Kamis, 07 Agustus 2014

Indahnya Kerukunan

 
 
 
 
 
 
 


Kucing dan anjing saja bisa,
kenapa kita, sesama manusia, susah?

Orang Kudus 7 Agustus: St. Kayetanus

SANTO KAYETANUS, PENGAKU IMAN
Orang kudus ini sungguh dikenal luas karena jasa-jasanya untuk Gereja Kristus dalam tugasnya sebagai uskup di Tiene, Italia. Hingga sekarang, namanya terus harum di kalangan umat Kristen Italia. Kayetanus lahir di Vicenza, dekat Venesia, pada tahun 1480. Pada umur 24 tahun, ia mendapat gelar doktor dalam ilmu hukum. Ia bekerja di Roma untuk beberapa tahun, kemudian diangkat sebagai senator di kota kelahirannya.

Ketika menginjak usia 36 tahun pada tahun 1516, Kayetanus ditahbiskan menjadi imam. Sejak saat itu ia bertekad mengabdikan dirinya kepada Tuhan dan sesamanya. Ia mengarahkan perhatiannya kepada orang-orang miskin dan sakit serta yang sudah lama menjauhkan diri dari Gereja. Didukung oleh doa-doanya, Kayetanus melaksanakan tugas pengabdiannya dengan penuh semangat. Bersama dengan Carafa, yang kemudian menjadi Paus Paulus V (1605 – 1621), Kayetanus berjuang memperbaiki tertib hidup Gereja. Untuk mencapai apa yang diinginkan, Kayetanus bersama Carafa memberi kesaksian hidup yang baik untuk mempengaruhi orang lain ke jalan yang baik. Ia menjadi anggota perkumpulan diri dalam karya-karya amal kasih. Anggota perkumpulan ini berasal dari golongan masyarakat bawah yang mempunyai semangat juang yang tinggi.

Keluarganya yang bangsawan itu merasa dihina oleh anaknya sendiri karena hubungannya dengan orang-orang sederhana itu. Tetapi hal itu tidak dipedulikannya karena semangatnya untuk mengabdi sesame. Ia bahkan semakin aktif dalam berbagai kegiatan amal. Ia mendirikan rumah sakit-rumah sakit dan lembaga-lembaga amal lain yang bermaksud menolong banyak orang lain terutama yang miskin. Jasanya yang lain yang menonjol ialah bahwa ia melancarkan tindakan-tindakan praktis untuk memperbaiki taraf hidup rohani dan keilmuan para imam sekulir. Bersama dengan sahabatnya Carafa yang telah menjadi Uskup Teatum, Kayetanus mendirikan Tarekat Imam-imam Regulir, yang dikenal dengan nama Tarekat Teatin. Anggota-anggota tarekat ini menjalani hidupnya seperti imam-imam praja untuk membuktikan bahwa kesucian imamat dapat dicapai di luar kehidupan membiara. Penghayatan kemiskinan sungguh luar biasa. Mereka tidak diperkenankan meminta derma atau barang kebutuhan lainnya dari orang lain. Kepercayaan mereka ini sering dibalas Tuhan dengan tanda-tanda mukjizat luar biasa. Salah satu mukjizat yang biasa terjadi adalah mukjizat tersedianya makanan di depan pintu rumah mereka apabila mereka kehabisan makanan pada hari itu.

Rumah pertama tarekat ini dibangun di kota Roma. Dari rumah ini, Kayetanus bersama rekan-rekannya melancarkan karya mereka untuk menolong orang-orang miskin dan sakit di kota Roma. Mereka tekun sekali mewartakan Injil, merayakan sakramen-sakramen. Karena kegiatan-kegiatan rohani ini, Kayetanus dijuluki “Pemburu Jiwa”. Setelah karya mereka berjalan tiga tahun, Kota Roma diserang dan dijarah oleh pasukan Kaisar Karel V. Berkat pertolongan Ilahi, para Teatin dapat lolos dari bahaya maut itu. Mereka dapat meloloskan diri ke Venesia. Di Venesia mereka sangat berjasa terlebih karena kota itu tertimpa wabah penyakit menular. Kayetanus bersama rekan-rekannya dengan tekun merawat semua orang sakit. Atas permintaan Bapa Paus, Kayetanus bekerja di Napoli. Di sini ia mencurahkan seluruh tenaganya demi kepentingan jiwa-jiwa selama 17 tahun hingga wafatnya pada tahun 1547 dengan cara penyaliban mistik seperti Yesus Kristus.

Tahun-tahun terakhir hidupnya merupakan tahun yang penuh keakraban dengan Tuhan dalam doa dan tapa. Ia memajukan devosi kepada Kanak-kanak Yesus di kandang Betlehem. Setiap hari, berjam-jam lamanya ia berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus untuk memohon pengampunan bagi jiwa-jiwa yang berdosa. Kayetanus meninggalkan pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan rohani. Ia menjadi perintis jalan bagi banyak orang kudus di kemudian hari, misalnya Santo Filipus Neri, Santo Fransiskus Sales, Santo Vincensius, SantoKarolus Boromeus yang hidup pada abad ke-16, abad kegelapan Gereja.

Baca juga:
1.      Santo Sixtus II
2.      Santa Afra

Renungan Hari Kamis Biasa XVIII - Thn II

Renungan Hari Kamis Biasa XVIII, Thn A/II
Bac I    Yer 31: 31 – 34; Injil              Mat16: 13 – 23;

Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Nabi Yeremia, sang nabi menyampaikan pesan Allah kepada umat Israel. Allah akan membuat perjanjian baru dengan bangsa Israel. Allah akan mengampuni dosa kesalahan mereka dan akan memperhatikan serta mengasihi mereka. Umat Israel diminta untuk selalu mengenal Allah. Mengenal Allah secara tak langsung berarti mengetahui kehendak Tuhan dan melaksanakannya. Perjanjian baru antara Allah dan bangsa Israel ini memperbaiki perjanjian Allah dengan nenek moyang bangsa itu, dimana mereka sudah mengingkarinya.

Harapan Allah terhadap umat Israel terlihat jelas dalam Injil hari ini. Dalam Injil Tuhan Yesus menyatakan bahwa Dia akan pergi ke Yerusalem untuk menanggung banyak penderitaan, dihina dan mati, namun bangkit lagi pada hari ketiga. Akan tetapi, Petrus tidak menerima pernyataan Yesus itu. Sikap Petrus ini dikecam Tuhan Yesus, karena dia hanya memikirkan apa yang dipikirkannya (manusia). Yesus menghendaki agar para murid mengikuti jalan pikir Allah. Dengan kata lain, seperti dalam bacaan pertama, para murid musti mengikuti kehendak Allah.

Seringkali terjadi dalam kehidupan, kita memaksakan kehendak kita pada Tuhan. Kita mau agar keinginan kitalah yang terwujud. Kita ingin supaya harapan kita terpenuhi. Kita lupa bahwa panggilan hidup kita adalah mengikuti kehendak Allah. Jadi, kita harus menyesuaikan hidup kita dengan kehendak Allah. Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu. Inilah yang dikehendaki Tuhan melalui sabda-Nya hari ini. Tuhan menghendaki supaya kita hidup selaras dengan kehendak-Nya. Jangan memaksakan kehendak kita pada Tuhan. Harus disadari bahwa Tuhan mempunyai rencana tersendiri atas hidup kita; dan Tuhan selalu ingin agar kita bahagia.

by: adrian