Selasa, 08 Juli 2014

(Inspirasi Hidup) Orang Samaria yang Murah Hati

ORANG SAMARIA YANG MURAH HATI

Ada seorang Yerusalem pergi ke Yerikho. Di tengah jalan ia diserang oleh penyamun-penyamun. Para penyamun itu bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati di padang gurun.

Tak lama kemudian, ada seorang imam turun melalui jalan itu. Ia melihat orang sekarat itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi yang datang ke tempat itu. Ketika ia melihat orang sekarat itu melambai-lambaikan tangan meminta pertolongan, ia melewatinya dari sebarang jalan. Akhirnya, karena kehabisan darah dan dehidrasi, orang itu pingsan.

Lalu datang seorang Samaria. Ia dalam perjalanan menuju Yerikho hendak berdagang. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia mendekati tubuh sekarat itu, membersihkan luka-lukanya dan menyiraminya dengan minyak dan anggur lalu membalut luka-lukanya. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke Yerikho. Ia masuk ke sebuah penginapan dan merawat orang itu di sana.

Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: “Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.

sumber: cerita Yesus dlm Lukas 10: 30 - 35
Baca juga:
1.      Pasien Kamar 14

Orang Kudus 8 Juli: St. Eugenius III

BEATO EUGENIUS III, PAUS
Paus Eugenius III adalah Paus ke-167 Gereja Katolik yang menjadi Paus pada tahun 1145-1153. Paus, yang nama asalinya Pietro dei Paganelli di Montemagno, lahir di Montemagno, Pisa, Italia. Ia adalah putera keluarga bangsawan Paganelli. Pietro memperoleh pendidikan di Pisa, kemudian ia ditahbiskan sebagai imam dan bertugas sebagai canon katedral.

Pietro kemudian tertarik untuk bergabung dengan Ordo Sistersian pada tahun 1130. Lima tahun kemudian ia bergabung di biara Clairvaux, Perancis, di bawah St. Bernardus dari Clairvaux. Diyakini pada saat bergabung dengan Ordo Sistersian, Pietro mengganti namanya menjadi Bernardo Pignatelli atau Bernardus dari Pisa.

St. Bernardus kemudian mengirimnya bersama beberapa biarawan untuk membuka kembali biara di Frafa, tetapi Paus Innocentius II menempatkan mereka di Tre Fontane, di luar kota Roma. Bernardo ditunjuk menjadi abbas pada biara Tre Fontane. Setelah kematian Paus Lucius II, para kardinal langsung mengadakan pemilihan karena situasi politik di Roma yang kurang baik. Mereka sepakat untuk memilih Bernardus yang bukan merupakan anggota kolegium kardinal, dengan nama Eugenius III. Pada 15 Februari 1145, Bernardus langsung ditakhtakan di Basilika St. Yohanes Lateran.

Paus Eugenius langsung dilarikan dari kota Roma karena situasinya yang kacau. Mereka pergi ke biara di Farfa, dimana Paus Eugenius menerima tahbisan Episkopal. Untuk sementara waktu, Paus Eugenius mengungsi di Viterbo. Paus Eugenius mengampuni Arnold dari Brescia, tetapi ia kemudian kembali melakukan kekacauan. Setelah sempat kembali ke kota Roma melalui perjanjian dengan para bangsawan, Paus Eugenius kembali meninggalkan Roma. Dalam perjalanannya ke Perancis, Paus Eugenius menyerukan perang salib dan menugaskan St. Bernardus untuk berkotbah tentang perang salib II.

Paus Eugenius menugaskan Kardinal Breakspear sebagai utusan atas Scandinavia. Paus Eugenius juga mengadakan usaha rekonsiliasi dengan Gereja Oriental. Paus Eugenius tidak segan-segan menghukum para Uskup yang tidak melaksanakan kanon-kanon yang diputuskan oleh sinode Reims pada tahun 1148.

