Kamis, 04 Agustus 2022

PARA IMAM DAN KEKAYAAN

 

Ketika mau menerima tahbisan imam, seorang calon  musti mengikrarkan tiga kaul (untuk imam diosesan dikenal dengan janji), yaitu kemurnian, kemiskinan dan ketaatan. Dengan mengucapkan kaul janji kemiskinan, seorang imam (termasuk biarawan dan biarawati) diajak untuk menghayati hidup miskin, sebagaimana Yesus Kristus. Spiritualitas kemiskinan ini adalah Yesus Kristus, karena Yesus sendiri hidup miskin.

Di zaman dulu, ada banyak imam sungguh-sungguh menghayati panggilan hidup miskin ini. Sekedar menyebutkan beberapa nama, ada St. Yohanes Maria VianneyYosef Maria PignatelliMartinus de Porres, dll. Yang terkenal adalah Santo Fransiskus Asisi. Ordo yang dibangun oleh Fransiskus Asisi ini pun terkenal dengan hidup miskinnya.

Akan tetapi, dewasa ini sangat sulit menemui imam yang benar-benar menghayati janji kemiskinan ini. Jika ditanya alasannya, mereka akan menjawab lain padang, lain belalang; lain dulu, lain sekarang. Zaman berkembang. Jadi, sekalipun janji atau kaulnya sama, namun penghayatannya berbeda.

Saat ini sangat mudah menjumpai imam dengan “kemewahan”nya. Ada imam yang punya HP lebih dari 2 dengan harga yang fantastis dibandingkan dengan uang saku yang mereka dapat. Ada imam punya kamera mahal, yang harganya membutuhkan uang saku 3 bulan. Ada pula imam yang punya mobil, motor, tanah dan barang mahal lainnya.

Tentulah orang akan bertanya, dari mana mereka dapat uang untuk membeli semua itu? Tak mungkinlah mereka mengandalkan uang sakunya. Sekedar perbandingan, untuk dapat beli Samsung Galaxy S6, dibutuhkan uang saku sekitar 4 bulan. Itu pun dengan catatan, uang saku itu harus utuh, tidak kurang sedikit pun untuk kebutuhan lainnya. Nah, bagaimana bisa dijelaskan bila seorang imam punya Samsung Galaxy, Blackberry, tablet, laptop, kamera DLSR, dll.