Kamis, 15 November 2018

JANGAN UBAH IRAMA PERMAINANNYA


Masa kampanye pemilihan presiden 2019 sudah berlangsung sejak September lalu. Hingga kini sudah dua bulan berlalu. Selama dua bulan ini dua kubu calon presiden belum juga menawarkan program atau gagasan untuk memperbaiki kondisi bangsa dewasa ini. Hal inilah yang menjadi bahan kritik para pengamat politik dan juga aktivis media, baik cetak maupun elektronik.
Para pengamat menilai bahwa selama dua bulan masa kampanye ini dua kubu calon presiden, baik Capres Jokowi maupun Capres Prabowo, lebih banyak perang diksi. Kubu Probowo menyerang kubu Jokowi terkait soal kebijakan pemerintah selama ini, yang di mata mereka gagal, sedangkan kubu Jokowi balas balik menyerang kubu Prabowo. Selama ini publik lebih disajikan soal isu ingkar janji, politik kebohongan, tempe setipis ATM dan lain sebagainya. Intinya, dua bulan ini rakyat hanya menyaksikan dua kubu ini saling serang menyerang, bukan dalam konteks program atau gagasan, melainnya soal yang remeh temeh.
Karena itu, para pengamat mengkritik kedua kubu ini. Mereka menilai bahwa pola kampanye selama dua bulan ini bukannya mencerdaskan warga, tetapi justru membuat warga bingung. Ada juga pengamat yang menilai bahwa pola kampanye selama ini bersifat kekanak-kanakan. Maka kebanyakan pengamat meminta supaya kedua kubu calon presiden menampilkan gagasan dan program yang akan mereka terapkan ketika terpilih menjadi presiden dan wakil presiden.
Satu pertanyaan kecil adalah benarkah rakyat bingung dengan pola kampanye selama ini, atau jangan-jangan itu hanya kebingungan para pengamat politik yang hasrat nalarnya tak terpuaskan.