Senin, 29 Februari 2016

Orang Kudus 29 Februari: St. Anna Line

BEATA ANNA LINE, JANDA & MARTIR
Masa muda Anna berlangsung pada masa penganiayaan dan pembunuhan terhadap umat katolik di Inggris. Meskipun keadaan sangat berbahaya, namun Anna serta adiknya mengambil keputusan berani untuk memeluk agama katolik. Akibat keputusan itu mereka diusir oleh ayah mereka dari rumah mereka dan dicabut hak warisannya. Kelak Anna menikah dengan Roger Line, seorang pemuda katolik saleh. Roger kemudian meninggal dunia pada tahun 1594 di tempat pembuangan di luar negeri.
Sejak saat itu Anna memusatkan perhatian pada hal menolong imam-imam yang dikejar-kejar oleh agen rahasia Inggris. Rumahnya yang berada di London selalu terbuka bagi para imam. Ia menolong mereka sedapat-dapatnya dengan makanan dan bantuan lain seperlunya. Ia ramah dan sopan serta berjiwa tenang. Keinginannya adalah mati bagi Kristus.
Sekali peristiwa ia menolong meloloskan seorang imam Yesuit dari penjara Tower yang mengerikan itu. Karena hal itu diketahui penguasa, maka Anna ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Dengan gagah berani ia berkata kepada hakim-hakim yang mengadilinya, “Saya hanya menyesal bahwa saya tidak dapat menolong imam-imam sebanyak seribu orang lagi.”
Pada tanggal 27 Februari 1601 Anna dibawa ke Tyburn, tempat penyiksaan yang sampai saat ini terkenal sebagai tempat pembunuhan yang mengerikan. Anna tetap sabar dan tenang sampai saat terakhir hidupnya. Ia mengecupi tiang gantungan yang disediakan baginya dan membuat tanda salib pada tiang itu lalu berdoa. Di atas taing gantung itulah Anna menghembuskan nafas terakhir dan menyerahkan rohnya kepada Tuhan.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 29 Februari: St. Romanus

SANTO ROMANUS, RAHIB
Romanus adalah seorang rahib di sebuah biara pertapaan dekat Subiaco, Italia. Ia mendampingi Santo Benediktus (pendiri biara Benediktin) hingga menjadi rahib yang terkenal dalam sejarah Gereja.
Pertemuannya dengan Benediktus terjadi di daerah pegunungan Subiaco. Kepadanya Benediktus mengetengahkan keinginannya untuk menjadi rahib. Memenuhi keinginan Benediktus, Romanus menunjukkan kepadanya sebuah goa terpencil yang sangat cocok untuk berdoa dan bermeditasi. Romanus membantu Benediktus dengan menghantarkan kepadanya makanan sehari-hari selama 3 tahun.
Menurut cerita Romanus kemudian pergi ke Auxerre, Perancis, agar bias terhindar dari para pengacau yang telah menyebar di seluruh Italia. Di Auxerre ia mendirikan biara Fontrouge dan di sana pula ia menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 550.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Sabtu, 27 Februari 2016

Cuma Gereja Katolik Beri Solusi Perkawinan Campur

SOLUSI GEREJA KATOLIK ATAS PERKAWINAN BEDA AGAMA
Agak miris mendengar cerita dari beberapa pastor paroki tentang seorang pemuda katolik menikah dengan pemudi islam dan masuk islam. Pada kesempatan lain lagi ada cerita soal seorang pemudi katolik menikah dengan pemuda protestan dan masuk protestan. Semua ini terjadi, meninggalkan iman katolik, karena mereka menikah menurut agama pasangannya (islam dan protestan)
Yang membuat hati semakin sedih adalah di antara mereka itu awalnya sangat aktif di kegiatan Gereja. Ada yang dikenal sebagai aktivis OMK. Bahkan ada yang mengaku bahwa di hatinya haanya ada Yesus. Menjadi pertanyaan, kenapa harus meninggalkan Gereja Katolik?
Tentu jawaban sederhananya adalah karena perkawinan. Baik yang menjadi islam maupun yang menjadi protestan sama-sama menikah menurut tata cara perkawinan agama pasangannya.
Menikah adalah hak setiap manusia. Setiap pribadi mempunyai hak untuk menikah dengan siapa saja. Ada sesuatu yang ideal bahwa pernikahan itu terjadi di antara orang-orang seiman. Namun kita tidak dapat menutup mata akan terjadinya perjumpaan antar anak manusia yang berbeda keyakinan. Ada banyak faktor yang melatar-belakanginya. Perjumpaan-perjumpaan dua anak manusia yang berbeda keyakinan ini dapat berakhir pada pernikahan.
Ketika hendak menikah inilah masalah kemudian mulai muncul. Awalnya masing-masing pihak akan kukuh dengan keyakinannya. Namun entah bagaimana, seringkali pihak katolik menjadi lemah dan akhirnya mengikuti kemauan pasangannya. Semangat militan untuk mempertahankan kekatolikan sangat lemah. Dan mungkin ditambah pengetahuan yang kurang, membuat pihak katolik mau saja menikah menurut tata cara agama pasangannya.

Jumat, 26 Februari 2016

Tak Rela Berpisah dgn Adik

Mikael adalah anak TK Xaverius. Hari itu, ketika ke gereja, ia terlihat ceria. Maklum, dalam perayaan ekaristi nanti, ada upacara pembaptisan bayi. Salah satunya adalah adiknya. Akan tetapi, usai misa, Mikael terlihat murung.
Ketika pulang, ibunya mencoba menenangkan Mikael. Ia menunjukkan Gabriel, adiknya, yang baru dibaptis. Melihat adiknya itu, Mikael langsung menangis.
Ibu               : Loh, kenapa Mikael? Kamu gak senang sama Gabriel?
Mikael         : Aku gak mau berpisah sama Gabriel.
Ibu              : Berpisah gimana?
Mikael         : Tadi waktu misa, Romo bilang agar adikku dibesarkan dalam keluarga Kristen yang baik. Aku sedih, karena aku hanya mau agar dia tetap tinggal bersama kita.
Ibu              : #$@*&%>$#????
edited by: adrian
Baca juga humor lainnya:
Biasa Tidur Saat Kotbah

Rabu, 24 Februari 2016

Bolehkah Umat Menerima Abu Bukan pada Hari Rabu Abu?

