Jumat, 23 Agustus 2013

Menangani Sakit Tenggorokan

CARA SEDERHANA ATASI SAKIT TENGGOROKAN

Sakit tenggorokan yang biasanya disebabkan virus dan bakteri terkadang memang bisa menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Namun, pada beberapa kasus, sakit tenggorokan sebenarnya bisa disembuhkan dengan obat yang aman, murah, dan tanpa efek samping yakni bahan-bahan yang ada di dapur Anda.

Dikutip dari Medindia, Senin (19/8/2013) ini dia obat yang berasal dari bahan-bahan di dapur rumah Anda yang bisa digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan:

1. Teh jahe
Anda bisa menambahkan satu inci potong jahe yang dimemarkan kemudian rebus selama dua hingga menit. Lalu, campur dengan teh yang telah Anda buat sebelumnya.

2. Teh chamomile
Teh chamomile hangat juga dapat mengurangi sakit tenggorokan karena bisa mengatasi peradangan. Seduh dua kantung teh chamomile dengan satu cangkir air mendidih. Jika ingin mendapat rasa manis, Anda bisa menambahkan madu.

3. Kumur dengan campuran kunyit, air, dan garam
Ini adalah obat rumahan yang sangat efektif untuk menghilangkan rasa sakit pada tenggorokan. Ditambah lagi, bahan-bahan yang diperlukan pasti selalu tersedia di dapur Anda. Campurkan satu sdt garam dan sejumput kunyit dengan 200 ml air hangat kemudian berkumurlah beberapa kali sehari.

4. Kemangi
Rebus daun kemangi dan minumlah air rebusannya. Atau cukup berkumur dengan air rebusan kemangi akan membuat sakit tenggorokan Anda membaik.

5. Madu dan lemon
Minumlah secangkir air hangat yang dicampur dengan satu sdm lemon dan satu sdm madu. Campuran ini dikenal sebagai obat ampuh untuk atasi sakit tenggorokan. Jika tidak ada lemon, satu sdm madu tanpa tambahan air juga bisa mengurangi sakit tenggorokan karena madu adalah antibiotik alami. Tapi sebaiknya madu tidak diberikan pada anak-anak di bawah usia dua tahun.

6. Menghirup uap
Obat kuno untuk mengatasi sakit tenggorokan adalah menghirup uap. Taruh air panas dalam panci lalu letakkan di depan Anda. Pakailah handuk di kepala untuk mencegah uap menyebar. Hirup uap dari panci tak hanya melalui hidung tapi sesekali juga melalui mulut. 

7. Permen pelega tenggorokan
Permen pelega tenggorokan bisa menenangkan tenggorokan Anda dengan menjaganya agar tetap lembab. Tapi, hindari pemberian permen ini untuk anak di bawah umur empat tahun karena bisa membuat mereka tersedak. 

8. Sup
Saat tenggorokan sakit, biasanya kita akan sulit makan dan menelan. Oleh karena itu, cobalah mengkonsumsi sup misalnya sup ayam yang hangat dengan rasa sedikit agak asam. Itu tidak hanya meringankan rasa sakit tapi juga memastikan Anda mendapat nutrisi untuk melawan peradangan.

9. Inhaler
Gunakan minyak esensial yang Anda miliki di rumah sebagai inhaler. Misalnya lavender, thyme, cendana, atau minyak kayu putih.

10. Istirahat
Perbanyak istirahat dan minumlah banyak cairan yang bisa menjaga kelembaban serta menenangkan tenggorokan Anda. Selain itu, cairan juga bisa menghilangkan bakteri yang tersisa di tenggorokan. Hal lain yang tak kalah penting, jangan merokok atau menggunakan produk tembakau lainnya.


Orang Kudus 23 Agustus: St. Rosa da Lima

SANTA ROSA DA LIMA, PERAWAN
Isabella de Flores – demikian nama Rosa da Lima – lahir di Lima, Peru, pada tanggal 20 April 1586. Puteri bungsu dari pasangan Gaspar Flores dan Maria Olivia ini begitu cantiknya, sehingga ibunya memanggil dia ‘Rosa’ yang berarti ‘bunga mawar’. Nama ini pun secara spontan diberikan Uskup Agung kota Lima tatkala Isabella menerima Sakramen Krisma. Namun nama yang manis itu kontras sekali dengan cara hidup keras yang ia praktekkan untuk mengambil bagian dalam penderitaan Kristus.

