Rabu, 31 Oktober 2012

Jus yang Sehat


Cara Membuat Jus yang Baik dan Sehat


Hampir semua kita tahu betapa besarnya manfaat buah-buahan bagi kesehatan tubuh kita. Karena itulah sangat dianjurkan agar kita selalu menyempatkan diri untuk mengkonsumsi buah. Sering terjadi orang malas makan buah secara langsung, apalagi mengunyahnya. Padahal mengunyah merupakan slah satu bentuk olahraga mulut. Orang ingin mengkonsumsi buah secara praktis. Jus segar salah satunya.

Namun kesibukan kerja tak jarang membuat kita tak sempat menyiapkannya bahkan melalaikan konsumsi buah. Padahal menurut pakar nutrisi Emilia E. Achmadi, MS, RD, dalam acara "Buavita Fruit Does You Good", di Birdcage, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (19/3/2012) lalu, "Jus menjadi salah satu cara praktis untuk bisa menikmati manfaat buah yang luar biasa diperlukan tubuh." 

Jadi, jus buah sangat baik bagi kesehatan tubuh kita. Namun perlu diperhatikan bagaimana cara menyajikan jus yang baik dan sehat. Karena jika tidak jus malah membawa petaka bagi tubuh kita. Untuk itu, menurut Emilia, agar manfaat jus buah tetap maksimal, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan:

1.    Segera minum setelah jus dibuat
Manfaat buah terbesar didapatkan dalam kondisi buah utuh yang segar, sehingga apabila buah ini sudah diolah seperti dimasak atau di-jus, sebenarnya nilai gizinya sudah berkurang. Untuk menyiasati penurunan kadar gizi pada jus, buatlah jus ini sesaat sebelum diminum. Proses penyimpanan akan membuat jus buah ini terpapar oksigen, dan menyebabkan terjadinya oksidasi, yang bisa mengubah warna jus dan merusak kadar gizinya.
"Setiap buah juga akan mengalami proses oksidasi, dan proses ini akan lebih mengurangi nilai gizinya sampai sekitar 50 persen lebih," ungkap Emilia.

2. Olah juga kulit dan bijinya
Kandungan vitamin dan antioksidan tertinggi pada buah sebenarnya terletak pada biji dan kulitnya. Namun, tentu saja tidak semua buah bisa dikonsumsi bersama kulit dan bijinya. Beberapa jenis buah seperti apel dan pir sebaiknya dikonsumsi bersama kulitnya, tanpa dikupas. Saat ingin membuat jus, sebaiknya blender juga kulit buah bersama bijinya. "Misalnya untuk jus jambu biji, jangan hilangkan kulit dan bijinya, tapi blender bersama-sama sampai bijinya hancur, dan baru disaring," tukasnya.

3. Jangan tempatkan dalam wadah transparan
Boleh saja jika Anda masih ingin menyimpan jus karena masih tersisa, tetapi jangan menyimpannya dalam wadah transparan atau bening. Penempatan jus dalam wadah transparan akan menyebabkan sinar ultraviolet masuk ke dalam wadah dan mengurai beberapa senyawa kimia dan nilai gizi jusnya. Untuk menghindari pengurangan nilai gizi dari jus, simpan dalam wadah yang berwarna dan letakkan ke dalam freezer.

4. Tambahkan jeruk lemon
Untuk menghindari proses oksidasi yang berlebihan, tambahkan perasan jeruk lemon ke dalam jus. Tambahan jeruk lemon akan menghambat proses oksidasi yang terjadi dalam jus, dan akan menambah nilai gizinya. Tambahan beberapa tetes jeruk nipis atau jeruk lemon ke dalam jus juga mencegah jus berubah warna.

diolah dari Kompas.com
by: adrian 

Renungan Hari Rabu Biasa XXX - Thn II

Renungan Hari Rabu Pekan Biasa XXX B/II
Bac I  Ef 6: 1 – 9 ; Injil        Luk 13: 22 – 30

Injil hari ini berbicara soal siapa yang diselamatkan. Tentulah hal ini berkaitan dengan masa yang akan datang atau eskatologis. Dalam Injil Yesus memberikan perbandingan pintu yang kecil dan sempit. "Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat" (ay. 24). Alasannya, karena kecil dan sempit.

