Jumat, 22 Maret 2019

BEDA TERORIS ISLAM DAN TERORIS SELANDIA BARU


Tanggal 15 Maret 2019 merupakan hari berkabung bagi warga Selandia Baru. Negeri yang selama ini terbilang aman dan tenang digoncang aksi teror warga negara Australia, negeri tetangga. Uniknya adalah korban semuanya umat muslim yang baru saja menyelesaikan shalat Jumat di masjid Al-Noor, di pinggiran kota Christchurch. Setidaknya ada 49 korban tewas akibat aksi biadab tersebut (kemungkinan jumlah korban tewas dapat bertambah).
Selama ini terorisme selalu diidentikkan dan dikaitkan dengan islam, karena semua pelaku teror beragama islam. Dan sasaran targetnya adalah yang bertentangan dengan islam, sekalipun korbannya dapat juga umat islam sendiri. Akan tetapi, kali ini pelaku terornya bukan beragama islam. Malah sasaran korbannya justru umat islam.
Tentu semua kita sepakat bahwa aksi terorisme adalah tindakan yang sangat biadab dan di luar batas kemanusiaan. Tindakan tersebut patut dikutuk dan dikecam, dan pelakunya harus mendapatkan hukuman seberat-beratnya.
Sekalipun terorisme islam dan terorisme di Selandia Baru sama-sama merupakan tindakan biadab dan harus dikutuk, namun terdapat perbedaan yang mencolok di antara keduanya. Yang paling mendasar adalah bahwa terorisme islam mendasarkan tindakannya pada ajaran agama. Dua sumber agama islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadis, sering dijadikan landasan aksi para teroris. Para pelaku teror mendapat inspirasi dan perintah dari ajaran agama islam. (untuk hal ini, silahkan baca Motivasi Para Teroris dan Tak Mungkin Membasmi Terorisme). Dapat disimpulkan bahwa para teroris islam melakukan aksi terornya karena mengikuti perintah Allah dan teladan Nabi Muhammad SAW. Karena itu, pelaku terorisme islam adalah juga seorang religius.

BAGAIMANA MENGHADAPI FITNAH


Tak dapat dipungkiri hampir semua kita pasti pernah mengalami tuduhan, fitnah bahkan ada rencana jahat terhadap kita. Padahal kita yakin bahwa tak ada sedikit pun niat jahat dalam hati kita. Tentulah perasaan awal yang muncul adalah sedih, kecewa dan marah. Dan bukan tidak mustahil ada juga rencana untuk balas dendam sebagai pelampiasan rasa amarah.
Blog budak-bangka lima tahun lalu, persisnya hari ini, 22 Maret 2014, mengangkat permasalahan tersebut di atas dalam sebuah tulisan dengan judul “Cara Daud Hadapi Tuduhan”. Tulisan tersebut merupakan refleksi penulis berangkat dari kisah pengalaman Raja Daud yang ada dalam Kitab Suci. Ada pesan moral dalam kisah pengalaman Raja Daud yang bermanfaat bagi siapa saja yang mempunyai keterbukaan hati. Secara tak langsung, penulis tulisan tersebut hendak mengajak kita untuk mengikuti teladan Raja Daud.
Tulisan lima tahun lalu itu dikemas dengan menggunakan bahasa Indonesia yang ringan dan sederhana sehingga mudah dinikmati. Berhubung tulisannya tidak terlalu panjang dan diurai secara to the point, maka pembaca pun dapat segera menemukan pesannya. Dan apa pesan tulisan tersebut? Bagaimana cara Daud menghadapi tuduhan? Siapa yang menuduhnya? Semua jawaban ini dapat ditemui dengan meng-klik dan membaca di sini. Selamat membaca!!!