RABU ABUNYA HARI MINGGU
Untuk menyambut Hari Raya Paskah, umat katolik diajak untuk mempersiapkan diri dalam satu masa yang dikenal dengan masa prapaskah. Pada masa ini umat diajak untuk melakukan pantang dan puasa, tobat dan amal kasih. Masa prapaskah diawali pada hari Rabu Abu. Pada hari ini umat akan berpuasa dan menerima abu.
Namun dalam situasi tertentu, ada umat tidak bisa menerima abu pada hari Rabu Abu. Sebagai contoh, tahun 2016 ini, ketika Pulau Bangka dilanda banjir sehingga banyak akses jalan raya rusak, beberapa imam tak bisa menjangkau umat di beberapa stasi untuk merayakan misa Rabu Abu. Ada umat bertanya, “Bisakah kami menerima abu pada hari lain selain hari Rabu Abu?”
Sebenarnya peristiwa ini (umat tidak bisa menerima abu pada hari Rabu Abu) bukan hanya terjadi pada saat bencana banjir saja. Umat di beberapa stasi di Paroki Tanjung Balai Karimun dan Ujung Beting, karena keterbatasan tenaga imam, sementara medan pastoralnya luas, tidak dapat menerima abu pada hari Rabu Abu. Tidak ada misa Rabu Abu pada hari Rabu. Mereka baru menerima abu pada hari-hari berikutnya ketika pastor mengunjungi mereka.
Lantas apakah bisa dikatakan umat dapat menerima abu pada hari lain, misalnya hari Minggu. Jadi, hari Rabu Abunya hari Minggu. Ini sama seperti sebuah pengumuman: besok pagi misa sore. Terkesan lucu. Namun masalah ini bukan semacam stand up comedy.

Selasa, 23 Februari 2016

Asah Otak: Wajah Tersembunyi

ADA BERAPA WAJAH DALAM SATU GAMBAR
Berikut ini akan disajikan beberapa gambar dengan tema wajah. Di dalam gambar ini ada tersembunyi wajah manusia. Dapatkan kamu menemukan gambar-gambar wajah pada setiap gambar ini?
Sekilas gambar di atas ini adalah pohon kering dengan ranting-rantingnya. Akan tetapi, jika diperhatikan baik-baik, terdapat 10 wajah. Dapatkah kamu temukan 10 wajah itu?
Sekilas gambar di atas ini adalah dua pengendara kuda di hutan berbatu. Akan tetapi, jika dilihat baik-baik, ada setidaknya 11 gambar wajah di sana. Dapatkan kamu menemukannya?

Senin, 22 Februari 2016

Apa Motivasi Lawan-lawan Ahok di Pilgub 2017?

MENCERMATI LAWAN-LAWAN AHOK DI PILKADA DKI
Pemilihan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta masih setahun lagi (diadakan pada Februari 2017). Akan tetapi aroma persaingan mulai terasa. Berawal dari Basuki Tjahaya Purnama, yang biasa disapa Ahok, menyatakan siap memimpin Jakarta untuk periode kedua, saat ini bermunculan nama-nama yang menyatakan siap melawan Ahok. Ditilik dari nama-namanya, para lawan Ahok ini memiliki latar belakang yang beragam, mulai artis hingga politisi.
Di antara nama-nama yang sudah menyatakan siap “tempur” melawan Ahok ada Ahmad Dhani, yang diusung oleh PKB dan segelintir ulama NU. Ada pengusaha muda Sandiaga Uno, yang diusung oleh Partai Gerindra. Selain dua nama ini, masih ada nama Yusril Ihza Mahendra, Eko Patrio yang berpasangan dengan Desi Ratnasari diusung oleh PAN, dan Adhyaksa Dault, yang diusung oleh para ulama islam, dan masih banyak nama lagi.
Memang mereka mau mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Berbagai cara sudah ditunjuki. Adalah hak setiap orang mencalonkan diri menjadi gubernur, kecuali dilarang hukum. Akan tetapi, warga Jakarta perlu mencermati niat dan motivasi para penantang Ahok ini untuk menjadi pemimpin. Benarkah mereka sungguh-sungguh ingin menjadi Gubernur DKI Jakarta? Menjadi gubernur berarti siap melayani warga Jakarta dengan permasalahannya, bukan hanya sekedar berkuasa. Nah, apakah mereka siap?
Secara pribadi saya meragukan motivasi mereka. Mulai dari Ahmad Dhani, Yusril Adhyaksa Dault hingga yang lainnya tidaklah memiliki motivasi murni untuk menjadi Gubernur Ibukota Negara Indonesia. Terlihat jelas bahwa motivasi dasar mereka adalah untuk mengalahkan Ahok. Mengapa mereka begitu bernafsu mengalahkan Ahok? Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan di sini.

Sabtu, 20 Februari 2016

Paus Fransiskus: Jangan Takut Mengaku Dosa

TAK PERLU TAKUT & MALU MENGAKU DOSA
Masa Prapaskah merupakan masa tobat. Pada masa ini umat katolik diajak untuk bertobat dan melakukan silih atas dosa-dosanya, meski pertobatan selalu terbuka juga di luar masa Prapaskah. Tentu tak bisa disangkal setiap orang pasti punya dosa dan kesalahan. Para santo dan santa sekalipun tak luput dari dosa. Karena itu, sangat disayangkan jika undangan pertobatan di masa Prapaskah ini diabaikan begitu saja.
Akan tetapi, masih saja ada umat yang menolak undangan tersebut. Ada banyak alasan penolakan itu. Umumnya mereka menolak karena takut dan malu.
Paus Fransiskus, di hadapan ribuan orang yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus untuk Doa Angelus pada 2 Agustus lalu, pernah mengatakan bahwa umat tidak perlu takut mengaku dosa. Orang yang takut mengaku dosa lupa bahwa yang dihadapi di ruang pengakuan adalah Bapa penyayang, bukan hakim yang parah. Orang harus percaya pada belas kasih Allah yang tak terbatas.
Selain itu, Paus Fransiskus juga menyinggung soal rasa malu saat mengaku dosa. “Ketika kita pergi ke ruang pengakuan, kita merasa sedikit malu. Itu terjadi kepada kita semua, tetapi kita harus ingat bahwa rasa malu ini adalah anugerah yang mempersiapkan kita untuk berada dalam pelukan Bapa yang selalu mengampuni dan selalu mengampuni segalanya.”