Di sini Yesus mau mengatakan kepada para murid-Nya bahwa untuk dapat masuk ke dalam keselamatan itu dibutuhkan perjuangan dan juga pengorbanan. Perjuangan yang dituntut tidak setengah-setengah, melainkan mesti serius, sungguh-sungguh dan total. Karena seperti dikatakan Yesus bahwa ada banyak orang juga yang berjuang untuk masuk, namun mereka tidak bisa.

Sabda Yesus dalam Injil hari ini mau mengingatkan kita akan keselamatan akhir. Kita disadarkan untuk senantiasa berjuang dalam ketekunan dan kesetiaan. Salah satu wujud perjuangan yang dapat dilakukan adalah seperti yang diungkapkan Paulus dalam suratnya kepada jemaat Efesus. Kepada anak-anak, Paulus menaehati agar taat dan menghormati orang tua dalam Tuhan (ay. 1-2). Untuk orang tua, khususnya para bapak, Paulus meminta mereka agar tidak membuat anak-anak marah, melainkan mendidik mereka dalam ajaran Tuhan (ay. 4). Singkatnya, Paulus menghendaki agar kita senantiasa berbuat baik sesuai dengan kehendak Allah.

by: adrian

Orang Kudus 31 Oktober: St. Alfonsus Rodriquez


Santo Alfonsus Rodriquez,  Pengaku Iman
Saban hari Alfonsus menjalankan tugas membuka pintu bagi siapa saja yang bertamu ke biara. Tugas sederhana ini ia jalani dengan penuh sukacita dan rendah hati selama 45 tahun.

Bertugas sebagai penjaga pintu tampak sangat sederhana. Tetapi, Alfonsus telah melakukannya dengan hati besar. Sisa hidupnya diisi dengan membukakan pintu bagi tamu, memberitahu penghuni bila kedatangan tamu, sambil mengerjakan hal-hal kecil di sela-sela tugasnya itu. Selama menjalani tugas ini, Alfonsus selalu menganggap semua tamu yang melewati pintu yang ia jaga adalah Yesus sendiri.

Sembari menjaga pintu tamu, Alfonsus juga membuka pintu hatinya. Banyak orang yang melewati pintu biara mendapat peneguhan spiritual darinya. Salah satu di antaranya, Petrus Claver. Sewaktu masih belajar, Petrus Claver sering meminta nasihat Alfonsus. Berkat bimbingan Alfonsus, Petrus Claver akhirnya tertarik untuk membaktikan dirinya bagi kepentingan jiwa orang-orang kulit hitam yang menjadi budak belian di Amerika Selatan.

Alfonsus dilahirkan dalam keluarga pedagang kain wol kaya raya di Segovia, Spanyol pada 1531. Saat belajar di Universitas Alkala, ayahnya meninggal dunia sehingga ibunya terpaksa memanggilnya pulang untuk melanjutkan usaha dagang ayahnya. Selang beberapa tahun, ia menikah dan dikaruniai anak.

Usaha dagangnya yang pada tahun-tahun awal berjalan begitu lancar tanpa masalah serius, lama-kelamaan berangsur-angsur merosot dan bangkrut. Cobaan tidak berhenti di situ saja. Istri dan anaknya pun berpulang ke pangkuan Bapa. Alfonsus menerima segalanya dengan pasrah.

Selanjutnya, Alfonsus terpanggil memasuki cara hidup bakti dalam suatu tarekat religius. Pada umur 40 tahun ia memutuskan untuk meninggalkan kehidupan duniawi dan mengajukan permohonan menjadi seorang bruder Serikat Yesus (SJ) di Valencia, Spanyol. Setelah dipertimbangkan agak lama, akhirnya ia diterima dan ditempatkan di Kolese Montesion di Palma de Majorca, Spanyol.

