Jumat, 26 Desember 2014

Terpidana Mati

Ketika hendak menjalani hukuman mati di hadapan regu tembak, tiga orang terpidana mati kasus teroris ditawarkan seorang penasehat rohani. Seorang kyai datang dengan membawa Kitab Sucinya. Kepada ketiga orang itu, ia berkata, “Aku akan menyampaikan kepada kalian sebuah sabda Tuhan.”

Salah seorang dari mereka berujar, “Akh, tak perlu lagi, Pak Kyai. “Sebentar lagi kami akan bertemu dengan Dia.”
Baca juga humor lainnya:

Renungan Oktaf Natal II - B

Renungan Oktaf Natal II, Thn B/I

Hari ini merupakan oktaf natal yang kedua. Dalam oktaf natal kedua ini kita diajak mengenangkan Santo Stefanus, yang mati sebagai martir pertama dalam Gereja Katolik. Bacaan pertama secara khusus menyajikan peristiwa kematian Santo Stefanus ini. Ia mati demi membela imannya akan Kristus. Berawal dari karya Stefanus bagi banyak orang dan perdebatannya dengan orang-orang Yahudi. Karena tidak bisa mengalahkannya, mereka marah dan akhirnya membunuh Stefanus. Berhadapan dengan mereka, Stefanus sama sekali tidak gentar atau takut.

Apa yang dialami Stefanus sebenarnya sudah disabdakan oleh Yesus. Pengalaman Stefanus dalam bacaan pertama tidak jauh berbeda dengan nubuat yang disampaikan Tuhan Yesus. Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus mengatakan bahwa kelak para murid-Nya akan digiring menghadap orang-orang yang menentang-Nya, tapi Tuhan akan menyertai mereka, termasuk karunia berkata-kata. Tuhan Yesus juga menyampaikan bahwa karena nama-Nya, para murid akan dibenci dan dibunuh. Karena ini, kata-kata Tuhan Yesus ini terpenuhi dalam diri Stefanus, yang hari ini kita peringati.

Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita bahwa sabda Yesus tentang nasib para murid-Nya menjadi kenyataan. Para murid Yesus akan mengalami penderitaan karena imannya pada Yesus Kristus. Mereka akan dibenci, dimusuhi, dihina, dianiaya, bahkan dibunuh. Kebenaran sabda Yesus ini terlihat dalam diri Santo Stefanus, yang peringatannya kita rayakan hari ini. Kata-kata Yesus ini masih terbukti hingga kini. Masih banyak murid Yesus, yang karena iman pada Kristus, menderita aniaya, hinaan bahkan dibunuh. Melalui sabda-Nya ini Tuhan Yesus meminta kita untuk tidak takut dan cemas. Kita dapat meneladani Santo Stefanus dalam menghadapi tantangan. Ia berani mati demi imannya pada Kristus. Ada banyak juga saksi iman yang demikian. Bagaimana dengan kita?

by: adrian