Jumat, 19 Februari 2016

Misa Harus Tetap Ada

Suatu hari Romo Andre melayani misa di sebuah stasi jauh dan terpencil. Rumah umatnya jauh-jauh, dan kapelnya pun agak terpisah dari pemukiman. Saat itu sedang musim hujan. Setelah menembus derasnya hujan, Romo Andre tiba di kapel. Tak ada siapa-siapa di sana.
Tak lama kemudian muncul seorang bapak tua. Setelah sekian lama menunggu, tak ada satu umat pun yang menyusul. Sementara langit masih mencurahkan airnya ke bumi.
Romo          : Yah, saya pikir kita tak perlu misa hari ini. Tak ada gunanya.
Pak Tua      : Wah, saya tidak melihatnya seperti itu. Di rumah saya, jika hanya satu ekor sapi yang muncul pada waktu makan, saya akan tetap beri makan sapi itu.
Romo          : #$@*&%>$#????
edited by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Kamis, 18 Februari 2016

Mari Belajar pada Hewan: Kepedulian

Dalam dunia hewan, khusus di darat, Harimau merupakan predator mata rantai tertinggi. Dia-lah pemangsa paling ditakuti oleh binatang-binatang kecil lainnya. Selain kijang, kerbau atau babi hutan, kera atau orang utan juga termasuk dalam daftar menunya. Karena itu, binatang-binatang tersebut selalu takut dan menghindar bila ketemu harimau. Sekalipun anak harimau, binatang-binatang tadi selalu memilih mencari aman dengan cara bersembunyi.
Akan tetapi, dalam film ini gambaran tadi berubah total. Seekor orang utan justru menjadi pengasuh bagi anak-anak harimau. Ia menyingkirkan pola pikir lama, bahwa harimau harus ditakuti. Melihat tiga ekor anak harimau, yang tidak mempunyai induknya, orang utan ini menunjukkan kepeduliannya dengan menjadi ibu asuh. Harimau adalah musuh bagi orang utan. Tapi orang utan dalam film ini mengasihi anak-anak harimau. Gambaran ini seperti nubuat Nabi Yesaya (Yesaya 11: 6 – 9).
Bagaimana dengan kita manusia? Dapatkan kita mengasihi musuh kita? Tuhan Yesus pernah mengajarkan para murid-Nya untuk mengasihi musuh atau orang yang memusuhi kita (lih. Mat 5: 44; Luk 6: 27, 35). Film ini seakan mengembalikan gaung ajaran Tuhan Yesus. Kita diajak untuk berkaca pada orang utan dan harimau, agar kita mau dan berani peduli kepada sesama kita, bahkan orang yang selalu memusuhi kita. Binatang saja bisa, kenapa kita tidak?

Rabu, 17 Februari 2016

Orang Kudus 17 Februari: St. Nisephorus

SANTO NISEPHORUS, MARTIR
Nisephorus adalah seorang awam biasa. Sebagai orang serani ia mengenal banyak imam. Pastor Saprisius adalah salah seorang imam yang dikenalnya sangat baik. Relasi di antara keduanya lama kelamaan menimbulkan cinta persaudaraan yang erat bagai dua orang kakak beradik kandung. Tetapi tali persaudaraan mereka merenggang karena perselisihan pendapat. Mereka mulai saling menjauhi bahkan bermusuhan.
Dalam suatu renungannya Nisephorus menyadari sikap dan tindakannya yang salah terhadap Saprisius. Dengan hati yang tulus ia pergi menemui Saprisius untuk meminta maaf. Namun Saprisius tak menghiraukannya. Dengan demikian permusuhan di antara mereka tetap berlangsung hingga peristiwa penghambatan agama dan penganiayaan terhadap umat Kristen oleh Kaisar Valerianus pada tahun 260.
Sebagaimana biasa, kaisar menuntut semua orang serani untuk membawa kurban kepada dewa-dewi kafir Romawi dan meninggalkan iman kristennya. Tak terkecuali Saprisius. Ia ditangkap dan dihadapkan ke pengadilan Gubernur Romawi di Antiokia.ia dengan tegas mengakui dirinya sebagai seorang murid Kristus dan menolak membawa korban kepada dewa-dewi kafir Romawi. Oleh karena itu, ia disiksa lalu dihantar ke tempat pembunuhan.
Nisephorus, yang kebetulan hadir dalam peristiwa itu, mengikuti Saprisius sehabatnya ke tempat pembunuhan itu. di tengah jalan ia berusaha mendekati Saprisius untuk meminta maaf kepadanya, “Ampunilah aku, o pahlawan Kristus yang gagah berani. Engkau dengan berani mengakui Kristus sebagai Tuhan di hadapan orang-orang kafir. Kuatkanlah hatimu. Kristus sedang menantimu di sorga dan akan memberikan kepadamu mahkota kemenangan.”
Saparisius tak berkata sepatah katapun. Ia tetap diam ketika seorang algojo hendak memenggal kepalanya, dengan ketakutan ia berteriak, “Berhentilah! Aku akan membawa korban kepada para dewamu.” Nisephorus sangat sedih mendengarkan kata-kata murtad itu. dengan keras ia menegur Saprisius, “Apa yang kau katakana saudaraku? Janganlah engkau mengabaikan mahkota yang telah disiapkan Kristus bagimu karena penderitaanmu demi kemuliaan nama-Nya.” Namun teguran itu tak dihiraukan Saprisius. Sebagai gantinya Nisephorus yang mengakui dirinya sebagai pengikut Kristus menjadi korban dan menerima mahkota Kristus sebagai martir.
Baca juga orang kudus hari ini:

Senin, 15 Februari 2016

Tanggapan atas Kritikan terhadap Tulisan di Web Keuskupan

TANGGAPAN ATAS KRITIKAN TERHADAP TULISAN DI WEB KEUSKUPAN
Tanggal 9 Februari lalu, Romo Yudi menyampaikan kepada saya bahwa ada seorang umat, kemungkinan dari Paroki Tembesi, yang men-share tulisan di web keuskupan di akun facebook-nya. Judul tulisan web itu adalah: “Setijab Paroki Tembesi: Yang Terlama GantikanYang Tercepat”. Hasil share itu menimbulkan reaksi yang beragam. Romo Yudi menilai bahwa tulisan web itu membuat heboh. Karena itu ia mem-posting-kan reaksi atas tulisan web itu yang muncul di akun facebook ke alamat email saya (lihat gambar di samping ini).
Saya pribadi sama sekali tidak tahu kalau tulisan web itu menimbulkan kehebohan, seperti yang dimaksud Rm. Yudi. Yang saya tahu adalah bahwa tulisan itu banyak dibaca. Hal ini terlihat dari jumlah hit, yang dalam waktu 2 hari sudah mencapai lebih dari 350. Bandingkan dengan tulisan-tulisan lain, yang butuh waktu hingga seminggu bahkan lebih baru dapat mencapai 100 hit.
Setelah membaca email Rm. Yudi, saya baru mengetahui kehebohan itu. Dari postingan akun facebook Yanselmus Nanga, saya dapat mengatakan bahwa tulisan saya di web keuskupan itu menimbulkan pro dan kontra. Suara kontra dapat terbaca dari tulisan Atanasius Anlly (Ini media Keuskupan kok bicara seperti pos metro?), Yanselmus Nanga (Prihatin dgn isi Media ini…) dan Romaldus Belalawe (Atan// Inilah wajah Media Keuskupan kita. Apa boleh buat. Hehehe …); sementara suara pro dapat dibaca pada tulisan Agusinus Sinaga (… sdh capek umat), Marianus Lorenzo Sihotang (Bahasa yang sangat jujur).
Selain suara-suara pro dan kontra, ada juga suara pesimis dan harapan. Suara pesimis terlihat dari tulisan Mangapul Martinus Limbong (Perpindahan ke 3 pastor ini membuat umat semakin linglung seperti kehilangan induk. Kenapa? Dalam waktu singkat adanya pergantian 3 pastor sekaligus … ini juga berdampak negatif di KBG), sedangkan suara-suara harapan diwakili oleh Antonius Januarius Retutola (Mudah2an yang sdh tercabik cabik bisa bersatu lagi dalam kerendahan hati ….), Agusinus Sinaga (Tp optimis sajalah supaya bertolak lebih dalam dari yg sudah ada) dan Alexander Laka (Mari kita menerima Eman sebagai saudara dan juga sebagai gembala kita begitu juga romo Lorens gbu).
Saya sama sekali tidak mengikuti perdebatan mereka di akun facebook Yanselmus Nanga. Saya hanya menilai berdasarkan kutipan yang dikirim Rm. Yudi. Jadi, tanggapan saya hanya sebatas apa yang ada saja, sebagaimana yang sudah saya tampilkan di atas.

Minggu, 14 Februari 2016

Orang Kudus 14 Februari: St. Yohanes Aldomovar

BEATO YOHANES ALDOMOVAR, PENGAKU IMAN
Kepribadian Yohanes, seorang bekas budak belian, sangat dikagumi oleh Santa Theresia Avila. Kepadanya St. Theresia mengungkapkan, “Yan, belajarlah rajin-rajin. Sekali kelak engkau akan mengikuti jejakku.” Kata-kata ramalan itu diturutinya dengan patuh. Sejak saat itu, imamat dan belajar menjadi cita-cita dan program hidupnya.
Yohanes kecil kemudian menjadi sangat pandai. Ia meneladani St. Theresia dalam doa dan tapa. Kepada kawan-kawannya ia berkata, “Apabila tapa dan matiraga itu menyakitkan, maka itulah tanda bahwa tapa dan matiraga itu sesuatu yang menyehatkan.” Akhirnya terjadilah atas dirinya apa yang pernah dikatakan oleh Theresia. Ia menjadi pembaharu disiplin hidup para rahib dalam ordonya, Ordo Tritunggal Mahakudus.
Semasa studinya, Yohanes mengalami banyak sekali cobaan. Namun semuanya itu tidak berhasil menggagalkan cita-citanya. Setelah menyelesaikan studinya ia menjadi rahib yang terkenal dalam Ordo Tritunggal Mahakudus. Kepandaiannya dan ilmunya yang tinggi tidak menjerumuskan dia ke dalam keangkuhan melainkan sebaliknya membuat dia semakin rendah hati. Ia terkenal sebagai pencinta orang-orang miskin dan sederhana.
Cintanya kepada orang-orang itu terbukti ketika wabah pes merajalela pada tahun 1590. Tanpa mempedulikan segala kemungkinan bahaya atas dirinya, ia merawat orang-orang yang tertimpa penyakit yang berbahaya itu. kesehatan badannya yang kurang baik tidak dihiraukannya. Selain itu, sambil tetap menjalankan kerasulannya di Andalusia, ia berusaha sekuat tenaga untuk memulihkan tata tertib hidup dalam tarekatnya.

