Dewasa ini melakukan hubungan seks sebelum menikah bukanlah hal
yang baru. Banyak orang muda, bahkan kaum remaja (usia SD dan SMP) sudah
terbiasa melakukan hal yang seharusnya hanya boleh dilakukan oleh mereka yang
berstatus “suami istri”. Dan tak jarang ada remaja merasa diri sudah bisa
menikah karena sudah bisa berhubungan seks, apalagi bila ada yang berhasil ‘mencetak’
anak. Karena itu, tak heran bila prosentase pernikahan di usia dini tak pernah
turun secara drastis.
Banyak orang tak pernah berpikir kalau ternyata hubungan seks
sebelum menikah, apalagi hubungan seks saat usia masih remaja, mempunyai dampak
buruk bagi kehidupan, secara khusus kaum perempuan.
Ada sebuah penelitian yang ingin mencari tahu apa dampak hubungan
seks sebelum menikah bagi kaum perempuan. Penelitian ini mencoba menjawab
pertanyaan: pengaruh psikologis dalam kehidupan
pernikahan perempuan yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Secara tidak
langsung, penelitian ini sangat berguna bagi kaum perempuan.
Penelitian tersebut, selain memakai metode wawancara dan observasi, menggunakan juga beberapa teori, yaitu teori triangular love dan teori levinson serta Raporport. Teori triangular love dari Stenberg digunakan sebagai teori utama dalam penelitian ini. Menurut teori tersebut, cinta menjadi alasan untuk perempuan muda terlibat dalam hubungan seksual pra-nikah. Teori Levinson dipergunakan untuk menggali permasalahan keluarga dan konsep Rapoport dipakai untuk menggali konflik yang terjadi dalam keluarga. Wawancara dan observasi menjadi metode utama yang digunakan dalam penelitian ini.
Proses pengambilan data dilakukan antara bulan Juni hingga Juli 2000, dan untuk mengetahui jawaban yang sama dilakukan cek dan ricek dengan menggunakan kuesioner tertutup yang diberikan satu bulan setelah wawancara. Responden penelitian terdiri dari empat perempuan berusia antara 20 hingga 34 tahun yang memiliki pengalaman melakukan hubungan seksual pranikah pada saat berusia 17-30 tahun.
Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa hubungan
seksual pranikah berpotensi untuk menciptakan konflik dalam keluarga. Ada empat responden tidak memiliki pengalaman konflik
karena permasalahan yang berkaitan dengan keperawanan. Meski demikian tak bisa
dipungkiri bahwa hubungan seksual pranikah menjadi faktor pencetus akan
kecemburuan, salah pengertian antar pasangan, konflik karena permasalahan anak,
dan masalah hukum.
Selain itu, hubungan seks di usia remaja bisa memicu kanker serviks serta berdampak pada osteoporosis. Bagi sebuah bangsa, jika warga remajanya sudah terbiasa melakukan hubungan seks, maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai bencana nasional. Lebih lanjut mengenai hal ini, silahkan tonton video ini.
jika
video tak bisa diputuar, silahkan klik di sini.
diolah kembali dari tulisan 7 tahun lalu