Di sinilah, ia menekuni sisa-sisa hidupnya dengan melaksanakan tugas-tugas yang diserahkan kepadanya. Ia diberi tugas sebagai penjaga pintu tamu. Santo Alfonsus diangkat sebagai pelindung para bruder SJ. Kesetiaan dalam tugas, kesederhanaan, dan kerendahan hati Alfonsus Rodriguez memberi semangat tersendiri bagi para bruder Yesuit.

sumber: Ivonne Suryanto, http://www.hidupkatolik.com/2012/02/27/santo-alfonsus-rodriquez-kesetiaan-sang-penjaga-pintu

Senin, 29 Oktober 2012

(Inspirasi Hidup) Jangan Mudah Menyerah


BELAJAR DARI KISAH IKAN JONATHAN
Dikisahkan ada seekor ikan karnivora yang diperlihara di dalam sebuah aquarium. Sang pemiliki menamai ikan tersebut ikan Jonathan. Suatu saat, sang pemilik ingin mengerjai si ikan Jonathan dengan tidak memberinya makan selama seharian. Spontan, si ikan mendadak lemas tak berdaya di dalam aquarium, dari yang semula lincah berenang ke sana kemari.

Pada malam harinya, si pemilik memasukkan sebuah tabung kaca yang terbuka alas maupun penutupnya. Kemudian memasukkan ikan-ikan kecil yang biasa dijadikan santapan si Jonathan. Pagi harinya, nampaklah kerumunan ikan kecil segar tersebut berenang di salah satu sudut aquarium. “AHA..!! Akhirnya sarapanku datang juga”, begitu gumamnya dalam hati. Jonathan yang sudah kelaparan langsaung saja datang menyerang ingin melahap setiap ikan yang ada.

Namun, tak terpikirkan oleh Jonathan bahwa ikan kecil tadi dilindungi tabung kaca. Sehingga Jonathan tidak bisa menembusnya. Dia memikirkan cara lain, mungkin diserang dari atas. Dan “DHUAK!!”, bibir ikan Jonathan mulai jontor terantuk tabung kaca. Dicobanya kembali dari arah bawah, “DHUAK!!”. Tetap belum bisa menembus tabung kaca yang melindungi ikan kecil itu tadi.

Akhirnya si Jonathan pun menyerah. Kemudian, pada malam harinya, tanpa diketahui Jonathan, si pemiliki mengambil tabung kaca yang membatasi ikan kecil tadi. Nah, esok harinya, terlihatlah ikan kecil tadi berenang bebas. Namun si Jonathan tak bergeming untuk mendekat. Dan datanglah seekor ikan kecil menggoda Jonathan dengan berenang tepat di depan bibirnya.

“Hai Jonathaaan… Makan aku dooong”, ucap si ikan kecil

“Ndak ah, aku kapok. Nanti bibirku jontor lagi” jawab si Jonathan kalah.
***
Sahabat, demikianlah juga dalam kehidupan kita. Seringkali kita merasakan sebuah kegagalan beruntun hingga menjadikan kita berhenti. Akan tetapi kita lupa, selalu ada kemudahan bersamaan datangnya sebuah tantangan. Teruslah berusaha, karena kita tidak pernah tahu entah di kesempatan ke berapa Allah akan membuka tabir kesuksesan kita.

Orang Kudus 29 Oktober: St. Mikael Rua


Beato Mikael Rua, PENGAKU IMAN
Michael Rua pernah menjadi pendamping utama Don Bosco selama lebih dari 36 tahun, dan pengaruh kepemimpinannya sebagai pengganti pertama Don Bosco bisa dirasakan sampai ke bagian pertama abad ke-20.

Michael lahir pada tanmggal 9 Juni 1837 di Voldocco. Turino - Italia. Pada umur 8 tahun, dia kehilangan ayahnya, namun dia segera menemukan figur ayah itu di dalam diri Don Bosco. Pada tahun 1850, Don Bosco menawarkan kepadanya supaya "belajar bahasa Latin." Michael langsung mengerti apa yang dimaksudkan, dan dia menjawab bahwa dia siap belajar di seminari untuk menjadi imam.