Orang Kudus 14 Februari: St. Sirilus

SANTO SIRILUS, PENGAKU IMAN
Sirilus lahir pada sekitar tahun 827 di Tesalonika, Yunani, dengan nama Konstantin. Ia adalah saudara dari Santo Methodius, dan kemungkinan besar ibunya adalah orang Slavia, karena mereka mampu berbahasa Slavia. Keluarganya adalah keluarga bangsawan dan dikatakan masih memiliki hubungan dengan Senat Tesalonika. Sirilus belajar filsafat di Universitas Konstantinopel. Ia kemudian ditahbiskan sebagai seorang imam. Pada saat menjadi biarawan ia mengganti namanya menjadi Sirilus.
Pada tahun 861 Sirilus dikirim bersama saudaranya oleh Kaisar untuk mempertobatkan orang-orang Yahudi Khazars. Dalam tugas ini mereka tidak hanya berhasil, tetapi juga mempelajari budaya dan bahasa Khazars. Kemudian muncul permintaan dari Moravia untuk mengirimkan pengkotbah Injil. Dengan bermodalkan bahasa Slavia yang digunakan di Moravia, dan keberhasilan pada misi sebelumnya, Sirilus dan Santo Methodius mengajukan diri untuk bermisi di Moravia.
Tahun 863 mereka pergi ke Moravia. Di sini mereka menerjemahkan liturgi dan Kitab Suci ke dalam Bahasa Slavia. Apa yang mereka lakukan mendapat pertentangan, karena pada saat itu penggunaan bahasa setempat belumlah dikenal dalam Gereja Barat (bahasa setempat baru digunakan dalam Gereja Barat setelah Konsili Vatikan II).
Sirilus  dan Methodius dipanggil oleh Paus Nikolaus I (858 - 867) ke Roma, tetapi Bapa Paus keburu meninggal sebelum bertemu mereka. penggantinya, Paus Adrian II, menerima mereka dan memberikan dukungan atas perbuatan mereka. keduanya diangkat sebagai Uskup, tetapi Sirilus tidak dapat kembali ke Moravia karena ia meninggal di Roma pada 14 Februari 869 di Italia.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 14 Februari: St. Methodius

SANTO METHODIUS, PENGAKU IMAN
Methodius lahir pada sekitar tahun 826 di Tesalonika, Yunani. Ia adalah saudara dari Santo Sirilus, dan kemungkinan besar ibunya adalah orang Slavia, karena mereka mampu berbahasa Slavia. Keluarganya adalah keluarga bangsawan dan dikatakan masih memiliki hubungan dengan Senat Tesalonika. Methodius belajar filsafat di Universitas Konstantinopel. Ia kemudian ditahbiskan sebagai seorang imam dan menjadi biarawan.
Pada tahun 861 Methodius dikirim bersama saudaranya oleh Kaisar untuk mempertobatkan orang-orang Yahudi Khazars. Dalam tugas ini mereka tidak hanya berhasil, tetapi juga mempelajari budaya dan bahasa Khazars. Kemudian muncul permintaan dari Moravia untuk mengirimkan pengkotbah Injil. Dengan bermodalkan bahasa Slavia yang digunakan di Moravia, dan keberhasilan pada misi sebelumnya, Methodius dan Santo Sirilus mengajukan diri untuk bermisi di Moravia.
Tahun 863 mereka pergi ke Moravia. Di sini mereka menerjemahkan liturgi dan Kitab Suci ke dalam Bahasa Slavia. Apa yang mereka lakukan mendapat pertentangan, karena pada saat itu penggunaan bahasa setempat belumlah dikenal dalam Gereja Barat (bahasa setempat baru digunakan dalam Gereja Barat setelah Konsili Vatikan II).
Methodius dan Sirilus dipanggil oleh Paus Nikolaus I (858 - 867) ke Roma, tetapi Bapa Paus keburu meninggal sebelum bertemu mereka. penggantinya, Paus Adrian II, menerima mereka dan memberikan dukungan atas perbuatan mereka. keduanya diangkat sebagai Uskup, tetapi Sirilus tidak dapat kembali ke Moravia karena ia meninggal di Roma pada 14 Februari 869. Methodius kembali ke Moravia dan menjadi Uskup Agung.
Pada tahun 870, dalam sinode Ratisbon, Methodius dikutuk, diturunkan dan dipenjarakan. Tiga tahun kemudian ia dibebaskan oleh Paus Yohanes VIII. Bapa Paus juga mengembalikan jabatannya. Methodius kemudian menyelesaikan menerjemahkan seluruh Kitab Suci ke dalam Bahasa Slavia, kecuali Kitab Makabe. Methodius meninggal dunia pada 6 April 885 di Moravia, Republik Ceko.
Baca juga orang kudus hari ini:

Jumat, 12 Februari 2016

Orang Kudus 12 Februari: St. Humbelina

BEATA HUMBELINA, PENGAKU IMAN
Humbelina lahir pada sekitar tahun 1092, kemungkinan di Fontaines-les-Dijon, Burgundy, Perancis. Ia adalah puteri dari keluarga bangsawan Perancis. Humbelina merupakan saudari dari Santo Bernardus Clairvaux. Pada masa mudanya, ia menikah dengan Guy de Marcy, dan ia sangat popular sekali.
Suatu ketika Humbelina mengunjungi saudaranya St. Bernardus. Pada saat itu ia bertobat atas kehidupan yang selama ini ia jalani. Atas izin suaminya Humbelina menjadi seorang biarawati Benediktin di Biara Jully les Nonnais. Humbelina kemudian menjadi petapa dan abdis menggantikan saudara iparnya, Elizabeth.
Humbelina meninggal dunia pada tahun 1763 dalam dekapan saudaranya. Pada tahun 1763 kultusnya diakui oleh Paus Klemen XIII, tetapi kurang jelas apakah ia telah dibeatifikasi atau dikanonisasi. Akan tetapi, yang jelas Humbelina dihormati sebagai orang kudus, karena dalam beberapa sumber ia dinyatakan sebagai santa.
Baca juga orang kudus hari ini:

Rabu, 10 Februari 2016

Memahami tentang Rabu Abu

RABU ABU: ALASAN, MAKNA DAN TUJUANNYA
Seorang muslim pernah berkata, “Enak ya, jadi katolik itu gak ada puasanya.” Dia langsung kaget ketika dikatakan bahwa orang katolik juga punya tradisi puasa. Lama masa puasa itu adalah 40 hari. Angka 40 memiliki makna rohani sebagai lamanya persiapan, seperti yang pernah dilakukan oleh Musa (lih. Kel 34: 28) atau Nabi Elia (lih. 1Raj 19: 8), dan Tuhan Yesus sendiri (lih. Mat 4: 2).
Masa puasa ini sering juga disebut masa prapaskah. Perlu diketahui, masa prapaskah tidak semata-mata dimaknai sebagai tindakan berpuasa saja, melainkan juga untuk bertobat dan berderma. Masa prapaskah selalu diawali pada Rabu Abu. Pada hari ini semua umat katolik diundang untuk mengikuti perayaan penerimaan abu.
1.    Mengapa Hari Rabu
Gereja Katolik menerapkan puasa ini selama 6 hari dalam seminggu (hari Minggu tidak dihitung karena dianggap sebagai peringatan Kebangkitan Tuhan Yesus), maka masa puasa berlangsung selama 6 minggu ditambah 4 hari, sehingga genap 40 hari. Dengan demikian, hari pertama puasa jatuh pada hari Rabu supaya bisa genap 40 hari.
Ritual perayaan Rabu Abu ditemukan dalam edisi awal Gregorian Sacramentary yang diterbitkan sekitar abad VIII. Sekitar tahun 1000, seorang imam Anglo-Saxon bernama Aelfric menyampaikan dalam kotbahnya bahwa menaburi diri dengan abu serta membalut tubuh dengan kain kabung merupakan ungkapan tobat. Aelfric mengajak umat untuk bersedia menerima abu di kepala sebagai tanda bahwa “kita wajib menyesali dosa-dosa kita terutama selama masa Prapaskah.”
2.    Mengapa Pakai Abu

Selasa, 09 Februari 2016

Orang Kudus 8 Februari: St. Yosefina Bakhita

SANTA YOSEFINA BAKHITA, BIARAWATI & PENGAKU IMAN
Yosefina Bakhita lahir pada tahun 1869 di Sudan. Ada yang mengatakan bahwa Bakhita terlahir dari keluarga kaya Sudan, tetapi yang pasti ia diculik sejak kecil. Bakhita bukanlah nama sebenarnya, namun merupakan sebuah nama yang diberikan para penculik kepadanya, bahkan Bakhita tidak pernah ingat nama yang diberikan orangtuanya.
Bakhita diperjualbelikan oleh para penculiknya di El Obied dan Khartoum. Tak jarang juga ia mengalami penyiksaan. Pada suatu ketika ia dibeli oleh konsul Italia, Callisto Legnani, dan untuk pertama kalinya Bakhita mengalami rasa damai karena tidak mendapatkan siksaan. Ketika Callisto Legnani meninggalkan Sudan, karena kondisi politik, Bakhita ikut bersamanya ke Italia.
Di Italia ia mendapatkan keluarga baru, setelah Augusto Michieli dan isterinya mengadopsinya dari Callisto Legnani. Bersama keluarga Michieli, Bakhita tetap dicintai dan disayangi. Ketika keluarga Michieli memperoleh seorang puteri, Mimmina, Bakhita menjadi pengasuh sekaligus sahabatnya.
Pada suatu ketika, Bakhita dan Mimmina dititipkan kepada suster-suster Canossian, karena keluarga Michieli harus bekerja di Laut Merah. Di sinilah Bakhita mengenal Tuhan, yang sebenarnya bisikannya sudah ia rasakan sejak kecil, tetapi ia tidak dapat mengenalnya. Bakhita dibaptis pada 9 Januari 1890 dan mengambil nama Yosefina. Ketika keluarga Michieli datang untuk mengambil Bakhita dan Mimmina, Bakhita memilih untuk tetap tinggal bersama suster-suster Canossian karena ia merasa terpanggil akan hidup religius.
Pada 8 Desember 1896 ia secara resmi menjadi biarawati. Selama 50 tahun ia hidup di Schio melakukan berbagai karya. Kerendahan hati dan murah senyumnya memenangkan hati para penduduk di Schio. Muder Moretta (hitam) itulah sebutan untuk dirinya. Ketika ia semakin tua, ia merasakan rasa sakit yang ia alami ketika ia menjadi budak. Bunda Maria kemudian membebaskannya dari masa sakitnya.
Yosefina Bakhita meninggal dunia pada 8 Februari 1947 di biara Canossian di Schio. Pada 17 Mei 1992 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II, dan pada 1 Oktober 2000 ia dikanonisasi oleh Paus yang sama.
Baca juga orang kudus hari ini:

Minggu, 07 Februari 2016

Renungan Hari Minggu Biasa V - C

Renungan Hari Minggu Biasa V, Thn C/II
Bac I  Yes 6: 1 – 2a, 3 – 8; Bac II       1Kor 15: 1 – 11;
Injil    Luk 5: 1 – 11;
Sabda Tuhan hari ini memiliki tema tentang panggilan dan perutusan. Bacaan pertama, yang diambil dari Kitan Nabi Yesaya, berbicara tentang panggilan dan perutusan Yesaya. Diawali dengan penglihatan Yesaya tentang Tuhan dengan segala kemegahan-Nya di dalam Bait Suci. Dalam penglihatan itu, Yesaya mendengar pertanyaan Tuhan, “Siapakah yang akan Kuutus dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” (ay. 8). Pertanyaan ini sangat jelas ditujukan kepada Yesaya. Karena itulah, dengan tegas Yesaya menjawab, “Ini aku, utuslah aku!” Yesaya menerima panggilan Tuhan dan siap diutus untuk menyampaikan pesan Tuhan kepada bangsa Israel.
Kisah panggilan kembali terlihat dalam Injil hari ini. Panggilan itu terjadi pada diri Simon Petrus, dan juga Yakobus dan Yohanes. Berawal dari kisah mukjizat yang dialami oleh Simon Petrus dan teman-temannya, yaitu mendapat ikan dalam jumlah yang sangat besar. Dari sinilah Tuhan Yesus memanggil mereka, “Mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” (ay. 10). Sama seperti Yesaya yang langsung menanggapi panggilan Tuhan, Simon dan kedua rekannya pun langsung menanggapi panngilan Tuhan Yesus. Dikatakan bahwa mereka segera menghela perahu mereka ke darat dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikuti Yesus (ay. 11).
Bacaan kedua, yang diambil dari surat Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus, mau bercerita tentang panggilan dan perutusan Paulus serta apa tujuannya. Paulus mengatakan bahwa dibandingkan para rasul, dia adalah yang paling hina, “sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah” (ay. 9). Dalam suratnya Paulus menjelaskan juga akan tugas perutusannya, yaitu memberitakan Injil (ay. 1). Tujuan pemberitaannya, dan juga pemberitaan para rasul lainnya, itu adalah supaya jemaat menjadi percaya (ay. 11)
Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita akan tugas perutusan kita. Sakramen baptis yang telah kita terima membuat kita turut ambil bagian tugas perutusan Tuhan Yesus untuk mewartakan Injil. Bapa-bapa Paus kita, seperti Yohanes Paulus II, Benediktus XVI dan Paus Fransiskus, senantiasa menyerukan supaya umat Kristiani mewartakan tentang Kristus dan karya keselamatannya. Tujuannya pertama-tama bukan supaya orang diselamatkan, melainkan agar orang tahu dan menjadi percaya.***
by: adrian

Orang Kudus 7 Februari: St. Rosalie Rendu

BEATA ROSALIE RENDU, PENGAKU IMAN
Terlahir sebagai Yohana Maria Rendu, Rosalie lahir pada 9 September 1786 di Confort, Gex, Perancis. Ia adalah puteri tertua dari empat puteri keluarga Rendu. Ketika berusia 3 tahun, meletuslah Revolusi Perancis. Saat itu kaum religious dipaksa untuk bersumpah setia mendukung pemerintahan revolusi. Banyak di antara kaum religious yang menolak dibunuh, dan ada juga yang memilih bersembunyi.
Keluarga Rendu termasuk keluarga yang memberikan penampungan bagi para kaum religius yang bersembunyi. Salah satunya adalah Uskup Annecy, yang menyamar dengan menggantikan nama menjadi Pierre. Suatu malam, Rosalie mendapati Bapa Uskup merayakan misa, sehingga ibunya terpaksa memberitahu identitas Pierre yang sebenarnya. Dalam keadaan seperti ini, Rosalie terpaksa harus menerima Komuni Pertamanya secara sembunyi-sembunyi di ruang bawah tanah rumah mereka.
Pada 12 Mei 1796 Rosalie kehilangan ayahnya, dan pada 19 Juli 1796 giliran adik terkecilnya, yang baru berusia 4 bulan meninggal. Rosalie kemudian dikirim oleh ibnya untuk mendapat pendidikan dari suster-suster Ursulin di Gex setelah keadaan kembali normal. Setelah 2 tahun bersama suster Ursulin, Rosalie mendapati sebuah rumah sakit, dimana para suster Puteri Kasih sedang merawat orang sakit. Rosalie tertarik dan bahkan berkeinginan menjadi biarawati Puteri Kasih.

Orang Kudus 7 Februari: St. Anselmus Palanco

BEATO ANSELMUS PALANCO, USKUP & MARTIR
Anselmus Palanco lahir pada 16 April 1881 di Valdavia, Spanyol. Ia adalah putera dari seorang petani. Menjawab panggian Tuhan Anselmus bergabung dengan Ordo Agustinian di Valladolid, Spanyol pada tahun 1897. Anselmus belajar filsafat dan teologi di Biara St. Maria de la Vid, dan pada Desember 1904 ia ditahbiskan sebagai seorang imam. Ia melanjutkan pendidikannya di Jerman, dan saat kembali ke Spanyol ia mengajar di Valladolid dan biara de la Vid.
Anselmus kemudian menjadi prior pada komunitas di Valladolid. Tak lama kemudian ia dipindahkan ke Philippine, Spanyol sebagai penasehat provinsial. Tahun 1932 Anselmus menjadi prior provinsi Nama Suci Yesus di Philippine. Sebagai prior ia harus mengunjungi para biarawan Agustinian yang menjadi misionaris dan tersebar di berbagai Negara, seperti China, Amerika, Filipina, Kolombia, Peru.
Pada tahun 1935 Anselmus ditunjuk sebagai Uskup Teruel dan Administrator Apostolik Albarracin. Saat itu sutuasi sedang sangat sulit. Perang saudara terjadi di Teruel, dan pada akhirnya pihak Republik menguasai Teruel pada tahun 1938. Anselmus ditangkap bersama Vikaris Jenderalnya (Filipus Ripoli Morata). Anselmus mendapat tekanan dan bahkan sempat dipaksa untuk menandatangani pernyataan dukungan kepada Republik. Pihak Republik bahkan berjanji akan mendukungnya menduduki jabatan Uskup Agung Barcelona. Namun semua itu ditolak oleh Anselmus.
Anselmus dan Filipus Ripoli ditahan selama 13 bulan. Akhirnya kedua orang itu ditembak mati sebelum perang saudara berakhir. Anselmus Palanco meninggal dunia pada 7 Februari 1939 di Pont de Molins, Gerona, Spanyol. Pada 1 Oktober 1995 ia dibeatifikasi bersama Filipus Ripoli oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 7 Februari: St. Pius IX