Pada tahun 1148, Paus Eugenius kembali ke Italia, dan ia mengekskomunikasi Arnold dari Brescia. Pada tahun 1149, Paus Eugenius berhasil kembali ke Roma dan merayakan Natal di Basilika Lateran. Paus Eugenius tidak lama tinggal di Roma sebelum ia terpaksa meninggalkan kota ini kembali. Pada tahun 1153, Paus Eugenius mengadakan perjanjian Constance dengan Frederick Barbarossa. Melalui perjanjian ini, Paus Eugenius berhasil kembali ke Roma. Paus Eugenius III meninggal dunia pada 8 Juli 1153 di Tivoli, Italia. Pada 28 Desember 1872, ia dibeatifikasi oleh Paus Pius IX.

sumber: http://santosantagereja.blogspot.com/2013/07/bto-eugenius-iii.html



Baca juga orang kudus 8 Juli:
     1.      St. Adrianus III
2.   St. Prokopius 

Renungan Hari Selasa Biasa XIV - Thn II

Renungan Hari Selasa Biasa XIV, Thn A/II
Bac I    Hos 8: 4 – 7, 11 – 13; Injil               Mat 9: 32 – 38;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Hosea. Kitab ini menggambarkan situasi umat Israel yang jatuh ke dalam dosa dan Allah merancang hukuman kepada mereka. Dosa yang dilakukan oleh bangsa Israel adalah tidak setia kepada Tuhan Allah dengan menyembah allah-allah lain. Dengan kata lain, umat melakukan perselingkuhan. Hosea menggambarkan bahwa Allah akan menyerahkan bangsa itu ke dalam perbudakan, sebagaimana yang pernah terjadi pada masa perbudakan di Mesir. Hal ini karena umat benar-benar tidak lagi mengindahkan Tuhan Allahnya. Di mata Allah, umat Israel sudah dibutakan mata imannya. “Sekalipun Kutuliskan baginya banyak pengajaran-Ku, itu akan dianggap mereka sebagai sesuatu yang asing.” (ay. 12), demikian sabda Tuhan.

Sabda Tuhan Allah mengenai umat Israel dalam bacaan pertama tadi terulang lagi pada zaman Tuhan Yesus. Kali ini dilakukan oleh kaum Farisi. Mereka tidak dapat melihat sesuatu yang baik dan berguna itu berasal dari Allah. Mereka melihat sebagai sesuatu yang asing atau berasal dari hal lain yang bukan dari Tuhan. Itulah yang dialami Tuhan Yesus sebagaimana digambarkan dalam Injil hari ini. Dikisahkan bahwa Tuhan Yesus melakukan penyembuhan terhadap seorang bisu yang kerasukan setan. Akan tetapi orang Farisi menilai bahwa hal itu bukan karena kekuatan Allah yang hadir, melainkan kekuatan penghulu setan. “Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan.” (ay. 34). Kaum Farisi tidak mau mengakui kuasa Allah yang ada pada Yesus, tetapi melihatnya sebagai kuasa yang lain, yang justru bertentangan dengan kuasa Allah. Sikap kaum Farisi ini mirip dengan sikap orang Israel yang digambarkan Allah dalam bacaan pertama.

Sabda Tuhan hari ini mau menyatakan kepada kita bahwa di saat kita menjauhkan diri kita dari Tuhan, kita bisa saja sama sekali melupakan Dia sehingga kebaikan-Nya tidak lagi kita kenal. Malahan kita menganggapnya sebagai sesuatu yang asing. Melalui sabda-Nya, Tuhan hendak menyadarkan kita bahwa pada-Nya ada kebaikan dan kebenaran. Dia-lah sumber kebaikan itu. Kebaikan selalu berasal dari kebaikan, bukan dari kejahatan. Karena itu, apabila ada kebaikan, di sana Tuhan ada. Tuhan menghendaki agar kita tetap setia kepada-Nya serta senantiasa menghadirkan kebaikan bagi sesama.

by: adrian