksanakan apa yang diperintahkan Allah. Bahkan kematian Yesus di kayu salib mengungkapkan ketaatan pada kehendak Allah. Yesus tahu bahwa dengan kematian-Nya di kayu salib, yang merupakan ungkapan ketaatan atau penyerahan total diri-Nya pada kehendak Allah, maka datanglah keselamatan bagi umat manusia. Maka dari itu, pantaslah dikatakan bahwa Yesus itu adalah orang islam sejati. Dia benar-benar melaksanakan apa yang ada di dalam Al-Quran: berserah diri dan taat pada perintah Allah.

Demikianlah alasan kenapa Yesus dikatakan sebagai orang islam. Dia berserah diri secara total dan patuh setia pada kehendak Allah hingga wafat di kayu salib demi keselamatan umat manusia. Semua yang dilakukan Yesus adalah gambaran dari kata “islam”, baik dalam pengertian etimologis maupun biblis. Namun ironisnya Al-Quran malah menolak kematian Yesus di kayu salib. Di satu sisi Al-Quran menyarankan agar umat muslim berserah diri dengan tunduk pada kehendak Allah, namun ketika ada orang yang berserah diri dengan taat pada kehendak Allah (yaitu Yesus Kristus), malah ditolak. Al-Quran, dalam surah al-Nisa’ ayat 157, tidak mengakui bahwa yang tergantung di kayu salib itu adalah Yesus Kristus. Dan ini menjadi kepercayaan orang islam hingga kini.

Apa yang dilakukan Al-Quran terhadap Yesus dapat diperbandingkan demikian. Seorang dokter mengatakan kepada pasiennya bahwa dia hanya bisa sembuh jika A, B, C dan D. Karena memang ingin sembuh, maka pasien itu pun melakukan A, B, C dan D; persis seperti yang diperintahkan dokter padanya. Namun pada akhirnya dokter mengatakan kepadanya bahwa dirinya tidak sembuh, tanpa memberikan alasan. Tentulah pasien itu amat kecewa atas ketidak-konsistenan si dokter.

Akan tetapi, kematian Yesus di kayu salib bukan bertujuan untuk mendapatkan pengakuan sebagai orang islam. Kematian-Nya hendak mengungkapkan kesetiaan dan kepatuhan pada kehendak Allah demi karya penebusan. Kematian Yesus merupakan ungkapan cinta-Nya yang tanpa pamrih kepada umat manusia. Di sini Yesus mau mengajari kita untuk taat pada kehendak Allah, sekalipun kehendak Allah itu bertentangan dengan harapan dan keinginan. Yesus juga menghendaki agar kita meneladani cinta-Nya, mencintai orang lain hingga pengorbanan. Ketaatan pada Allah dan cinta pada sesama bukan pertama-tama bertujuan untuk mendapatkan pengakuan.

Ketidak-tegasan dan ketidak-jelasan Al-Quran dapat berdampak pada kebingungan orang yang beritikad baik. Karena, ketika ia hendak berserah diri kepada Tuhan, patuh dan setia melaksanakan perintah Tuhan, ia akan dihadapkan pada “penolakan” Al-Quran. Yesus sudah mengalaminya. Di satu sisi Yesus terlihat sebagai seorang muslim sejati (menurut Al-Quran) dengan berserah diri dan taat pada kehendak Allah sampai wafat di kayu salib, namun di sisi lain Al-Quran sendiri menolak sikap dan tindakannya yang sudah sesuai dengan Al-Quran.
­­Jakarta, 24 April 2014
by: adrian
sumber:
1.      www.risalahislam.com
3.      Louay Fatoohi, The Historical Jesus. Bandung: Mizan, 2013


Baca juga:

1.      Penghinaan Agama

Renungan Hari Kamis Biasa XV - Thn II

Renungan Hari Kamis Biasa XV, Thn A/II
Bac I    Yes 26: 7 – 9, 12, 16 – 19; Injil       Mat 11: 28 – 30;

Baik dalam bacaan pertama maupun dalam Injil hari ini terdapat ajakan untuk belajar; dan sumber belajarnya adalah Tuhan. Dalam bacaan pertama, Yesaya menampilkan Tuhan sebagai sosok hakim yang adil. Karena itu, umat menantikan saat Tuhan menjalankan penghakiman itu. Umat yang jalannya lurus, tentulah tidak akan merasa gentar karena damai sejahtera akan didapatnya. Tuhan telah menyediakan damai sejahtera bagi umat-Nya. Dalam penghakiman itulah, umat dapat belajar dari Tuhan tentang apa yang benar. Tentu pelajaran ini bukan semata untuk dirinya sendiri, melainkan diterapkan dalam hidup, sebagaimana yang Tuhan contohkan.

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus meminta umat untuk belajar dari Dia. Yang dipelajari adalah sikap hidup Tuhan Yesus yang lemah lembut dan rendah hati. Umat diminta untuk sama seperti sikap Tuhan Yesus sehingga dengan demikian ia “akan mendapat ketenangan.” (ay. 29). Terkesan bahwa pelajaran Yesus ini ditujukan kepada siapa saja yang sedang “letih lesu dan berbeban berat.” (ay. 28). Jadi, dengan datang kepada Tuhan Yesus dan belajar pada-Nya, maka umat akan mendapat damai sejahtera.

Sabda Tuhan hari ini dengan jelas hendak mengajak kita untuk mau belajar dari Tuhan. Belajar di sini bukan sekedar memuaskan hasrat intelektual saja, melainkan diterapkan dalam kehidupan. Dengan kata lain, pelajaran dari Tuhan bersifat praktis. Ketika ia diterapkan dalam hidup, maka manfaatnya akan dapat terasa. Dan Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa hidup sesuai dengan apa yang telah dicontohkan Tuhan.

by: adrian