Rabu, 04 Maret 2015

Bantuan untuk Perkembangan Masa Dewasa

BANTUAN UNTUK MENGUASAI TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
Efisiensi Fisik
Puncak efisiensi fisik biasanya dicapai pada usia pertengahan duapuluhan, sesudah mana terjadi penurunan lambat laun hingga awal usia empatpuluhan. Dengan demikian dalam periode penyesuaian, secara fisik orang mampu menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang selain sukar juga paling banyak jumlahnya dalam periode ini.

Kemampuan Motorik
Orang-orang muda mencapai puncak kekuatannya antara usia duapuluhan dan tigapuluhan, kecepatan respons maksimal terdapat antara usia du puluh dan dua puluh lima tahun dan sesudah itu kemampuan ini sedikit demi sedikit menurun. Dalam belajar menguasai ketrampilan-ketrampilan motorik yang baru, orang-orang muda usia duapuluhan lebih mampu daripada mereka yang mendekati usia setengah umur. Selain itu orang-orang muda dapat mengandalkan kemampuan motorik ini dalam situasi-situasi tertentu, hal mana tidak dapat mereka lakukan semasa remaja karena pertumbuhan yang cepat dan tidak seimbang saat itu menyebabkan mereka kurang luwes dan kaku.

Kemampuan Mental
Kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru, seperti misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogis dan berpikir kreatif, mencapai puncaknya dalam usia duapuluhan, kemudian sedikit demi sedikit menurun. Meskipun orang-orang muda ini tidak belajar secepat dulu kualitas belajarnya tidak merosot.

Motivasi
Apabila remaja mencapai usia dewasa secar hukum, mereka berkeinginan kuat untuk dianggap sebagai orang-orang dewasa yang mandiri oleh kelompok sosial mereka. Hal ini menjadi motivasi bagi orang-orang muda ini untuk menguasai tugas-tugas perkembangan yang diperlukan agar dapat dianggap mandiri.

Model Peran
Remaja yang bekerja setelah menamatkan sekolah lanjutan mempunyai model peran untuk diteladani. Karena berinteraksi dengan orang dewasa mereka memperoleh motivasi untuk mencotoh perilaku sesuai garis-garis yang dianut masyarakat dewasa, agar mereka sendiri juga dianggap dewasa. Sebaliknya, remaja yang tetap bersekolah atau kuliah sesudah mereka secara hokum dewasa masih berada dalam ilingkungan teman-teman sebaya mereka, dan akan tetap mengikuti garis-garis perilaku remaja dan bukan pola perilaku dewasa. Jika mereka tetap dalam status ketergantungan ini, mereka hamper tidak memperoleh kesempatan atau motivasi untuk menguasai tugas-tugas perkembangan orang dewasa.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 253
Baca juga:
1.      Mengelola Peran
2.      Sindrom Peter Pan
3.      Hadapilah Masalahmu
4.      Emosi yang Matang

Orang Kudus 4 Maret: St. Placida

BEATA PLACIDA, PENGAKU IMAN
Eulalie Victoire Jacqueline Viel lahir pada 26 September 1815 di Quettehou, Normandia, Perancis. Ia adalah puteri sebuah keluarga petani. Ketika berusia delapan belas tahun, ia bergabung dengan Kongregasi Biarawati Sekolah Kristen, yang kelak dikenal dengan Kongregasi St. Marie Madeleine Postel. Eulalie mengambil nama Placida. Ia belajar di Argentan, Perancis, dan kemudian bekerja pada bagian administrasi sekolah. Placida diberikan tugas untuk mendirikan biara baru dan bertugas sebagai kepala novis.

Pada tahun 1841 ia menjadi Asisten-Jenderal Kongregasinya, dan hal ini mendapat banyak penolakan dari para biarawati lainnya. Placida membuktikan kemampuannya dan pada tahun 1846 ia menggantikan St. Marie Madeleine Postel sebagai Superior Jenderal. Pada tahun 1859 Placida berhasil memperoleh pengakuan Paus Pius IX untuk kongregasinya. Ia memperluas pelayanan kongregasinya sampai ke Jerman.

Placida ikut membantu merawat para prajurit yang terluka selama perang Franco-Prussian. Placida Viel meninggal dunia pada 4 Maret 1877 di Saint Sauveur-le-Vicomte, Perancis. Pada 6 Mei 1951 ia dibeatifikasi oleh Paus Pius XII.

Baca juga riwayat orang kudus 4 Maret:

Renungan Hari Rabu Prapaskah II - B

Renungan Hari Rabu Prapaskah II, Thn B/I
Bac I    Yer 18: 18 – 20; Injil                        Mat 20: 17 – 28;

Kitab Nabi Yeremia menjadi bacaan pertama hari ini. Di sini lebih diungkapkan ratapan atau keluhan Nabi Yeremia kepada Tuhan. Ada kesan bahwa umat tidak mau mendengarkan pewartaan atau pesan yang disampaikan Nabi Yeremia, sekalipun pesan itu berasal dari Allah. Lebih lagi, pesan tersebut demi kebaikan umat. Malah ada yang berusaha untuk membungkam suara sang nabi ini. Jadi, Nabi Yeremia yang datang membawa pesan kebaikan, namun dibalas dengan kejahatan.

Apa yang dialami oleh Nabi Yeremia dialami juga oleh Tuhan Yesus. Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus menegaskan kepada para rasul-Nya bahwa Ia akan pergi ke Yerusalem dan akan diserahkan kepada para imam dan ahli Taurat dan kemudian dihukum mati. Ini merupakan ramalan kematian Tuhan Yesus. Di sini terlihat bahwa ada orang yang tidak suka akan warta atau pesan yang disampaikan Tuhan Yesus, sekalipun Yesus membawa kebaikan bagi umat manusia. Kebaikan Tuhan Yesus dibalas dengan kejahatan.

Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa kebaikan selalu mendapat tantangan dan penolakan. Ada saja orang yang tidak suka akan kebaikan. Mereka selalu membalas kebaikan itu dengan kejahatan. Di sini bukan maksud Tuhan menakut-nakuti kita sehingga kita tidak melakukan kebaikan. Justru sabda Tuhan menampilkan Nabi Yeremia dan Tuhan Yesus sebagai contoh agar kita mengikutinya. Melalui sabda-Nya ini, Tuhan menghendaki kita senantiasa melakukan kebaikan dalam kehidupan sekalipun tantangan selalu menghampiri.

by: adrian