Sewaktu Rosa masih kanak-kanak, orang tuanya yang berdarah Spanyol itu tergolong kaya. Namun sayang bahwa kemudian mereka jatuh miskin karena bangkrut dalam usaha dagang yang dikelola sang ayah. Ketika menanjak remaja, Rosa terpaksa harus juga bekerja membantu orang tuanya. Selain bekerja di kebun, ia juga menjahit untuk sekedar memperoleh uang tambahan guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Dalam perjalanan hidupnya selanjutnya. Rosa merasakan suatu gejolak batin yang mendorong dia untuk menjalani suatu cara hidup khusus mengikuti jejak Kristus. Ia tak berdaya menghalau gejolak batin itu, sehingga akhirnya dia mulai menkalani corak hidup khusus itu.

Ia berpuasa tiga hari seminggu dan berpantang dari makan buah-buahan wajahnya yang cantik itu sering dicorengnya dengan kapur agar tampak tidak menarik. Dalam pada itu, orang tuanya telah merencanakan perkawinannya dengan seorang pemuda yang mereka sukai. Selama 10 tahun ia berjuang keras melawan keinginan orang tuanya untuk mengawinkan dia dengan pemuda itu. Tatkala desakan dan paksaan orang tuanya memuncak, Rosa segera mengikrarkan kaul keperawanan dan masuk Ordo Ketiga Santo Dominikus. Sebagaimana biasa, ordo ketiga itu tidak menuntut anggota-anggotanya menjalani kehidupan di dalam biara; sebaliknya membiarkan mereka tetap menjalani kehidupannya di tengah-tengah masyarakat. Rosa pun tetap tinggal bersama orang tuanya sambil dengan tekun menghayati panggilannya.

Rosa mendirikan sebuah pondok di kebunnya dan hidup di sana sebagai seorang petapa sampai berusia 28 tahun. Cara hidup Rosa sangat keras. Ia lebih banyak menggunakan waktunya untuk berdoa dan bertapa. Waktu malam ia hanya tidur selama dua jam. Ia tidur di atas ranjang yang ditaburi dengan pecahan-pecahan kaca. Tudung kepalanya sangat kasar; makanannya sangat sedikit berupa roti untuk jangka waktu dua – tiga minggu. Pantang dan puasa yang keras ini membuat badannya sangat lemah.

Rosa dipandang sebagai wanita kudus yang luar biasa dengan suatu corak hidup yang luar biasa pula. Cara hidupnya yang diwarnai dengan penyiksaan diri yang heroik itu sulit ditiru wanita kudus lainnya, bahkan semua orang lain.

Selama tiga tahun terakhir hidupnya, Rosa tinggal di rumah Don Gonzalo de Massa, seorang pegawai pemerintah yang isterinya mengenal baik Rosa. Di sana pula, Rosa menghembuskan nafasnya terakhir pada tanggal 24 Agustus 1617 di Lima. Ia dinyatakan ‘kudus’ oleh Paus Klemens X (1679 – 1676) pada tanggal 12 April 1671.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Jumat Biasa XX-C

Renungan Hari Jumat Biasa XX, Thn C/I
Bac I   : Rut 1: 1, 3 – 6, 14b – 16, 22; Injil       : Mat 22: 34 – 40

Dalam Injil hari ini Yesus dicobai oleh seorang ahli Taurat yang bertanya soal hukum yang terutama dalam kitab Taurat (ay. 35 – 36). Dan Yesus dengan tenang memberikan jawaban kepada mereka, yaitu hukum cinta kasih, di mana di sana “tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (ay. 40). Yang menarik untuk direnungkan adalah hukum kasih kepada sesama. Tolok ukur kasih kepada sesama adalah diri sendiri. Bukan berarti egois, melainkan sejauh mana kita ingin diperlakukan, lakukanlah itu kepada orang.

Prinsip inilah yang dirasakan dan diterapkan oleh Rut dalam bacaan pertama hari ini. Rut merasa tidak tega meninggalkan Naomi, mertuanya, seorang diri. Rut mengambil bagian dalam penderitaan dan sengsara yang bakal dialami oleh mertuanya itu. Rut meletakkan gambaran itu pada dirinya dan dia merasa bahwa diapun tak ingin ditinggalkan sendirian, sehingga atas sikap itu ia tetap setia mendampingi mertuanya. Pendampingan itu benar-benar secara totalitas, karena ia sungguh menyatu dengan Naomi. “Ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, ke situ jugalah aku bermalam; bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku.” (ay. 16).

Sabda Tuhan hari ini bukan sekedar memberitahukan kepada kita tentang hukum yang terutama  dalam hidup. Bukan tidak mustahil bahwa kita sudah terlalu sering mendengar hukum terutama ini. Menjadi persoalan, sejauh mana kita menerapkannya dalam hidup. Lewat sabda-Nya, Tuhan menghendaki agar kita melaksanakan perintah Tuhan ini, yaitu mengasihi Tuhan dan sesama.

by: adrian