Kamis, 29 April 2021

JIKA ITU BAIK DAN BENAR, SEGERA LAKUKAN


 

Suatu hari Sang Guru bercerita.

Ada seorang kaya raya. Setiap hari ia selalu bersukaria dalam kemewahan. Ada pula seorang miskin. Badannya penuh dengan borok. Hari-hari ia berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu berharap mendapatkan sisa makanan dari orang kaya itu. Kerap anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.

Suatu ketika matilah orang miskin itu. Oleh para malaikat, ia dibawa ke pangkuan Allah. Tak lama kemudian orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Ia dibawa ke alam siksa. Sementara si kaya  menderita sengsara di alam siksa, ia memandang ke atas dan dilihatnya Tuhan Allah bersama si miskin duduk di pangkuannya.

Ia berseru, ”Tuhan, kasihanilah aku! Suruhlah dia, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.”

Akan tetapi Tuhan Allah berkata, “Anakku, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang enak sewaktu hidupmu, sedangkan dia segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan. Selain itu di antara kita ada jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.”

Kata si kaya itu, “Kalau demikian, aku minta kepadamu, ya Tuhan, supaya Engkau menyuruh dia ke rumah keluargaku. Masih ada lima orang saudaraku. Aku mau supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.”

Namun kata Tuhan, “Ada pada mereka kesaksian orang-orang bijak. Ada pada mereka Kitab Suci. Baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.”

Jawab orang itu, “Tidak, ya Tuhan! Mereka tidak akan percaya. Namun jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.”

Kata Tuhan kepadanya, “Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian orang-orang bijak dan Kitab Suci, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."

diambil dari tulisan 7 tahun lalu

TANPA KONFIRMASI, FITNAH JADI KEBENARAN


 

Tentu kita pernah dengar pepatah ini, “Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.” Ini mengandaikan bahwa kita sering mendengar kata ‘fitnah’ itu. Tapi apakah kita sungguh tahu apa itu fitnah? Kriteria apa yang menyebabkan sesuatu itu menjadi fitnah atau bukan? Fitnah itu ibarat berada di antara kebenaran dan pembenaran.

Sebuah contoh. Yuni bercerita kalau si Toni itu membenci dirinya karena ia tidak mau membantu Toni. Padahal selama ini Yuni sering membantu Toni. Hanya waktu itu dia memang lagi tak bisa membantu Toni, karena dia harus pergi. Yang membuat Yuni sedih adalah bahwa Toni menceritakan kepada orang-orang kalau dirinya tidak berbudi. Toni menjelek-jelekkan dirinya. Sungguh sakit dikatakan demikian.

Melihat cerita di atas sekilas kita menilai bahwa Toni sudah memfitnah Yuni. Karena itu, wajar kalau kita membela Yuni dan menyalahkan Toni. Akan tetapi, ketika kita mengonfirmasi cerita Yuni ke Toni, maka kita akan menemukan cerita yang lain. Ternyata Toni tak pernah menjelek-jelekkan Yuni. Toni malah menantang, “Tunjukkan satu orang saja yang pernah saya ceritakan tentang kejelekan Yuni!” Dan ternyata memang tak ada satu orang pun yang pernah mendengar cerita kejelekan Yuni dari mulut Toni.

Jadi, siapa yang memfitnah siapa?

Cerita lain. Lusi bercerita kepada Martha kalau Joko pindah kelas karena wali kelas yang memindahkannya. Ini ia dengar sendiri. Waktu itu Joko bercerita kepada Ramli bahwa dirinya dipindahkan karena ide wali kelas. Memang aneh si Joko ini, demikian kata Lusi. Bisanya menjelek-jelekkan wali kelas. Padahal wali kelas sama sekali tidak ada niat memindahkannya. Lagi pula wali kelas kan tak punya kuasa untuk itu. Hanya Kepala Sekolah saja yang punya kuasa memindahkan murid.

Dari cerita di atas ada kesan bahwa Joko telah memfitnah wali kelas. Karena itu wajar kalau Martha lantas membela wali kelas dan membenci Joko. Lama kebencian itu bersemanyam dalam diri Martha, sampai suatu hari ia bertemu dengan Joko. Tanpa sadar ia menceritakan apa yang diceritakan Lusi kepadanya. Joko tidak lantas membela panjang lebar. Dia hanya menyarankan Martha untuk bertanya kepada Ramli apakah dirinya pernah bercerita bahwa kepindahannya itu karena wali kelas.

Keesokan harinya Martha bertemu dengan Ramli. Dia langsung bertanya apakah dirinya pernah ngobrol dengan Joko perihal kepindahannya. Ramli hanya berkata bahwa dirinya sering bertemu dengan Joko. Sering juga ngobrol. Tapi bercerita soal kepindahannya yang dikaitkan dengan wali kelas, sama sekali tidak pernah. Joko hanya cerita soal kebingungan akan kepindahan dirinya, karena dirinya punya banyak rencana untuk kelas itu. Karena ia pindah, ia tak dapat lagi mewujudkan mimpinya untuk kelas itu.

Nah, siapa yang memfitnah siapa?