Kamis, 24 September 2015

Kenapa Tuhan Seakan Cuek?

KETIKA TUHAN “SEOLAH-OLAH” TIDUR
Injil adalah kitab yang bercerita tentang Tuhan Yesus. Umumnya orang mengetahui kalau Tuhan Yesus adalah pribadi yang tanggap akan situasi. Misalnya, ada 6 kali dikatakan tergerak hati-Nya oleh belas kasihan ketika melihat orang, entah itu yang terlantar (Mat 9: 36; Mrk 6: 34), sakit (Mat 14: 14; 20: 34; Mrk 1: 41), maupun yang sedang berduka (Luk 7: 13). Kepada orang-orang seperti ini Tuhan Yesus segera melakukan tindakan.
Segera melakukan tindakan atau tidak menunda-nunda dapat juga kita temukan dalam pelbagai aktivitas Tuhan Yesus menyembuhkan orang. Dari sekian banyak contoh, kita ambil satu contoh ketika Tuhan Yesus menyembuhkan orang kusta (Mat 8: 1 – 3). Ketika orang kusta datang dan berkata kepada-Nya, “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.”, segera Tuhan Yesus berkata, “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Dan orang itu pun sembuh. Tuhan Yesus tidak mau menunda-nunda.
Akan tetapi, ternyata pernah juga Tuhan Yesus berlaku seolah-olah menunda. Dia tidak segera melakukan tindakan, meski sebenarnya Dia tahu apa yang hendak dilakukan. Sebagai contoh, kita ambil peristiwa Tuhan Yesus meredakan badai (Mrk 4: 35 – 41). Di sini akan ditampilkan 3 ayat saja:
“Mereka meninggalkan orang banyak itu, lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu, di mana Yesus telah duduk… Lalu mengamuklah badai yang sangat dahsyat, dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan, di sebuah tilam. Maka, murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya, “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?”
Dikatakan bahwa ketika badai melanda dan para murid berjuang setengah mati diliputi ketakutan, Tuhan Yesus justru tidur. Tidak jelas memang apakah Tuhan Yesus benar-benar tidur atau pura-pura tidur? Namun agak sulit membayangkan dalam situasi sulit seperti itu ada orang dapat tidur, apalagi orang yang sama sekali tidak punya latar belakang kelautan.
Dapatlah dikatakan bahwa Tuhan Yesus hanya “seolah-olah” tidur. Tindakan seolah-olah ini pernah juga dilakukan oleh Tuhan Yesus. Misalnya ketika Dia memberi makan 5000 orang (Yoh 6: 1 – 15). Dikatakan bahwa Tuhan Yesus bertanya kepada Filipus, “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Hal ini dikatakan-Nya untuk mencobai Filipus dan para murid lainnya, sebab Ia sendiri tahu apa yang hendak dilakukan-Nya (ay. 6). Atau pada peristiwa Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus (Yoh 11: 1 – 44). Ketika diberitahu Lazarus sakit, Tuhan Yesus tidak segera berangkat; malah Tuhan Yesus sengaja menunda dua hari lagi (ay. 6). Contoh lain, yang menunjukkan tindakan Tuhan Yesus yang seolah-olah, dapat kita baca dalam peristiwa Emaus (Luk 24: 13 – 35). Ketika dua murid berjalan ke Emaus, Tuhan Yesus hadir bersama mereka, namun mereka tidak mengenal-Nya. Dikatakan bahwa ketika mendekati kampung yang mau dituju, Tuhan Yesus berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya (ay. 28).
Tindakan Tuhan Yesus yang seolah-olah terkesan bahwa Dia tidak peduli. Hal ini tampak dari ungkapan para murid ketika mereka menghadapi badai. Mereka membangunkan Tuhan Yesus dan berkata, “Guru, apakah Engkau tidak peduli kita binasa?” Tapi, apakah benar Tuhan Yesus tidak peduli?

Orang Kudus 24 September: St. Pasifikus

SANTO PASIFIKUS, PENGAKU IMAN
Kekudusan Pasifikus bukan karena usaha-usahanya yang luar biasa, namun karena kesempurnaannya dalam melakukan tugas-tugas hariannya yang sederhana. Orangtuanya meninggal dunia ketika ia masih kecil. Karena hal itu ia dipelihara oleh pamannya. Hingga umur 17 tahun Pasifikus bekerja pada pamannya sebagai pelayan. Ia sangat rajin, tapi pamannya memperlakukan dia secara sewenang-wenang. Karena sifatnya yang periang, Pasifikus tetap sehat walafiat, jiwa raganya.
Pasifikus kemudian masuk tarekat Fransiskan Observan di San Severino. Setelah menjadi imam, ia ditugaskan menjelajahi dusun-dusun di pedalaman untuk berkotbah dan mengajar serta melayani sakramen-sakramen. Ia seorang imam pengkotbah yang baik dan berhasil menobatkan banyak orang. Karena suatu penyakit yang menimpanya, Pasifikus menjadi lumpuh. Meskipun begitu ia tetap riang seperti biasa.
Karena kebijaksanaan dan kerendahan hatinya, Pasifikus kemudian diangkat menjadi pimpinan biara. Ia sangat disegani oleh rekan-rekannya maupun oleh umat di San Severino. Kepada rekan-rekan dan umatnya ia selalu menekankan kerendahan hati di hadapan Tuhan dan sesama.
Pasifikus adalah seorang pendoa besar. Saat-saat terakhir hidupnya penyakit yang dideritanya semakin mengganas sehingga membuatnya sangat menderita hingga akhir hidupnya. Pasifikus meninggal dunia pada tahun 1721.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Kamis Biasa XXV - Thn I

Renungan Hari Kamis Biasa XXV, Thn B/I
Bac I  Hag 1: 1 – 8; Injil            Luk 9: 7 – 9;

Bacaan pertama hari ini menampilkan nubuat Nabi Hagai. Satu pernyataan kunci adalah “Perhatikanlah keadaanmu!” Dua kali frase ini diulang (ay. 5 dan 7). Di sini Hagai mau mengajak orang Israel untuk bercermin diri. Pada waktu itu umat Israel banyak yang hanya memperhatikan diri sendiri sehingga lupa apa yang terpenting, yaitu Rumah Tuhan. Padahal mereka sudah selalu menerima kebaikan Tuhan. Karena itu, lewat seruannya, Hagai mau mengajak bangsa Israel untuk tahu diri.
Bercermin diri ini juga menjadi tema Injil hari ini. Bercermin diri ini terjadi dalam diri Herodes. Dalam Injil hari ini, diceritakan bahwa Herodes gelisah dengan kehadiran sosok Tuhan Yesus, yang dikatakan orang sebagai Yohanes yang bangkit kembali. Kegelisahan Herodes ini beralasan, karena ia takut boroknya kembali diungkit. Jadi, dengan kemunculan Tuhan Yesus, Herodes seakan bercermin diri, dan di sana ia melihat borok-borok dirinya.
Salah satu sifat manusia adalah selalu merasa kurang, sehingga ia selalu berusaha memenuhi keinginan dirinya. Namun sayangnya, sekalipun sudah terpenuhi sifat tersebut membuatnya senantiasa merasa kurang. Sifat ini membuat manusia lupa untuk bersyukur. Sabda Tuhan hari ini pertama-tama mau menyadarkan kita bahwa kita telah begitu banyak menerima rahmat dan berkat dari Tuhan. Akan tetapi sedikit orang yang benar-benar tahu berterima kasih kepada Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan menghendaki supaya kita tahu diri dan senantiasa meluangkan waktu untuk Tuhan.***

by: adrian