Minggu, 29 Juni 2014

Paus Menentang Legalisasi Narkoba

PAUS FRANSISKUS MENOLAK LEGALKAN NARKOBA
Setelah beberapa pekan absen dari sorotan media, Paus Fransiskus muncul pada Jumat (20/6) saat ia sebagai pembicara pada International Drug Enforcement Conference di Roma, dimana ia mengatakan ia menentang keras legalisasi narkoba dan obat-obatan terlarang, termasuk ganja (marijuana).

“Penggunaan narkoba terus menyebar tak terelakkan, yang diperdagangkan melampaui batas-batas nasional dan benua,” kata Paus Fransiskus kepada para peserta konferensi itu.

Pemimpin Gereja Katolik itu mengatakan, “Kecanduan narkoba adalah kejahatan. Kejahatan yang tidak bisa dikompromikan.”

Pada Desember lalu, Uruguay menjadi negara pertama yang melegalkan obat-obatan terlarang. UU negara itu termasuk peraturan budidaya, produksi, penyimpanan, penjualan dan distribusi ganja.

Awal bulan ini, Jamaika mengatakan akan melegalkan ganja, dan memungkinkan kepemilikan hingga dua ons ganja untuk digunakan sebagai rekreasi.

Di Amerika Serikat, dua negara bagian – Colorado dan Washington – telah melegalkan ganja. Alaska telah melegalkan pada November, dan Oregon juga akan melegalkan akhir tahun ini.

Sebanyak 22 negara telah melegalkan penggunaan ganja untuk keperluan.

Sebelumnya Paus Fransiskus telah berbicara menentang legalisasi narkoba, dan telah mengunjungi para pecandu baik sebagai Paus maupun ketika ia sebagai Uskup Agung Buenos Aires, Argentina.

“Penurunan dalam penyebaran dan pengaruh kecanduan narkoba tidak akan dicapai melalui liberalisasi penggunaan narkoba,” katanya, dalam pidato di sebuah rumah sakit di Rio de Janeiro, Brasil tahun lalu.

“Sebaliknya, cara-cara untuk mengatasi penggunaan obat-obatan terlarang ini, dengan mempromosikan keadilan, mendidik orang-orang muda dengan nilai-nilai yang membangun kehidupan di masyarakat, mendampingi mereka dalam kesulitan dan memberi mereka harapan untuk masa depan,” tambahnya.

"Rumah Baru" (alm) Rm. Gandung

 
 
 
 
 

Renungan HR St. Petrus dan Paulus, Thn A

Renungan HR St. Petrus & Paulus, Thn A/II
Bac I    Kis 12: 1 – 11; Bac II             2Tim 4: 6 – 8, 17 – 18;
Injil      Mat 16: 13 – 19;

Hari ini Gereja universal mengajak umatnya merayakan hari raya Santo Petrus dan Paulus, dua tokoh besar dalam Gereja perdana. Bacaan-bacaan liturgi hari ini mau berbicara tentang mereka. Bacaan pertama dan Injil menyinggung soal Santo Petrus, sedangkan bacaan kedua berbicara perihal Santo Paulus.

Santo Petrus, dalam Injil hari ini, ditampilkan sebagai wakil para rasul yang menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias. Pernyataan ini untuk menjawab pertanyaan Tuhan Yesus kepada mereka, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” (ay. 15). Di sini Petrus tampil sebagai pemimpin. Kepemimpinannya menjadi sekaligus penyatu jemaat. Sementara dalam bacaan pertama Petrus ditampilkan sebagai murid Kristus. Sebagai murid Yesus, Petrus mengalami cobaan dan penderitaan. Ini tentulah sesuai dengan apa yang sudah pernah dikatakan Yesus. Namun Tuhan tidak akan membiarkan murid-Nya terus menderita. Tuhan senantiasa memperhatikan.

Pengalaman Santo Petrus sebagai murid, terlihat juga dalam diri Santo Paulus. Paulus juga mengalami seperti yang dialami Petrus. Dalam bacaan kedua, yang diambil dari surat Paulus yang kedua kepada Timotius, Paulus merefleksikan pengalaman kemuridannya. Paulus juga mengalami penderitaan, yang diungkapkannya sebagai pencurahan darah sebagai persembahan (ay. 6). Paulus telah menunjukkan kesetiaannya dalam iman, sekalipun untuk kesetiaan itu ia mengalami penderitaan. Namun Paulus sadar bahwa Tuhan senantiasa menyertainya serta melindunginya (ay. 17 – 18), sama seperti yang dialami Petrus.

Pada perayaan St. Petrus dan Paulus ini, dikuatkan dengan sabda Tuhan, pertama-tama kita diajak untuk menghormati mereka. Mereka adalah soko guru Gereja. Namun lebih dari itu, kita juga diajak untuk mengikuti teladan dua tokoh suci ini, terlebih dalam kesetiaan menjalani hidup sebagai murid Yesus. Tuhan Yesus memang sudah menyatakan bahwa menjadi murid-Nya bakal akan menanggung banyak penderitaan dan aniaya. Ini bukan lantas membuat kita takut dan meninggalkan Tuhan, melainkan tetap setia dan terus mencintai-Nya. Tuhan menghendaki agar dengan kemuridan kita orang lain bisa mengenal Tuhan Yesus dan karya keselamatannya.

by: adrian