Jumat, 08 Maret 2013

Susahnya Cari Pastor di Surga

Sepasang calon pengantin mengemudi ke Gereja untuk menikah. Di jalan mereka mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Ketika mereka sampai di surga, mereka bertemu Santo Petrus di gerbang dan bertanya apakah dia bisa mengatur agar mereka bisa menikah di surga. St. Petrus mengatakan bahwa dia akan usahakan agar bisa membuat pernikahan yang terbaik untuk mereka.


Tiga bulan berlalu dan mereka menanyakan St. Petrus mengenai rencana pernikahan

Dia berkata, "Saya masih mengerjakannya, tunggu dulu..."

Dua tahun kemudian, masih belum terjadi pernikahan. St. Petrus sekali lagi mengatakan bahwa dia sedang mengusahakan hal tersebut.

Akhirnya setelah 20 tahun berlalu, St. Petrus membawa seorang pastor dan mengatakan bahwa mereka bisa menikah.

Pasangan tersebut menikah dan bahagia untuk beberapa waktu. Namun, setelah beberapa bulan menikah, mereka bertemu lagi St. Petrus untuk bisa bercerai.

"Bisakah Anda membantu kami agar kami bisa bercerai?"

"Kalian bercanda ya? Saya memerlukan waktu 20 tahun untuk mencari pastor yang masuk ke sini. Sekarang bagaimana cara saya mencarikan pengacara?"

Baca juga humor lainnya:

Orang Kudus 8 Maret: St. Yohanes a Deo

SANTO YOHANES A DEO, PENGAKU IMAN
Perjalanan hidup Yohanes hingga meraih mahkota kekudusan sungguh mengagumkan. Ia lahir di Montemor o Novo, Lisbon Timur, Portugal, pada tanggal 8 Maret 1495. Nama julukannya ‘Yohanes de Deo’, yang berarti ‘Yohanes yang diutus Allah’ diberikan oleh uskup dari Tuy, Spanyol, karena karya pengabdiannya yang tulus bagi orang-orang miskin dan orang-orang sakit.

Di masa mudanya, ia tidak memperlihatkan tanda-tanda yang menunjukkan kesuciannya di kemudian hari. Ia sebaliknya menjalani suatu cara hidup yang tidak terpuji. Semasa kecilnya, ia pernah kabur dari rumah orang tuanya dan lari ke Spanyol. Di sana ia menjadi seorang gembala. Kemudian ia menjadi tentara dalam perang melawan Perancis. Seusai perang itu Yohanes menjadi anggota sebuah kelompok tentara yang ditugaskan untuk menyerang Turki. Keterlibatannya dalam perang-perang ini membuatnya tidak lagi memperhatikan kewajiban-kewajiban imannya.

Ketika berumur 40 tahun ia bertobat dan kembali menjalankan kewajiban-kewajiban imannya. Untuk menebus dosa-dosanya ia pergi ke Afrika untuk membebaskan orang-orang kristen yang dipenjarakan oleh orang-orang Moor. Ia bermaksud menjadi martir bagi orang-orang itu. Tetapi atas nasehat bapa pengakuannya ia kembali ke Spanyol. Ia pergi ke Gilbraltar dan menyebarkan Injil dengan menjual buku-buku rohani dan gambar-gambar kudus. Dari Gilbraltar ia berpindah ke Granada. Di sana ia mendirikan sebuah toko kecil yang menjual barang-barang kudus dan rajin menjalankan kewajiban-kewajiban agama.

Awal kehidupannya sebagai ‘manusia baru’ di dalam Allah berawal dari sentuhan kotbah Beato Yohanes dari Avilla. Kotbah itu sungguh menyadarkan dia akan kebejatan hidupnya di masa lampau. Ia sungguh menyesal bahkan sampai sakit dan harus berbaring di rumah sakit selama beberapa waktu.

Setelah sembuh ia memutuskan untuk mengabdikan seluruh sisa hidupnya bagi kepentingan orang-orang miskin dan sakit di Granada. Untuk itu ia mengumpulkan orang-orang miskin dan sakit di rumahnya di bawah tanggungan dan perawatannya. Dengan bantuan para penderma lainnya ia sungguh berhasil dalam karyanya. Semua orang mengakui pengabdiannya yang tulus itu, termasuk Uskup Agung Granda dan Uskup dari Tuy, Spanyol, yang memberinya julukan ‘Yohanes de Deo’.

Sekali peristiwa ia mendapati seorang orang miskin yang terkapar hampir mati di jalan yang dilaluinya. Segera ia membawa orang itu ke rumah sakit untuk merawatnya. Ketika ia memandikan orang itu ia tertegun heran karena luka-luka tembusan paku pada kedua kaki orang itu memancarkan cahaya. Sementara itu ia mendengar seseorang berkata, “Yohanes, apa yang kau lakukan untuk orang-orang sakit dan miskin ini, kaulakukan juga untuk Aku.” Lalu serta merta orang sakit itu lenyap dari pandangannya. Orang sakit itu ternyata Yesus yang menampakkan diri pada Yohanes sebagai orang sakit yang tak berdaya.

Yohanes meninggal pada tanggal 8 Maret 1550 di Granada, Spanyol Selatan. Ia digelari ‘beato’ pada tanggal 21 September 1638 oleh Paus Urbanus VIII, dan ditetapkan ‘kudus’ pada tanggal 16 Oktober 1690 oleh Paus Aleksander VIII. Kemudian pada tahun 1886 Paus Leo XIII mengangkatnya sebagai ‘pelindung surgawi semua rumah sakit dan orang-orang sakit’.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Jumat Prapaskah III-C

Renungan Hari Jumat Prapaskah III, Thn C/I
Bac I : Hos 14: 2 – 10; Injil       : Mrk 12: 28b – 34

Dalam bacaan pertama hari ini Nabi Hosea menyerukan pertobatan. "Bertobatlah kepada TUHAN, Allahmu!" (ay. 2). Bertobat berarti mengharapkan kasih Allah sehingga murka Allah akan surut atau reda (ay. 5). Dengan bertobat umat bukan hanya terhindar dari murka Allah, melainkan juga mendapatkan yang baik dalam hidupnya.

Sedangkan dalam Injil Yesus mengajarkan tentang hukum cinta kasih sebagai hukum hukum yang paling utama. "Kasihilah Tuhan, Allahmu...., Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (ay. 30 - 31). Disebut sebagai hukum yang paling utama karena ia "jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." (ay. 33).

Pada hari ini Tuhan menghendaki kita bertobat dan melaksanakan perintah kasih-Nya, baik kepada Tuhan dan sekaligus juga kepada sesama. Kehendak Allah ini sangat pas bagi kita di masa prapaskah ini, karena dalam masa prapaskah kita diajak untuk bertobat dan beramal kasih. Semoga dengan siraman sabda Tuhan hari ini kita semakin diteguhkan dalam menghayati masa prapaskah ini.

by: adrian