Senin, 14 Januari 2013

(Inspirasi Hidup) Memaknai Arti Kehilangan

MEMAKNAI ARTI KEHILANGAN

Ada seorang perempuan yang merasa sangat kehilangan saat ditinggal mati suami yang sangat dicintainya. Demikian besar rasa cintanya, sehingga ia memutuskan untuk mengawetkan mayat suaminya dan meletakkannya di dalam kamar.


Setiap hari, dia menangisi suaminya yang telah  menemaninya bertahun-tahun. Wanita itu merasa dengan kematian suaminya, maka tidak  ada lagi makna dari hidup yang dijalaninya.


Cerita tentang wanita itu terdengar oleh seorang pria bijak yang juga terkenal memiliki kesaktian yang tinggi. Didatanginya wanita tersebut, dan dia mengatakan bisa menghidupkan kembali suaminya. Dengan syarat dia meminta disediakan beberapa bumbu dapur yang mana hampir setiap rumah memilikinya. Namun, ada syarat lain, bumbu dapur tersebut harus diminta dari rumah yang anggota keluarganya belum pernah ada yang meninggal dunia sama sekali.


Mendengar hal itu, muncul semangat di hati sang wanita tersebut. Dia berkeliling ke semua tetangga dan berbagai penjuru tempat. Setiap rumah memiliki bumbu dapur yang diminta oleh si orang bijak, tapi setiap rumah mengaku pernah mengalami musibah ditinggal mati oleh kerabatnya. Entah itu orang tua, suami, nenek, kakek, adik, bahkan ada yang anaknya sudah meninggal.


Waktu berjalan dan tidak ada satu pun rumah yang didatanginya bisa memenuhi syarat yang dibutuhkan. Hal ini menjadikan wanita tersebut sadar, bahwa bukan hanya dirinya yang ditinggal mati oleh orang yang disayanginya.


Akhirnya, dia kembali mendatangi si orang bijak dan menyatakan pasrah akan kematian suaminya. Hingga kemudian dia menguburkan mayat suaminya, dan menyadari bahwa semua orang pasti pernah mengalami masalah sebagaimana yang dihadapinya.


Pesan dari kisah di atas adalah, jangan pernah menganggap bahwa masalah yang ada pada kita merupakan masalah yang paling besar, sehingga kita mengorbankan waktu hanya untuk terus meratapi musibah tersebut. 

Yakinlah, bahwa semua orang di dunia ini pernah mengalami musibah,  apapun bentuknya. Yang membedakan adalah bagaimana seseorang menghadapi dan menyikapi masalah yang ada pada dirinya.

dikutip dari email Anne Ahira
Baca juga refleksi lainnya:

Orang Kudus 14 Januari: St. Feliks Nola

SANTO FELIKS NOLA, MARTIR
Feliks lahir di Nola, Italia Selatan. Hari kelahirannya tidak diketahui dengan pasti. Ia mengabdikan seluruh hidupnya dalam karya cinta kasih kepada orang-orang miskin di kotanya.

Riwayat hidupnya diketahui dari sebuah syair yang ditulis oleh Santo Paulinus, satu abad setelah kematian Feliks. Menurut Santo Paulinus, setelah kematian ayahnya, Feliks membagi-bagikan harta warisan ayahnya kepada orang-orang miskin. Ia lalu menjadi imam. Karyanya sebagai imam dimulainya bersama Santo Maximus, Uskup Nola. Ketika Uskup Nola ditangkap dan dianiaya oleh Kaisar Decius (249 – 251), Feliks tetap melayani umat. Namun kemudian ia juga ditangkap dan dipenjarakan. Tetapi ia sempat meloloskan dirinya dari penjara.

Feliks tetap menyembunyikan diri sampai kematian kaisar Decius pada tahun 251. Ketika ia muncul kembali di depan umum, ia dikejar-kejar oleh orang-orang kafir di Nola. Dengan suatu campur tangan ajaib ia sanggup menghindari diri dari para pengejarnya hingga asa penganiayaan berakhir.

Ketika Santo Maximus meninggal, Feliks terpilih sebagai penggantinya. Tetapi Feliks menolak penghormatan ini, sebagaimana dia juga tidak mau menerima kembali warisannya yang disita selama masa penganiayaan. Ia bahkan mengusahakan tiga bidang tanah sebagai petani, memberikan segala miliknya kepada para miskin di luar kebutuhan-kebutuhan yang paling kecil. Santo Paulinus dan Agustinus menceritakan sejumlah mujizat dari Feliks yang terjadi di kediamannya di luar kota Nola.

Ia meninggal dunia kita-kira pada tahun 260 dan dihormati sebagai martir karena penderitaannya bagi Kristus dan demi keluhuran iman kristen.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Senin Biasa I-C

Renungan Hari Senin Biasa I, Thn C/I
Bac I : Ibr 1: 1 – 6; Injil       : Mrk 1: 14 – 20

Sabda Tuhan hari ini mau berbicara tentang bagaimana Allah menyampaikan rencana keselamatan-Nya kepada umat manusia. Dalam bacaan pertama, penulis Surat Kepada Orang Ibrani berkata bahwa "pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi," (ay. 1). Namun sekarang "Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya." (ay. 2). Jadi, Yesus benar-benar merupakan sabda Allah. Misi Yesus adalah menyampaikan rencana keselamatan Allah untuk manusia.

Dalam Injil dikisahkan bahwa Yesus memanggil Simon dan Andreas serta Yohanes dan Yakobus. Mereka mau dijadikan murid-Nya. Atau dengan istilah kasarnya: kaki tangan Yesus. Artinya, Yesus membutuhkan mereka untuk membantu Dia dalam menyampaikan rencana keselamatan Allah. Ini tampak dari pernyataan Yesus sendiri, "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." (ay. 17).

Dari sabda Tuhan hari ini kita disadarkan bahwa sekalipun Allah Mahakuasa, Dia tetap membutuhkan kita untuk menyampaikan rencana keselamatan-Nya. Dengan sabda Tuhan ini Tuhan menghendaki kita untuk ambil bagian dalam tugas perutusan Yesus. Panggilan Yesus kepada Simon, Andreas, Yohanes dan Yakobus adalah juga panggilan kita. Yesus memanggil kita untuk mengikuti-Nya. Sakramen baptis yang kita terima merupakan penyatuan diri kita dengan tugas perutusan Yesus.

Pertanyaan sekarang: maukah kita menjawab panggilan-Nya?

by: adrian