BEATO PIUS IX, PAUS & PENGAKU IMAN
Terlahir sebagai Giovanni Maria Mastai-Ferretti, Pius IX adalah Paus ke-225 Gereja Katolik, yang menjadi Paus pada tahun 1846 – 1878. Giovanni lahir pada 13 Mei 1792 di Senigallia, Italia. Ia adalah putera dari Geronamo Ferretti dan Caterina Solazzi, yang berasal dari keluarga bangsawan. Sejak tahun 1802 – 1809 ia belajar di kolose Piarist di Volterra. Setelah itu ia pergi ke Roma untuk belajar filsafat dan teologi, tetapi ia harus meninggalkan pendidikannya pada tahun 1810 karena masalah politik.
Pada tahun 1814 Giovanni kembali ke Roma dan mendaftarkan diri dalam apasukan penjaga Paus, tetapi ditolak karena sejak kecil ia menderita epilepsi. Giovanni kemudian melanjutkan belajar teologi di seminari Romawi pada tahun 1814 – 1818, dan selama itu juga penyakit epilepsinya hilang. Pada 10 April 1819 ia ditahbiskan sebagai imam di Roma. Paus Pius VII menunjuknya sebagai pembimbing spiritual sebuah panti asuhan yang dikenal dengan nama Tata Giovanni.
Giovanni dikirim sebagai auditor bagi delegasi kapausan Mgr. Muzzi di Chilli pada tahun 1823. Ia kembali pada tahun 1825 dan menjadi Kanon di Gereja St. Maria di Via Lata, Roma. Paus Leo XII menunjuknya sebagai direktur rumah sakit San Michele. Giovanni kemudian diangkat sebagai Uskup Agung Spoleto pada 21 Mei 1827 oleh Paus Leo XII.
Pada 17 Februari 1832 Paus Gregorius XVI memindahkannya ke Keuskupan Agung Imola, dan pada 14 Desember 1840 ia diangkat sebagai Kardinal. Ketika Paus Gregorius XVI meninggal pada tahun 1846, para cardinal memilih Giovanni sebagai penggantinya. Giovanni kemudian mengambil nama Pius IX pada 16 Juni 1846.

Sabtu, 06 Februari 2016

Renungan Hari Sabtu Biasa IV - Thn II

Renungan Hari Sabtu Biasa IV, Thn C/II
Bac I  1Raj 3: 4 – 13; Injil         Mrk 6: 30 – 34;
Hari ini sabda Tuhan diambil dari Kitab Pertama Raja-raja. Di sini dikisahkan tentang komunikasi antara Allah dan Salomo, putra Daud. Komunikasi ini berawal dari tawaran Allah kepada Salomo mengenai apa yang dibutuhkannya. Allah yang memberikannya. (ay. 5). Yang menarik adalah Salomo tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuh. Ketiga hal ini semata-mata demi kepentingan pribadi; dan ini yang tidak diminta. Salomo lebih memilih meminta “Hati yang paham menimbang perkara untuk menghakimi … dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat.” (ay. 9). Memang permintaan itu untuk dirinya, namun penggunaannya untuk orang lain.
Sikap seperti Salomo ini dapat terlihat pada diri Tuhan Yesus dan para rasul-Nya. Dalam Injil hari ini dikisahkan para rasul berkumpul kembali bersama Tuhan Yesus setelah mereka melaksanakan tugas perutusan. Tuhan Yesus mengajak mereka untuk ke tempat sepi supaya bisa beristirahat. Alasannya adalah selama berkarya mereka benar-benar memberikan diri kepada umat “sehingga makanpun mereka tidak sempat.” (ay. 31). Di sini mau ditunjukkan nilai pengorbanan demi orang lain. Demi melayani orang lain, mereka sampai lupa akan dirinya sendiri. Sama seperti permintaan Salomo, mereka lebih berorientasi ke luar dari dirinya sendiri.
Sabda Tuhan hari ini mau berbicara soal dedikasi dan pengorbanan tanpa pamrih. Sikap ini rasanya semakin sulit dijumpai pada manusia dewasa ini, apalagi pada para imam yang memang terpanggil untuk melayani bukan dilayani. Banyak orang, ketika bekerja atau “melayani” masih mempertimbangkan uang atau kepentingan dirinya. Melalui sabda-Nya hari ini Tuhan mengajak kita untuk lebih berorientasi keluar dari diri sendiri. Kita diajak untuk lebih memperhatikan orang lain, umat yang dilayani. Tuhan menghendaki agar kita mau memberi diri demi orang lain dalam tugas dan peran kita.***
by: adrian

Orang Kudus 6 Februari: St. Filipus de las Casas

SANTO FILIPUS DE LAS CASAS, MARTIR
Filipus de las Casas lahir pada tahun 1575 di Meksiko. Filipus memutuskan untuk bergabung dengan Ordo Fransiskan, tetapi setelah satu tahun ia memutuskan keluar dari biaranya. Filipus, dibantu oleh ayahnya, menjadi seorang pedagang. Ia pergi ke Manila, Filipina, dan di sana ia merasakan kembali panggilannya. Ia kembali membutuskan untuk masuk biara Fransiskan pada tahun 1590.
Saat akan ditahbiskan, Filipus harus berlayar kembali ke Meksiko, karena kosongnya takhta keuskupan di Filipina. Pada 12 Juli 1596 Filipus berlayar, tetapi kemudian kapalnya karap sampai ke Jepang. Karena adanya tentara, amunisi dan meriam, Kaisar menjadi curiga akan adanya penjajahan, sehingga menahan semua penumpang. Karena hasutan juga, Kaisar Hideyoshi Toyotami menganggap keberadaan biarawan katolik sebagai sebuah ancaman, sehingga ia melancarkan penganiayaan terhadap umat Kristen.
Filipus  ditangkap dan dipenjarakan bersama dengan biarawan Fransiskan dan Yesuit. Filipus dijatuhi hukuman mati dengan cara disalib. Filipusde las Casas meninggal dunia pada 5 Februari 1597 di Nagasaki, Jepang. Pada 14 September 1627 ia dibeatifikasi bersama 25 orang martir Nagasaki lainnya oleh Paus Urbanus VIII, dan pada 8 Juni 1862 mereka dikanonisasi oleh Paus Pius IX.
Baca juga orang kudus hari ini: