Senin, 17 Februari 2014

(Inspirasi Hidup) Berserah Diri

YESUS DALAM SEBUAH RUMAH
Seorang pemuda yang kaya raya tinggal di sebuah rumah yang sangat besar dengan lusinan kamar. Setiap kamar lebih nyaman dan lebih indah dibandingkan kamar sebelumnya. Di dalam rumah itu terdapat berbagai karya seni lukis dan pahatan, lampu-lampu kristal, serta pegangan tangan berukir berlapis emas pada setiap tangga. Lebih indah dari apa yang kebanyakan orang pernah melihat.

Suatu hari pemuda tersebut memutuskan untuk mengundang Tuhan datang dan tinggal bersamanya di rumah itu. Ketika Tuhan datang, pemuda ini menawarkan kepada-Nya kamar yang terbaik di dalam rumah itu. Kamar tersebut terletak di ujung bagian atas. Maka ia berdoa, “Yesus, kamar ini milik-Mu! Tinggallah selama Engkau mau dan lakukan apa yang Engkau mau lakukan di dalam kamar ini. Ingat, ini adalah kamar-Mu.”

Malam harinya, ketika pemuda tersebut sudah bersiap untuk istirahat, terdengar bunyi ketukan yang sangat keras di pintu depan. Mendengar ketukan itu, pemuda tersebut turun untuk membukakan pintu. Ketika dia membuka pintu, dia melihat bahwa iblis telah mengirim tiga roh jahat untuk menyerangnya. Dia dengan cepat menutup pintu, tetapi salah satu roh jahat mengganjal pintu itu dengan kakinya. Beberapa saat kemudian, setelah bertarung dengan sekuat tenaga, pemuda tersebut berhasil menutup dan mengunci pintu kemudian kembali ke kamarnya dalam keadaan sangat lelah. “Bayangkan,” pikir pemuda itu, “Yesus ada di atas, tidur dalam ruangan yang terbaik sedangkan saya bertarung melawan roh-roh jahat di bawah. Oh, mungkin Dia tidak mendengar.” Pemuda itu tidur sangat sebentar malam itu.

Keesokan harinya, segala sesuatunya berjalan dengan normal dan, karena merasa sangat lelah, pemuda tersebut tidur agak awal pada malam harinya. Sekitar tengah malam, terdengar ada yang menggedor-gedor pintu depan seolah-olah akan mendobrak pintu. Pemuda tersebut menuruni tangga lagi dan membuka pintu serta menjumpai lusinan roh jahat berusaha masuk ke dalam rumahnya yang indah. Selama lebih dari tiga jam pemuda itu bertarung melawan mereka dan akhirnya membuat mereka mundur, cukup untuk menutup pintu.

Pemuda itu sangat kehabisan tenaga. Dia sama sekali tidak mengerti. Mengapa Tuhan tidak datang untuk menolong? Mengapa Dia membiarkan aku bertarung seorang diri? Dengan gundahnya, dia berjalan ke sofa dan tidur dengan tidak nyaman.

Keesokan paginya, dia memutuskan untuk bertanya kepada Tuhan mengenai segala yang terjadi pada dua malam tersebut. Perlahan-lahan dia berjalan ke kamar tidur yang sangat indah di mana Yesus ia tempatkan.

“Yesus,” panggilnya sambil mengetuk pintu. “Tuhan, aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Selama dua malam ini saya harus bertarung membuat si jahat pergi dari pintu rumahku, sementara Engkau tidur di sini. Tidakkah Engkau memperhatikan aku? Bukankah aku telah memberikan kepada-Mu ruangan yang terbaik di dalam rumah ini?”

Pemuda tersebut melihat Yesus menitikkan air mata, tetapi dia meneruskan, “Aku tidak mengerti, aku berpikir bahwa jika aku mengundang-Mu untuk tinggal bersamaku, Engkau akan menjagaku dan aku berikan kepada-Mu kamar yang terbaik dalam rumahku. Apalagi yang harus aku perbuat?”

“Anakku yang kukasihi,” Yesus berkata dengan sangat lembut. “Aku sungguh-sungguh mengasihi engkau dan sangat memperhatikanmu. Aku melindungi apa yang engkau berikan kepada-Ku untuk Kujaga. Tetapi ketika engkau mengundang-Ku untuk datang dan tinggal di sini, engkau membawa-Ku ke kamar yang indah ini dan menutup pintu ke bagian lain dari rumah ini. Aku menjadi Tuhan atas kamar ini dan tidak ada roh jahat yang bisa masuk kemari.”

“Oh, Tuhan, ampuni aku. Ambillah seluruh rumahku – semuanya milik-Mu. Aku menyesal tidak menyerahkan kepada-Mu seluruhnya. Aku ingin Engkau mengatur semuanya.”

Sambil berkata demikian, dia membuka pintu kamar itu dan berlutut di kaki Yesus. “Tuhan, ampuni aku karena aku hanya memikirkan diriku sendiri.”

Yesus tersenyum dan berkata bahwa Dia telah mengampuni pemuda itu dan Dia akan mengatur segala sesuatunya mulai saat itu.