Setelah tamat SMP [tahun 1853, umur 15 tahun], dia masuk seminari di Torino belajar filsafat. Pada tahun 1854 Michael menjadi salah satu dari kelompok Salesian yang pertama. Mulai tahun 1855 sampai dengan tahun 1860, dia menyelesaikan teologi sambil terus membantu dan mendampingi Don Bosco sebagai asisten atau guru di sekolahnya.

Don Rua [begitu dia biasa dipanggil], ditahbiskan sebagai imam pada tanggal 29 Juli 1860 di Caselle. Sebagai imam, dia selalu disamping Don Bosco dan siap sedia untuk tugas apapun. Pada saat Sri Paus mengusulkan kepada Don Bosco supaya memilih seorang vikaris [wakil], Don Bosco tanpa ragu-ragu lagi memutuskan bahwa Don Rua lah orangnya.

Setelah hidup bersama dengan Don Bosco selama hampir 36 tahun, Don Rua sangat merasakan kematian Don Bosco. Namun dalam 21 tahun kepemimpinannya, Serikat Salesian berkembang serta tumbuh dan dia sungguh menjadi pengganti Don Bosco yang baik dan setia.

Sejak awal tahun 1909, Don Rua mengalami beberapa gangguan fisik seperti phlebitis dan conjunctivitis, namun dia tetap melayani dengan penuh semangat sampai hari kematiannya tanggal 6 April 1910.

Don Rua dinyatakan oleh Gereja sebagai Hamba Tuhan pada tahun 1953 dan sebagai Beato oleh Sri Paus Paulus VI pada tahun 1972.


Renungan Hari Senin Biasa XXX - Thn II

Renungan Hari Senin Pekan Biasa XXX B/II
Bac I  Ef 4: 32 – 5: 8 ; Injil    Luk 13: 10 – 17

Hari ini Injil mengisahkan tentang Yesus yang menyembuhkan seorang ibu yang 18 tahun sakit akibat dirasuki roh pada hari sabat. Ibu itu tidak memintanya pada Yesus. Yesus sendirilah yang tergerak oleh belas kasihan langsung menyembuhkan ibu itu. Dasar tindakan Yesus adalah belas kasih dan kebaikan pada sesama.

Namun hari itu adalah hari sabat, hari yang dikuduskan oleh orang Yahudi. Konsepnya: hari sabat orang tidak boleh melakukan aktivitas. Dan seperti biasa, tindakan Yesus ini menimbulkkan konflik. Kepala rumah ibadat (dan tentu juga kaum farisi dan ahli taurat) merasa gusar dan marah.

Konflik ini disebabkan karena kepala rumah ibadat hanya memegang konsep dan ingin mempertahankan konsep: sabat sebagai sabat. Sedangkan Yesus mengusung nilai kebaikan dan belas kasih pada kemanusiaan. Kebaikan dan belas kasih pada manusia tidak biasa dibatasi oleh sebuah konsep atau aturan. Ia mengatasinya. 

Banyak dari kita yang terlalu kaku dan terpaku pada aturan atau konsep sehingga mengalahkan nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Contoh, ada seorang guru di sekolah A. Ia begitu kaku dengan konsep sekolah. Baginya sekolah A itu adalah sebatas areal di dalam pagar/tembok sekolah. Ketika ada murid merokok di luar pagas/tembok sekolah, guru ini tenang-tenang saja. Ia tidak menegur murid itu karena mereka merokok di luar sekolah. Larangan hanya berlaku di dalam sekolah.

Sabda Yesus hari ini mau mengajak kita untuk bisa menyikapi aturan atau sebuah konsep. Janganlah sebuah aturan atau konsep mengalahkan nilai-nilai kemanusiaan. Atau dengan kata lain, janganlah nilai-nilai kemanusiaan dikorbankan demi sebuah konsep.

by: adrian

Minggu, 28 Oktober 2012

Sekilas tentang Sumpah Pemuda


Sumpah pemuda
Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.

Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini), yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.

Sumpah Pemuda versi orisinal:
Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoewa
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda versi Ejaan Yang Disempurnakan:
Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Bedah Buku untuk Penggalangan Dana


RENCANA KEGIATAN ANIMASI KBG DAN MALAM DANA UNTUK SEMINARI MARIO JHON BOEN DI BATAM
A.   KEGIATAN:
  1. Nama Kegiatan                : Bedah Buku dan Malam Dana untuk Seminari Mario Jhon Boen Keuskupan pangkalpinang.
  2. Penyelenggara                 : Sekolah Tinggi Yayasan Bentara Persada-Panitia Khusus
  3. Penanggung Jawab           : RD. Bernardus Somi Balun
  4. Tema Kegiatan                 :  «PERSEMBAHAN UNTUK SANG GEMBALA»
  5. Tempat Pelaksanaan         : Hotel Pasifik-Batam
  6. Waktu Pelaksanaan          : Minggu, 18 November 2012

B. URAIAN KEGIATAN
1. Latar Belakang Kegiatan.
Sejak menduduki jabatannya sebagai Uskup Pangkalpinang, 25 tahun yang lalu, ada dua hal  pokok yang menjadi focus kegembalaannya. Pertama: Gereja di Keuskupan Pangkalpinang membutuhkan imam. Ia memulai tugas kegembalaannya di Keuskupan Pangkalpinang pada tahun 1987 hanya dengan 1 imam diosesan, RD. Hendrawinata.  Bagaimana pelayanan ke seluruh wilayah 1000 pulau yang terbentang di kepulauan Bangka Belitung dan kepulauan Riau dapat dilakukan?  Bagaimana caranya? Ia mulai mengadakan kunjungan ke beberapa Seminari Menegah di Flores, juga di Palembang, untuk mencari calon imam yang mau berkarya di Keuskupan Pangkalpinang.
Setelah 25 tahun berjuang, kini Keuskupan ini memiliki 60an imam diosesan. Namun ia tidak hanya menerima anugerah imam bagi dirinya sendiri tetapi juga untuk kebutuhan Gereja di Sumatera dan tempat lain yang membutuhkan. Kegigihan dan kepeduliannya kepada calon calon imam tidak hanya dirasakan oleh Keuskupan Pangkpinang tetapi juga di Indonesia.  Ia aktif mendorong pelbagai kegiatan untuk mengembangkan pelayanan terhadap seminari-seminari di Indonesia, melalui Gerakan Orang Tua Asuh Seminari, dan Bina Lanjut Imam melalui Badan Kerjasama Bina Lanjut Imam. Karenanya ia dijuluki “Bapa Seminari” (Bdk. DR. Gusti Bagus Kusumawanto, Sekretaris Eksekutif, Komisi Seminari KWI, Berkatnews, edisi Agustus 2012).
Kedua, Pengembangan Komunita Basis Gerejawi. Kurang lebih 3 tahun sesudah mencoba mengenal situasi umat di Keuskupan Pangkalpinang, Mgr. Hila melihat ada satu cara baru hidup menggereja yang perlu dikembangkan agar kabar gembira keselamatan Kristus, sampai ke seluruh umat di kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Cara baru itu dikenal dengan nama Komunitas Basis Gerejawi. Visinya tentang Gereja sebagai umat Allah yang dibangun melalui KBG tidak seluruhnya jelas kala itu. Kendati demikian ia dengan gigih berjuang dengan segala cara agar KBG ini dapat dimulai di keuskupan Pangkalpinang. Dan lambat laun pembangunan umat di basis mulai dirasakan dan diyakini sebagai cara pastoral yang tepat dalam menghadapi situasi zaman ini. Karena itu menjelang ulang tahunnya yang ke 25 sebagai uskup, Ia keluarkan suatu visinya yang jelas mengenai Gereja lolak yang dipercayakan: Keuskupan Pangkalpinang harus menjadi Gereja Partisipatif yang dijiwai oleh Tritunggal Mahakudus. Untuk mewujudkan Gereja Partisipatifnya, KBG dijadikannya instrument misinya.

2. Mengapa Bedah Buku dan  Penggalangan Dana Untuk Pembangunan Seminari?
Pasca Sinode II Keuskupan ini, telah ditetapkan bahwa seluruh umat Keuskupan Pangkalpinang dipanggil untuk mewujudkan visi Gerejanya melalui pembangunan KBG. Pertanyaan lanjut dari nya bagaimana visi  dan misi itu dapat dipahami dan diimpplementasikan di dalam komunitas Gereja lokal yang dinamakan Paroki? Itulah pertanyaan yang rasanya perlu diberikan jawaban.
Atas dasar itu, kami Sekolah Tinggi Bentara Persada bersama Penerbit ingin mempersembahkan Kado Istimewa buat Sang Gembala, dengan mengadakan acara Bedah Buku : KBG. Paroki, Gereja yang Hidup, yang ditulis oleh RD. Bernardus Somi Balun, Sekretaris Keuskupan dan Ketua Yayasan Bentara Persada.
Di samping Bedah Buku ini, Sekolah Tinggi Bentara Persada ingin menyelenggarakan acara malam dana untuk pembangunan Gedung Seminari Menengah Mario Jhon Boen Keuskupan Pangkalpinang. Kehadiran Seminari Mario Jhon Boen yang baru dimulia tahun ajaran ini (2012) untuk sementara menggunakan bangunan Sekolah Pendidikan Guru karena Seminari sendiri belum mempunyai Gedung sendiri. Selain karena belum mendapat izin membangun, Gedung juga tidak dapat dibangun karena masih kekurangan dana.
Mimpi Mgr Hila untuk membangun seminari ini dilandasi pada kenyataan bahwa calon-calon imam dari seminari-seminari yang selama ini menjadi andalan Uskup Hila & Keuskupan Pangkalpinang mulai berkurang. Apa yang harus dilakukan? Bagaimanapun Gereja tetap membutuhkan imam, yang menjadi bagian integral dari Gereja itu sendiri. Seringkali Mgr Hila mengatakan «selama ini kita memanen dari hasil kebuh orang, sekarang saatnya kita harus menanam dan memanen dari kebun sendiri».

3.   Diskusi Buku
3.1.      Latar Belakang
Apakah entitas sosial-pastoral bernama paroki masih diperlukan, relevan di tengah pelbagai gerakan globalisasi yang menggiring pelbagai perubahan yang menyertainya belakangan ini? Hal ini bisa mengerucut hingga pada masalah perlu tidaknya pelbagai perangkat pastoral yang berperan memotori roda perjalanan kehidupan menggereja mulai dari Vatikan, ke seluruh pelosok bumi, termasuk di Indonesia, terlebih khusus lagi di Keuskupan Pangkalpinang. Apakah kita masih butuh Komunitas Basis Gerejawi? Tegasnya Paroki?
Pertanyaan-pertanyaan itu bisa menjadi indikator kegundahan hati, atau lebih tepat kekhawatiran KITA SEMUA sebagai GEREJA, baik sebagai Gereja Universal maupun Gereja Indonesia, dan Gereja Keuskupan Pangkalpinang, secara lebih khusus.

