Senin, 14 Oktober 2013

(Inspirasi Hidup) Mencintai

SEBUAH  MANGKOK  KAYU
Seorang kakek hidup dengan anak laki-laki, menantu, dan cucunya yang masih berusia 4 tahun. Tangan kakek itu sudah sulit memegang sesuatu, matanya rabun, dan jalannya pun tertatih-tatih. Pada suatu malam, keluarga itu makan bersama di meja. Tetapi karena tangannya gemetar dan mata yang rabun, membuat ia sulit untuk makan. Makanan di sendoknya terjatuh ke lantai, susu di gelas pun tumpah di meja makan itu. Anak dan menantunya menjadi kesal karenanya.

“Kita harus melakukan sesuatu terhadapnya. Aku sudah tidak kuat harus membersihkan tiap kali ia makan.” kata anaknya.

Lalu ia dan istrinya meletakkan meja di pojok ruangan. Di sana, si kakek itu makan sendiri ketika yang lain menikmati makan malam di meja makan. Karena si kakek sering memecahkan mangkok, makanannya dihidangkan di mangkok kayu. Kadang saat mereka menatap kakek itu, kakek itu sedang menangis saat makan sendiri. Tapi tetap saja, kata-kata mereka tetap kasar ketika kakek itu menjatuhkan makanannya. Si anak 4 tahun hanya melihat dalam ketenangan.

Suatu malam sebelum makan, si ayah mengamati anaknya sedang bermain dengan kayu.

Ia lalu bertanya, “apa yang kamu buat anakku?”

Anak itu menjawab, “Oh, aku membuat mangkuk kayu untuk papa dan mama ketika nanti aku sudah bertumbuh dewasa.” Anak 4 tahun itu tersenyum dan melanjutkan kerjanya. Mendengar itu, orangtuanya tidak bisa berkata-kata. Air mata mulai mengalir ke pipi mereka. Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan. Malam itu, si suami memegang tangan kakek itu dan dengan hati-hati membawanya ke meja makan keluarga.

Selama sisa-sisa hidupnya, kakek itu akhirnya makan bersama lagi dengan keluarganya. Dan mereka tidak peduli lagi saat garpu si kakek terjatuh, susu tumpah, atau makanan berceceran.

Cintailah dirimu dan orang yang kamu cintai, hari ini dan selamanya!

Orang Kudus 14 Oktober: St Kallistus

Santo kallistus, paus & martir

Kisah masa kecil Kallistus tidak diketahui jelas. Konon, ia adalah putera Domisius, pelayan keluarga Bapak Carpophorus yang kaya raya.

Pada awal abad ke-3 ia ditahbiskan menjadi diakon oleh Paus Zepherinus (199 – 217) dan ditugaskan paus untuk menjaga dan mengurus perkuburan serani di Jalan Appia di luar kota Roma. Kuburan itu ada di dalam katakombe, yang kemudian lazim disebut Kuburan Santo Kallistus. Kallistus menghiasi kuburan itu dengan gambar-gambar yang indah dan memperluaskannya. Banyak imam dan martir dimakamkan di dalamnya.

Teladan Kallistus menarik hati seluruh umat Kristen. Oleh karena itu sepeninggal Paus Zepherinus, Kallistus dipilih menjadi paus. Kepemimpinannya dibayangi oleh Hipolitus, seorang calon lain yang gagal menjadi paus menggantikan Paus Zepherinus, dan karena itu mengangkat dirinya menjadi paus tandingan (217 – 235).

Kallistus dikenal sangat baik. Ia mengampuni orang-orang kristen yang bertobat dan memberikan kedudukan resmi di dalam Gereja kepada orang-orang itu. Dalam masa kepemimpinannya, banyak orang kristen ditangkap dan dibunuh karena imannya. Kallistus sendiri pun ditangkap dan dipenjarakan. Di dalam penjara, ia menyembuhkan seorang prajurit bernama Privatus. Tak lama kemudian, Kallistus sendiri mati ditenggelamkan di dalam perigi di Trastevere, Roma, pada tahun 222 pada masa pemerintahan Kaisar Aleksander.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Senin Biasa XXVIII-C

Renungan Hari Senin Biasa XXVIII, Thn C/I
Bac I   : Rom 1: 1 – 7;  Injil           : Luk 11: 29 32

Injil Lukas hari ini menampilkan siapa Yesus itu. Dia jauh lebih besar dari Salomo dan juga Yunus. Salomo hanya mendatangkan Ratu dari Selatan hanya untuk mendengarkan hikmatnya, sedangkan Yesus mendatangkan tiga orang majus. Bahkan akhirnya semua orang dari penjuru bumi akan mendengarkan hikmat-Nya. Kalau Yunus hanya menyelamatkan orang-orang Niniwe saja, Yesus menyelamatkan semua manusia.

Hal inilah yang diwartakan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma. Paulus mengutarakan bahwa Yesus, yang sudah dijanjikan “dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci” (ay. 2) akan menyelamatkan umat manusia. Kematian Yesus adalah penebusan dosa manusia. Karena itu, orang Roma juga mendapat bagian keselamatan berkat kematian Yesus.

Melalui sabda-Nya hari ini Tuhan menyadarkan kita akan peran Yesus dalam karya keselamatan yang dirancang Allah untuk umat manusia. Kita adalah bagian dari rencana keselamatan Allah itu. Kita telah “dipanggil menjadi milik Kristus” (Rom 1: 6). Karena itu, hendaklah kita senantiasa mendengarkan-Nya dan menyembah Dia.


by: adrian