Senin, 04 Oktober 2021

SEJARAH MULA DOA ROSARIO

 

Kata “Rosario” pertama kali ditemukan dalam sebuah literature tahun 1327. Kata yang digunakan adalah “Rosarium”, yang berarti rangkaian bunga mawar. Bunga mawar, yang dikenal dengan nama bunga ros (Ing. = Rose) atau “Ratu Bunga”, merupakan simbol kehidupan religius dalam peradaban manusia. Hal ini mungkin dikaitkan dengan keindahan/kecantikan dan aroma wangi bunga mawar itu. Oleh orang Kristen kata “Rosarium” dikenakan kepada Bunda Maria.

Sebagai doa, Rosario bukanlah doa liturgi atau doa resmi Gereja meski doa ini sangat populer di kalangan umat katolik. Di doa rosario umat akan merenungkan karya penebusan Kristus di dalam 15 peristiwa Sejarah Keselamatan, sambil mendaraskan 1 x Bapa Kami, 10 x Salam Maria dan 1 x Kemuliaan, yang diawali oleh pendarasan Syahadat Para Rasul, 1 x Bapa kami, 3 x Salam Maria dan 1 x Kemuliaan.

Apakah doa Rosario yang ada sekarang ini sudah begitu dari dulu? Dapatlah dikatakan bahwa doa Rosario yang ada saat ini merupakan hasil perkembangan jaman. Pada mulanya praktek doa Rosario diambil dari kebiasaan mendaraskan 150 Mazmur (Doa Ofisi) setiap hari di kalangan para rahib di dalam kehidupan monastik zaman dulu. Para rahib awam yang tak bisa membaca menggantikan pendarasan Mazmur itu dengan 150 buah doa ‘Pater Noster’ (Bapa Kami). Sejak Gereja perdana doa Bapa Kami dianggap sebagai doa Gereja yang paling penting. Untuk memudahkan mereka mengetahui berapa jumlah doa Bapa Kami yang didaraskan, digunakanlah seutas tali bersimpul atau bermanik-manik. Oleh karena tali itu dipakai untuk menghitung doa ‘Pater Noster’ maka tali itu lazimnya disebut juga ‘Pater Noster’.

Pada abad XI, devosi kepada Bunda Maria mulai popular. Pada waktu itu muncul kebiasaan memberi salam kepada Bunda Maria bila seseorang melewati patung Maria. Doa atau salam yang dilantunkan adalah, “Salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu. Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu”. Salam ini merupakan gabungan sapaan Malaikat Gabriel kepada Bunda Maria (Luk 1: 28) dan seruan Elisabeth kepada Bunda Maria (Luk 1: 42).