Semenjak tahun 2000 ketika Gereja Indonesia mencanangkan Komunitas Basis sebagai GERAKAN NASIONAL Pastoral, hampir setiap keuskupan di Indonesia mengambil langkah taktis untuk segera merumuskan dan mencangkan gerakan itu di tingkat lokal. Memang di setiap keuskupan memiliki pola pastoralnya tersendiri. Jauh sebelum Gereja Indonesia mencanangkan gerakan Komunitas Basis, beberapa keuskupan sebenarnya dalam fokus pastoral mereka sudah dan sedang menjalankan apa yang kita sebut Komunitas Basis dimaksud, tentu dengan nama yang berbeda. Ada yang menyebutnya dengan Umat Basis, dsbnya. Di Keuskupan Larantuka, misalnya sejak 1975 sudah melaksanakan partoral Umat Basis.
Tiap keuskupan memiliki karakteristik pastoral masing-masing, sesuai warna sosial, antropologis dan politik kedaerahannya. Iklim sosial politik nasional tentu saja ikut memberikan kontribusi dalam realitas sosial politik di daerah atau keuskupan. Dalam upaya meneropong persoalan sosial (juga politik) kedaerahan di Keuskupan Pangkalpinang, kehadiran buku Komunitas Basis Gerejawi: PAROKI, GEREJA YANG HIDUP ingin memberi jawaban atas problematik yang terjadi selama ini. Kerangka teoritis dan tetapi sekaligus menjadi petunjuk praktis dalam membangun domain pastoral yang relevan dan kontekstual yakni paroki. Mengapa Paroki? Kehadiran para pakar untuk membedah buku ini memberikan inside bagi pembentukan dan pengembangan pastoral dan kepemimpinan di masa depan yang lebih relevan.

3.2.      Talk Show - Diskusi : Jam 16.30-18.00 WIB
a.   DR. Ignas Kleden (Filosof, Sosiolog dan Kritikus Sastra).
b.   DR. J. Kristiadi (Ahli Ilmu Politik, Peneliti Senior CSIS, Jakarta).
c.    RD. Lucius Poya Hobamatan Pr. (Mentor KBG Keuskupan Pangkalpinang)

3.3.      Sasaran Bedah Buku
a.   Dengan Bedah Buku ini kami ambil bagian dalam melaksanakan Program Keuskupan Pangkalpinang 2012-2013, yakni Sosialisasi Misi Keuskupan yaitu Pengembangan Komunitas Basis Gerejawi kepada para fasilitator, dewan pastoral paroki, para pastor Dekenat Kepulauan Riau, kaum muda Katolik se Batam.
b.   Dengan bedah buku ini, wawasan tentang Komunitas Basis Gerejawi disegarkan dan diperdalam:
-      khususnya KBG dalam hubungan dengan kehidupan sosial-politik.
-      khususnya peran KBG dalam kehidupan bersama di tengah masyarakat yang plural.
c.    Dengan bedah buku ini, para peserta semakin mengenal dan memahami cara baru hidup menggereja yang pada gilirannya menentukan model serta gaya kepemimpinan yang relevan bagi perwujudan Gereja Partisipatif.

4.   Malam Dana Untuk  Pembangunan Seminari  Menengah Keuskupan Pangkalinang
4.1. Sasaran
·         Umat Mengetahui bahwa Keuskupan kita memiliki Seminari
·         Umat memahami mengapa Seminari dibutuhkan di Keuskupan Pangkalpinang
·         Dengan mengetahui dan memahami keberadaan Seminari Mario Jhon Boen, ke depan umat dapat terlibat dalam doa bagi para calon imam, munculnya calon-calon imam dari Kepri, mempersembahkan dana  bagi pembangunan dan penghidupan seminaris melalui GOTAUS. 

4.2. Rancangan Acara Malam Dana (Jam 19.00 WIB sd 22.00 WIB)
1)    Makan Malam bersama
2)    Pembukaan oleh: MC
3)    Music: The Lamalera Band (Trie Utami, Ivan Nestorman, dkk)
4)    Sambutan: Ketua Panitia – Yayasan Bentara Persada-Presentasi Ttg Planning Tempat Ziarah «Mother Merry Perpetual Help».
5)    Music: The Lamalera Band (Trie Utami, Ivan Nestorman, dkk)
6)    ORASI : KBG DAN SEMINARI Oleh Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD
7)    Hiburan bersama: Ivan Nestorman, Trie Utami dan The Lamalera Band
8)    Profile Seminari Mario Jhon Boen oleh Panitia Pembanguna  Seminari Keuskupan Pangkalpinang.
9)    Acara Khusus Pencarian Dana (dipandu langsung oleh Trie Utami, Musik: The Lamalera Band (Trie Utami, Ivan Nestorman, dkk
10) PENUTUP