Kamis, 22 Januari 2015

Kehamilan & Bahaya Autisme

JARAK KEHAMILAN MEMICU RESIKO AUTISME
Jarak kehamilan yang terlalu rapat memang mengundang risiko bagi para wanita. Penelitian terbaru menyatakan, ibu yang hamil lagi dalam waktu setahun setelah melahirkan berisiko menyebabkan autisme pada calon anak mereka kelak.

Kehamilan berturut-turut membuat ibu bisa kepayahan. Para ilmuwan dari New York AS menyebutkan, wanita butuh waktu untuk pulih dari kehamilan. Selain itu, kehamilan yang terjadi dalam jangka waktu pendek akan menyebabkan anak-anak yang dilahirkan rentan mengalami kekurangan gizi.

Kesimpuan itu didasarkan atas riset terhadap 600.000 keluarga di California. Para ilmuwan mencatat kasus autis di antara 663.000 anak kedua yang lahir di California antara tahun 1992 sampai 2002.

Setelah mendapatkan data lengkap, para ilmuwan memeriksa interval kehamilan anak pertama dan kedua, memperhitungkan usia orangtua, latar belakang, etnis, pendidikan ibu, dan apakah orangtua memiliki asuransi kesehatan.

"Hasilnya, kami menemukan bahwa anak-anak yang lahir setelah interval kehamilan yang lebih pendek mempunyai peningkatan risiko autisme" jelas salah satu peneliti, Dr Keely Cheslack Postava, dari Columbia University, New York

Risiko tertinggi ada pada anak yang dikandung setelah sang ibu melahirkan anak sebelumnya kurang dari setahun.

"Anak yang dikandung dalam tahun kelahiran yang sama dengan kakaknya memiliki 3,4 kali lebih tinggi menyandang autisme, sedangkan anak yang dikandung 12 hingga 13 bulan setelah kelahiran kakaknya memiliki 1,9 kali lebih tinggi risiko menyandang autis," ujar Postava.

Menanggapi hasil penelitian ini, pihak National Autistic Society, Inggris, menjelaskan agar orangtua harus waspada, tetapi tak perlu terlalu khawatir.

"Walaupun penelitian ini sangat berguna, tetapi kami sebelumnya telah melihat ribuan kasus baik anak pertama maupun anak berikutnya lahir dengan interval lebih dari 12 bulan kemudian memiliki diagnosis autis. Jadi kita tak perlu terlalu khawatir," ujar juru bicara National Autistic Society.

sumber: Kompas Health

Orang Kudus 22 Januari: St. Laura Vicuna

BEATA LAURA VICUNA, PENGAKU IMAN
Laura Vicuna lahir pada 5 April 1891 di Santiago, Chili. Ia adalah puteri dari Jose Domingo Vicuna, seorang tentara, dan Mercedes Pino. Pada tahun 1891 terjadi perang sipil di Chili dan keluarga Vicuna terpaksa meninggalkan Chili karena dicari untuk ditangkap. Pada tahun 1894, setelah kelahiran adiknya, Julia Amanda, Laura kehilangan ayahnya yang meninggal dunia.

Setelah ayahnya meninggal, ibunya membawa kedua anaknya pergi ke Argentina. Di sana ibunya bertemu dengan Manuel Mora, yang kemudian menjanjikan untuk membiayai kehidupan keluarganya. Laura kemudian disekolahkan pada sekolah yang dikelola oleh biarawati Salesian atau yang lebih dikenal dengan Putri Maria Penolong Umat Kristiani.

Laura kemudian ingin sekali menjadi biarawati Salesian. Hal ini mendapat tentangan dari Manuel Mora, yang bahkan memukulnya. Kehidupan Manuel Mora yang jauh dari Tuhan membawa ibunya ikut menjauhi Tuhan. Laura dengan sepenuh hati berdoa kepada Tuhan dan mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan demi keselamatan ibunya. Pada 8 Desember 1901, Laura diizinkan untuk bergabung dengan Solidaritas Anak-anak Maria oleh Uskup.

Pada akhir tahun 1903, Laura sakit keras dan pulang ke rumahnya. Di sana ia mendapat kekerasan dari ayah tirinya. Laura Vicuna meninggal dunia pada 22 Januari 1904 di Junin de los Andes, Neuquen, Argentina. Sebelum meninggal, ia memberitahukan ibunya bahwa ia mempersembahkan nyawanya bagi keselamatan ibunya. Sejak saat itu ibunya bertobat dan kembali kepada Tuhan. Pada 3 September 1988, Laura Vicuna dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II.

Baca juga riwayat orang kudus 22 Januari:

Renungan Hari Kamis Biasa II - Thn I

Renungan Hari Kamis Biasa II, Thn B/I
Bac I    Ibr 7: 25 – 8: 6; Injil             Mrk 3: 7 – 12;

Bacaan-bacaan liturgi hari ini menampilkan maklumat tentang siapa itu Yesus. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Surat kepada Orang Ibrani, penulis menampilkan Tuhan Yesus sebagai Imam Besar. Menurut penulis surat ini, Tuhan Yesus berbeda dari imam-imam besar lainnya. Imam Besar ini saleh, tanpa dosa dan salah, terpisah dari orang-orang berdosa, dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga (ay. 26). Sebagai Imam Besar Tuhan Yesus menjadi “Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia” (ay. 6).

Dalam Injil Tuhan Yesus mendapat gelar Anak Allah. Gelar ini berasal dari pengakuan roh-roh jahat yang merasuki orang. Dikisahkan bahwa saat itu Tuhan Yesus berada di sebuah danau. Ia mengajar orang banyak, yang datang dari berbagai daerah. Mereka bukan saja mendapatkan pengajaran, tetapi juga penyembuhan bagi yang sakit. Orang-orang yang kerasukan roh jahat pun dibebaskan dari pengaruh roh jahat itu. Saat pembebasan itulah, roh-roh jahat itu mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah.

Sabda Tuhan hari ini pertama-tama menyadarkan kita akan siapa Tuhan Yesus itu. Dia-lah Imam Besar dan juga Anak Allah. Sebagai Imam Besar, Tuhan Yesus telah menjadi pengantara kita dengan Allah Bapa. Dia telah mendamaikan relasi kita yang rusak dengan Allah. Sebagai Anak Allah, Tuhan Yesus memiliki kuasa atas roh-roh jahat yang selalu merasuki hidup manusia, termasuk kita sehingga hidup kita tidak lagi mengikuti kehendak Tuhan melainkan kehendak roh jahat itu. Di sini tampak jelas bahwa Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa bersyukur karena Dia telah mendamaikan kita dengan Allah. Tuhan juga meminta kita untuk selalu datang kepada-Nya bila roh jahat merasuki hidup kita.

by: adrian