Malam itu, ketika si pemuda bersiap untuk tidur dia berpikir, “Aku ingin tahu apakah roh-roh jahat itu akan kembali, aku bosan menghadapi mereka setiap malam.” Tapi dia tahu bahwa Yesus akan membereskan semuanya sejak saat itu.

Sekitar tengah malam, terdengar suara menggedor-gedor pintu yang sangat menakutkan. Si pemuda keluar dari kamarnya dan melihat Yesus menuruni tangga. Dia menyaksikan dengan penuh kekaguman ketika Yesus membuka pintu, tanpa merasa takut. Setan berdiri di muka pintu meminta untuk masuk.

”Apa yang engkau inginkan?” tanya Tuhan.

Si iblis menunduk di hadapan Tuhan, “Maaf, tampaknya saya salah alamat.” Dengan perkataan tersebut iblis dan pasukannya pergi menjauh.

Orang Kudus 17 Februari: St. Bonfilio, dkk

SANTO BONFILIO DKK, PENGAKU IMAN
Bonfilio dan kawan-kawannya: Yoanes Bonagiunta, Gerard, Amadeus, Hugo, Sostenes dan Alexius Falkonieri adalah anggota suatu perkumpulan dagang di kota niaga Firenze. Pada pesta Maria diangkat ke Surga, 15 Agustus 1233, tujuh sekawan ini bersama-sama berdoa dan mengikuti perayaan Ekaristi. Pada waktu itu terjadilah suatu peristiwa ajaib atas mereka: Bunda Maria menampakkan diri kepada mereka dan menyuruh mereka untuk memulai suatu cara hidup baru yang lebih khusus bagi pengabdian kepadanya. Peristiwa ini segera mereka tanggapi dengan meninggalkan segala harta miliknya dan membagikannya kepada orang-orang miskin. Pakaian mereka yang mewah dahulu diganti dengan pakaian yang serba sederhana.

Dalam penampakan yang berikutnya Bunda Maria menyebut mereka hamba-hambanya dan menganjurkan agar mengenakan pakaian yang berwarna hitam, sebagai kenangan akan penderitaan yang menimpa Yesus, puteranya. Mereka segera menyambut baik anjuran itu dan mendirikan sebuah ordo baru yang disebut ordo Hamba-hamba Maria atau Ordo Servit.

Bonfilio bersama kawan-kawannya menolak jabatan-jabatan yang tinggi dalam gereja. Mereka mengundurkan diri dari kesibukan dagang di kota yang ramai kepada kesunyian di pegunungan. Ordo Servit yang mereka dirikan mengutamakan doa bersama dan penghormatan kepada Maria. Para anggotanya berkarya sebagai pengkhotbah, pekerja sosial dan seniman. Mereka mengutamakan suasana tenang dan berdoa dalam satu biara.

Dari tujuh sekawan itu, Alexius Falkonieri mempunyai keistimewaan. Ia menolak tabhisan imamat karena lebih suka mengerjakan tugas-tugas yang hina dan lebih mengutamakan karya penyebaran devosi kepada Bunda Maria. Dari antara kawan-kawannya dialah yang meninggal terakhir. Ia wafat pada tahun 1310. Sebelum meninggal ia berkata: Berbahagialah orang-orang yang dengan setia mengabdikan diri kepada Yesus dan Ibunda-Nya, Maria.

Renungan Hari Senin Biasa VI - Thn II

Renungan Hari Senin Biasa VI, Thn A/II
Bac I   : Yak 1: 1 – 11; Injil           : Mrk 8: 11 – 13

Setiap manusia tentu pernah mengalami pencobaan. Dan bukan tidak mustahil diri kita juga demikian. Yakobus dalam suratnya mengajak kita untuk berbahagia bila mengalami pencobaan itu. Bagi Yakobus, pencobaan dapat menghasilkan ketekunan; dan ketekunan membuahkan kesempurnaan atau kebahagiaan. Kunci semuanya ada pada iman. Akan tetapi, jika kita mengalami sesuatu berkaitan dengan ketekunan, maka kita disarankan untuk memohon kepada Tuhan. Datang dan memohon kepda Tuhan membutuhkan sikap rendah hati.

Dalam Injil hari ini dikisahkan tentang orang Farisi yang hendak mencobai Yesus dengan bersoal jawab. Dengan mencobai terlihat sikap sombong mereka. Mereka meminta tanda dari Yesus agar mereka dapat percaya. Padahal mereka sudah terlalu sering melihat dan mendengar tentang tanda-tanda mujizat yang dilakukan Yesus. Namun sikap sombong mereka membuat mereka tidak dapat menerima semua tanda itu. Di sini tampak kalau mereka bukan saja tidak memiliki sikap rendah hati, tetapi juga tidak tekun dalam iman.

Pencobaan merupakan bagian dari hidup semua manusia. Kita pun tak luput darinya. Sabda Tuhan hari ini mengajarkan bahwa pencobaan itu dibutuhkan untuk menguji ketekunan iman kita. Dibutuhkan sikap berserah kepada Tuhan. Dengan berserah diri, maka kita mengandalkan Tuhan dalam hidup ini, bukan dengan keangkuhan merasa diri hebat. Melalui sabda-Nya, Tuhan menghendaki kita untuk senantiasa berserah diri kepada Tuhan dalam segala persoalan hidup.

by: adrian