Jumat, 20 Desember 2019

KISAH KEJATUHAN ADAM DAN HAWA DALAM AL QURAN


Pusat iman umat islam ada dalam Al Quran. Umat islam menyakini Al Quran langsung berasal dari Allah SWT. Ada dua versi pemaknaan dari kata “langsung” ini. Ada segelintir orang memahami bahwa Al Quran, sebagai sebuah kitab, langsung diberikan utuh kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini didasarkan pada kisah turunnya wahyu pertama, saat Muhammad bersemedi di gua Hira. Saat itu suatu malaikat menampakkan diri kepada Muhammad dan memberi perintah singkat: Bacalah! Penafsir mengartikan bahwa pada waktu itu sudah ada kitab, yang kemudian dikenal dengan nama Al Quran. Pemaknaan seperti ini mirip dengan kisah pertobatan Agustinus, yang mendengar suara anak kecil: Bangkit dan bacalah! Agustinus kemudian bangkit dan mengambil Kitab Perjanjian Baru dan dibukanya pada Surat Paulus kepada Jemaat di Roma (13: 12 - 14).
Akan tetapi, ada juga yang memahami bahwa wahyu Allah diturunkan secara bertahap dalam kurun waktu 23 tahun. Ada dua lokasi besar turunnya wahyu, yaitu Mekkah dan Madinah. Makna “langsung” di sini adalah bahwa ayat-ayat yang ada dalam Al Quran sekarang langsung berasal dari Allah. Keyakinan ini diperkuat dengan pernyataan Allah sendiri, yang dapat dibaca dalam QS 32: 2 dan QS 39: 1 – 2, 41. Jadi, ayat-ayat Al Quran tidak hanya dinilai sebagai suci oleh umat islam, tetapi juga benar, karena Allah, yang mewahyukannya, adalah mahabenar. Karena itu, dalam QS 69: 51 dikatakan bahwa “Al Quran itu kebenaran yang meyakinkan.”
Agama islam mengajarkan kepada umatnya bahwa Adam dan Hawa itu nyata ada. Hal ini dapat dipahami karena Adam dan Hawa itu ada dalam Al Quran, dan Al Quran itu merupakan perkataan Allah. Karena itu, mereka tidak hanya diyakini sebagai manusia pertama, tetapi juga sebagai nabi (khusus Adam).  Bagaimana kisah kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa dalam Al Quran?

ANTARA FAKTA, PERSEPSI DAN KEBENARAN


Contoh Kasus
Pastor Eko adalah mantan pastor pembantu Paroki A. Pastor Eko pernah berkata bahwa di Paroki A telah terjadi kasus korupsi. Yang mencuri uang Gereja atau yang melakukan korupsi adalah Pastor Parokinya sendiri; dan kemungkinan juga bendahara paroki.
Untuk membenarkan pernyataannya, Pastor Eko memberikan beberapa fakta. Pertama, tidak ada transparansi keuangan di paroki A. Soal keuangan hanya Pastor Paroki dan bendahara paroki saja yang tahu. Bahkan Pastor Eko dihalang-halangi untuk mengetahui keuangan. Kedua, setidaknya dua kali Pastor Eko menemukan ketidakcocokan data kolekte yang dicatat oleh petugas penghitung uang dengan yang diumumkan di gereja. Pastor Eko pernah menceritakan hal ini kepada salah seorang umat, dan umat itu menegaskan bahwa kasus ini pernah juga terjadi sebelum Pastor Eko bertugas di Paroki A. Ketiga, Pastor Paroki selalu menghindar jika diminta pertanggungjawaban keuangan. Keempat, HP Pastor Paroki selalu gonta-ganti; dan harganya mahal-mahal.
Pernyataan Pastor Eko dengan segala dasar pembenarannya sampai ke telinga umat dan beberapa rekan imam lainnya. Mereka semua pada percaya. Mereka percaya bahwa telah terjadi korupsi di Paroki A; atau setidak-tidaknya Pastor Paroki A telah melakukan tindak korupsi. Sikap percaya yang tumbuh dalam diri umat dan beberapa rekan imam membuat pernyataan “Pastor Paroki A melakukan korupsi” telah menjadi sebuah kebenaran.
Akan tetapi, menjadi persoalan, apakah benar Pastor Paroki A melakukan korupsi? Atau dengan kata lain, apakah pernyataan “Pastor Paroki A melakukan korupsi” benar merupakan suatu kebenaran?
Fakta, Persepsi dan Kebenaran

KENAPA ALLAH MENJADI MANUSIA


Tak lama lagi umat kristiani, baik katolik maupun protestan, akan merayakan hari raya natal. Secara sederhana natal dipahami dengan peristiwa kelahiran Yesus Kristus di dunia; dan Yesus itu diimani sebagai Allah. Karena itu juga, selain sebagai peristiwa kelahiran, natal juga dimaknai sebagai peristiwa inkarnasi, Allah menjadi manusia. Pada titik inilah banyak orang, terutama kaum muslim, tidak menerima hal ini. Mereka bertanya kenapa Allah orang kristen menjadi manusia?
Orang kristen biasanya mengemukakan alasan biblis dengan mengutip Injil Yohanes, yaitu karena kasih (bdk. Yoh. 2: 16). Allah mengasihi manusia dan ingin menyelamatkan mereka. Akan tetapi, tetap saja orang akan bertanya, kenapa harus jadi manusia. Kenapa tidak yang lain? Dan biasanya, orang kristen akan mengutip penjelasan Rasul Paulus, “Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasehati Dia?” (1kor 2: 16). Di sini Paulus mau menyatakan bahwa peristiwa inkarnasi adalah peristiwa iman, bukan peristiwa akali. Tidak ada manusia di dunia ini yang dapat menyelami misteri Allah yang mahakuasa. Allah mau jadi apa saja adalah kewenangan mutlak Allah, karena Dia mahakuasa. Mana mungkin ada manusia yang mengatur-atur Allah: tak boleh jadi ini, harus begini dan begitu. Jika demikian, siapa yang sebenarnya berkuasa: Allah atau manusia?
Kenapa Allah menjadi manusia, kini menjadi pertanyaan yang tak dapat dipahami jawabannya oleh akal budi kebanyakan orang. Akan tetapi, sangat menarik membaca cerita singkat berikut ini, yang sekilas menjawab pertanyaan tersebut. Semoga ilustrasi ini bermanfaat.