Senin, 08 Juli 2019

MENGENAL ISTILAH ORANG NON MUSLIM DI MATA UMAT ISLAM

Islam adalah agama yang dibawa oleh Muhammad (570 – 650). Pada awal kemunculannya di jesirah Arab, dimana titik sentralnya adalah ka’bah (Mekkah), agama islam hadir di tengah-tengah masyarakat plural, baik dalam hal suku maupun dalam hal religius. Ka’bah sendiri merupakan pusat religiositas agama-agama yang ada pada waktu itu. Artinya, sebelum islam lahir, Ka'bah sudah ada, dan diperuntukkan untuk keperluan religius agama-agama yang ada, yang kemudian disebut islam dengan kafir. Semua simbol keagamaan ada di sana. Karena itu, ketika Muhammad dan kelompoknya kembali ke Mekkah dan menjadi penguasa di sana, simbol-simbol religius tersebut dimusnahkan, dan ka’bah menjadi satu-satunya milik islam.
Ketika pertama kali hadir di Mekkah, islam merupakan kelompok religius yang kecil. Karena hidup di tengah lingkungan yang toleran, islam pun tampil sebagai agama yang toleran. “Untukmu agamamu, untukku agamaku,” demikian wahyu Allah dalam surah al-Kafirun ayat 6, yang menjadi spirit hidup kaum muslim perdana dalam menjaga toleransi. Namun pada akhirnya muncul gesekan antara islam dan kelompok-kelompok masyarakat lain, terlebih dari kelompok masyarakat suku Muhammad sendiri. Hal inilah yang membuat Muhammad dan kelompoknya keluar dari Mekkah.
Keluar dari Mekkah, kelompok Muhammad akhirnya terdampar di Madinah. Sama seperti di Mekkah, di Madinah pun, saat islam datang, sudah ada kelompok-kelompok suku dan agama. Dengan kata lain, waktu itu Madinah sudah dikenal sebagai kelompok masyarakat majemuk. Sebagai kelompok pendatang baru dan minoritas, islam dikenal sebagai kelompok yang toleran. Umat islam dapat hidup membaur tanpa ada sekat-sekat pemisah.
Akan tetapi, ketika Muhammad tampil sebagai penguasa, yang dimulai dari Madinah hingga Mekkah, mulailah timbul sekat-sekat pemisah antara umat islam dengan umat manusia lainnya. Secara umum, pemisahan itu dibagi ke dalam kelompok umat beriman (dikhususkan pada kaum muslim) dan kelompok umat tak beriman (ditujukan kepada umat non islam).

KETIKA ADA KEBENCIAN DALAM CERAMAH KEAGAMAAN


Hari ini, 2 tahun lalu, persisnya 8 Juli 2017, blog budak-bangka menurunkan sebuah tulisan dengan judul: "Ujaran Kebencian vs Ceramah Keagamaan". Tulisan tersebut berangkat dari persoalan yang melibatkan putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep. Postingannya, dengan kata ndeso di dalamnya, dipermasalahkan oleh Muhammad Hidayat. Oleh Hidayat, kata tersebut mengandung unsur penghinaan dan ujaran kebencian.
Bagi penulis blog ini, permasalahan tersebut sungguh sangat menarik. Dari sana, penulis mencoba merefleksikannya, dan ditemukan setidaknya dua poin penting untuk direnungkan bersama oleh siapa saja yang membaca tulisan tersebut. Kedua poin itu adalah alasan di balik laporan Hidayat, dan masalah ujaran kebencian dalam ceramah-ceramah agama, yang notabene kebanyakan terjadi dalam agama islam.
Tulisan 2 tahun lalu itu diurai dengan menggunakan bahasa Indonesia yang sederhana dan ringan sehingga memudahkan siapa saja yang membacanya untuk dapat memahami tulisan tersebut. Selain itu, pembaca tak perlu membutuhkan waktu yang lama, karena tulisan tersebut dipapar dengan singkat, padat, bernas dan jelas. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai isi tulisan tersebut langsung saja klik dan baca di sini. Selamat membaca!!!

INI ALASAN KENAPA ANAK HARUS DIJAUHI DARI HP


Dewasa kini manusia tak bisa dipisahkan dari benda yang dinamakan HP atau gadget. Bahkan anak kecil sekalipun sudah terbiasa bermain dengan benda tersebut. Orangtua seakan merasa bangga bila membiarkan anaknya bermain dengannya. Padahal penelitian sudah membuktikan ada bahaya yang mengancam anak yang terbiasa bermain dengan gadget.
Topik inilah yang diangkat blog budak-bangka empat tahun lalu, persisnya pada 8 Juli 2915, lewat judul tulisan "Gadget Mengancam Anak Kita". Tulisan tersebut merupakan olahan dari beberapa sumber, yang memaparkan 5 efek buruk gadget bagi anak-anak. Sangat bagus untuk menjadi perhatian para orangtua, jika memang mereka mencintai anaknya.
Diurai dengan menggunakan bahasa Indonesia yang sederhana dan ringan sehingga pembaca mana pun dapat dengan mudah memahami tulisan tersebut. Selain itu, pembaca tak perlu membutuhkan waktu yang lama, karena tulisan tersebut dipapar dengan singkat, padat, bernas dan jelas. Lebih lanjut mengenai tulisan tersebut langsung saja klik dan baca di sini. Selamat membaca!!!