Jumat, 15 November 2013

Anak Pastor

Dulu, waktu masih jaman Orde Baru, partai peserta pemilu hanya tiga, yaitu Golkar (Golongan Karya), PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dan PDI (Partai Demokrasi Indonesia).

Pemilu baru saja selesai, dan masih dalam proses penghitungan. Tiga orang pemuda, tanpa prinsip luber, asyik memperbincangkan pilihannya. Yang satu terus terang mengatakan bahwa ia pilih Golkar karena ia anak pegawai negeri. Yang kedua mengakui menusuk PPP karena ia anak pak haji.

Yang ketiga, “Saya sih tusuk PDI, sebab saya anak pastor.”

Orang Kudus 15 November: St. Magdalena Morano

BEATA MAGDALENA MARIA MORANO
Magdalena Maria Morano lahir di Turin pada 15 November 1847. Ia lahir dari keluarga besar yang sederhana. Ketika ia berusia 8 tahun, ayah dan kakaknya meninggal dunia. Karena itu, Magdalena terpaksa belajar sambil bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Pada tahun 1866 ia lulus menjadi guru sekolah dasar. Ada keinginannya untuk memasuki hidup religius, namun keluarganya tidak setuju, karena tenaganya sangat dibutuhkan. Selama 12 tahun Magdalena mengajar agama di pedesaan Moltando Torinese, Italia.
Pada tahun 1878, setelah membantu dua adiknya untuk bisa mandiri dan menyiapkan simpanan untuk ibunya, Magdalena masuk Konggregasi Putri Maria. Dalam usia yang masih sangat muda, ia menjadi biarawati Salesian. Konggregasi ini didirikan oleh Santo Yohanes Don Bosco dan Santa Maria Mazzarello. 
Pada tahun 1881 ia dikirim ke Trescastagni, di keuskupan Catania, Sisilia, Italia, untuk memimpin komunitas baru di sana. Di Sisilia juga ia membuka rumah baru untuk pendidikan dan kelas menjahit, melatih guru dan katekisasi. Dia mengabdikan dirinya di Sisilia selama 25 tahun.
Magdalena meninggal dunia pada 26 Maret 1908 di Catania, akibat penyakit tumor. Ketika ia meninggal, di Sisilia sudah punya 18 rumah dengan 142 anggota dan 20 anggota baru serta ada 9 orang yang hendak bergabung. Pada 5 November 1994 Magdalena menerima anugerah “Yang Berbahagia” dari Paus Yohanes Paulus II.

by: adrian

Renungan Hari Jumat Biasa XXXII - Thn I

Renungan Hari Jumat Biasa XXXII, Thn C/I
Bac I   : Keb 13: 1 – 9; Injil           : Luk 17: 26 – 37

Sabda Tuhan hari ini mau berbicara soal kebijaksanaan. Dalam bacaan pertama, kebijaksanaan dapat berguna untuk menemukan dan mengenal Allah dalam alam ciptaan. Untuk itu dibutuhkan mata iman agar dapat melihat Allah di dalam kebesaran dan keindahan alam semesta. Mata iman dalam dilatih dalam keheningan dan ketenangan. Jika masih disibukkan dengan urusan-urusan duniawi, maka sekalipun melihat mereka tetap tidak menemukan.

Yesus, dalam Injil hari ini, juga mengajak pendengarnya untuk bijaksana dalam menyikapi tanda-tanda zaman. “Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar.” (ay. 37). Tanda-tanda zaman selalu dikaitkan dengan kematian. Namun Yesus menasehati agar mereka tidak perlu cemas dan takut. Yesus meminta mereka untuk bijaksana dalam menyikapi kematian. “Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya.” (ay. 33).

Ada kehidupan ada kematian. Ini sebuah fakta tak terbantah. Setiap manusia yang hidup pasti akan mati. Kematian merupakan pintu masuk kepada kehidupan berikutnya. Ada banyak orang berusaha memelihara hidupnya agar abadi. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk bersikap bijaksana, baik dalam menyikapi kehidupan dan juga kematian. Dalam kehidupan, kita diajak untuk bisa berjumpa dengan Tuhan, sang pencipta kehidupan. Tentang kematian, kita diajak untuk tidak perlu takut dan cemas.

by: adrian