Senin, 07 Januari 2019

PAUS FRANSISKUS: MARIA ADALAH TELADAN UNTUK DUNIA YANG LEBIH BAIK


Tahun baru merupakan kesempatan untuk memulai sesuatu yang baru, momentum untuk mengingat bahwa semua orang adalah saudara dan saudari, dan merupakan waktu untuk merayakan Tuhan yang hadir dalam rupa manusia, demikian ungkap Paus Fransiskus. Pesta St. Maria Bunda Allah yang dirayakan pada 1 Januari adalah waktu untuk mengingat cinta dan kasih seorang ibu, yang membuat hidup ini nyaman untuk dinikmati, ujar Paus Fransiskus dalam kotbah saat misa di Basilika St. Petrus, Vatikan.
Pada 1 Januari Gereja juga merayakan Hari Perdamaian Dunia. Kepada ribuan orang yang hadir, Paus Fransiskus mengatakan bahwa saat Bunda Maria menunjukkan puteranya kepada dunia, ia berkata, “Dia menjadi berkat bagi setiap orang dan seluruh keluarga manusia. Dia adalah sumber rahmat, belaskasih dan perdamaian.”
Paus Fransiskus memilih tema Hari Perdamaian Dunia tahun ini ‘Politik yang baik menciptakan perdamaian’. Paus Fransiskus berkata, “Kita tidak boleh berpikir politik hanya untuk mereka yang berkuasa. Kita semua bertanggungjawab bagi kehidupan komunitas, kebaikan bersama dan politik itu baik jika setiap orang melakukan bagiannya untuk melayani perdamaian.”
Setelah menyalami ratusan orang yang ikut serta dalam parade perdamaian, sambil membawa plakat nama-nama negara yang menderita karena kekerasan, Paus Fransiskus menyampaikan doa. “Melalui perantaraan Bunda Maria, semoga Allah menjadikan kita alat perdamaian, dan ini dimulai di rumah, dalam keluarga, selama hari-hari sepanjang tahun yang akan datang,” papar Paus Fransiskus.

PAUS FRANSISKUS: MASA PENDERITAAN ADALAH ANUGERAH DARI TUHAN


Tuhan mengirim penghiburan kepada mereka yang membutuhkan penghiburan, bahkan ketika mereka menghadapi kematian, demikian ungkap Paus Fransiskus. Sama seperti para martir Kristen awal, yang bernyanyi ketika mereka berbaris menuju kematian mereka di Colosseum, para martir sekarang masih memberikan kesaksian yang sama tentang sukacita yang sama di tengah-tengah penderitaan, kata Paus Fransiskus dalam homilinya dalam misa pagi di Domus Sancta Martha, 11 Desember 2018.
“Saya ingat pekerja Koptik yang baik yang dibantai di pantai Libya. Mereka meninggal dan berseru ‘Yesus, Yesus!’ Ada hiburan, sukacita di saat kematian,” ungkap Paus Fransiskus
Dalam homilinya, Paus Fransiskus merefleksikan bacaan hari itu dari nabi Yesaya, dimana Allah mengirimkan utusan-Nya untuk memberi penghiburan kepada umat-Nya dan berbicara dengan lembut kepada Yerusalem. Kelembutan itu, jelas Paus Fransiskus, adalah bahasa yang tidak diketahui oleh para nabi akhir zaman.
“Itu adalah sebuah kata yang menghapus semua keburukan yang menjauhkan kita dari Tuhan: sifat buruk para imam, sifat buruk beberapa orang Kristen yang tidak mau berbuat sesuatu, yang suam-suam kuku. Mereka takut kelembutan,” kata Paus Fransiskus.
Namun, kelembutan adalah cara paling tepat yang Tuhan gunakan untuk menghibur umat-Nya, seperti seorang gembala yang memanggul seekor domba atau seorang ibu yang menghibur anaknya, pungkas Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus menyerukan kepada umat kristiani untuk mempersiapkan natal dengan berdoa memohon penghiburan Tuhan, terutama pada masa penderitaan, “karena itu adalah hadiah dari Tuhan.” Tuhan, papar Paus Fransiskus, “ada di depan pintu. Dia mengetuk agar kita bisa membuka hati kita dan membiarkan diri kita terhibur dan merasa damai. Dan dia melakukannya dengan lembut: dia mengetuk dengan belaian.”