Selasa, 13 Agustus 2013

(Pencerahan) Kejarlah Kebijaksanaan

Indahnya Kebijaksanaan
Siapa yang mencintai kebijaksanaan mencintai kehidupan,
dan barangsiapa pagi-pagi menghadapinya 
akan penuh sukacita.

Siapa yang berpaut padanya mewarisi kemuliaan,
dan ia diberkati Tuhan di manapun ia berlangkah.

Barangsiapa melayani kebijaksanaan 
bergilir bakti kepada Yang Kudus, 
dan siapa mencintainya dicintai oleh Tuhan.

Siapa mendengarkannya akan memutuskan yang adil,
dan aman sentosalah kediaman orang yang mengindahkannya.

Jika orang percaya pada kebijaksanaan, 
niscaya ia mewarisinya,
dan keturunannya akan tetap memilikinya.

Boleh jadi ia dituntun kebijaksanaan 
di jalan yang berbelok-belok dahulu, 
sehingga didatangi ketakutan dan getaran; 
boleh jadi kebijaksanaan menyiksa dia 
dengan siasat sampai dapat percaya padanya, 
dan mengujinya dengan segala aturannya.

Tetapi kemudian kebijaksanaan kembali kepadanya 
dengan kebaikan yang menggembirakan, 
dan menyingkapkan kepadanya pelbagai rahasia.

Jika orang sampai menyimpang, 
maka dibuang oleh kebijaksanaan 
dan diserahkan kepada kebinasaan.

sumber: Kitab Putra Sirakh 4: 12 – 19  
Baca juga refleksi lainnya:

Orang Kudus 13 Agustus: St. Hippolitus

Santo hippolitus, martir
Hippolitus adalah imam dan murid Santo Ireneus. Ia dikenal sebagai seorang pengarang terpelajar di Roma yang mempunyai sikap keras. Sikapnya yang keras itu tampak dalam peristiwa pemilihan Kalistus sebagai paus. Hippolitus bukan saja melawan Kalistus sebagai paus terpilih (217 – 222), tetapi juga menolak mengakuinya sebagai paus yang sah. Dalam sejarah kepausan, Hippolitus dikenal sebagai paus tandingan pertama (217 – 222) di dalam sejarah Gereja.

Dalam masa pemerintahan Kaisar Maksimianus, Hippolitus bersama temannya Pontianus – yang kemudian menjadi pengganti Paus Kalistus – dibuang jauh dari Roma. Namun ia tetap teguh dan menanggung penderitaan yang menimpa dirinya dengan sabar. Setelah paus meninggal, Hippolitus tunduk pada Paus Pontianus, yang menggantikan Kalistus. Hippolitus bersama Pontianus kemudian dibunuh bersama-sama oleh kaisar pada tahun 235.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Selasa Biasa XIX-C

Renungan Hari Selasa Biasa XIX, Thn C/I
Bac I   : Ul 31: 1 – 8; Injil  : Mat 18: 1 – 5, 10, 12 – 14

Sabda Tuhan hari ini memiliki tema tentang  kepemimpinan yang rendah hati. Dalam bacaan pertama kerendahan hati seorang pemimpin diungkapkan pada sosok Nabi Musa. Sekalipun dia sudah berkarya cukup lama membawa Bangsa Israel keluar dari Mesir, namun ia tidak dapat menikmati indahnya tanah terjanji yang telah dijanjikan Allah kepada mereka. Namun Musa dengan rendah hati menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Yosua. Musa tidak menunjukkan ambisi yang berlebihan.

Sikap tidak berambisi yang berlebihan ditunjukkan Yesus dalam Injil lewat sosok anak kecil. Bagi Yesus, anak kecil adalah simbol kerendahan hati dan sikap tidak berambisi banyak. Karena itu, siapa yang ingin menjadi besar, ia harus “menjadi seperti anak kecil.” (ay. 3).

Hari ini, secara umum, sabda Tuhan menghendaki kita untuk bersikap rendah hati satu sama lain. Salah satu wujud sikap rendah hati adalah mau mendahulukan orang lain atau kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Sikap rendah hati, khusus para pemimpin, dapat dilihat dari sikap tidak serakah akan jabatan.

by: adrian