Rabu, 02 Januari 2013

(Inspirasi Hidup) Kisah Petapa & Senar Gitar

PETAPA DAN SENAR GITAR
Ada seorang petapa tinggal seorang diri di hutan. Ia menjalani hidup bertapanya dengan keras. Hari-hari hidupnya hanya diisi dengan berdoa, bersemedi, bermeditasi dan kontemplasi. Ia beraskese dan menjalani hidup mati raga dengan keras. Ia menolak kekayaan dan kemewahan dengan cara hidup miskin. Untuk makan pun ia mengemis di kampung-kampung sekitar hutan itu.

Suatu hari ia keluar dari hutan, berjalan menuju ke sebuah kampung. Tujuannya: mencari makanan dengan cara mengemis. Ketika hendak memasuki kampung itu, ia melihat seorang anak kecil dengan sebuah gitar di pelukannya. Anak itu sedang menyetem senar gitarnya. Sang petapa memperhatikannya dengan serius.

Dua senar gitar bagian distel longgar. Anak itu melonggarkannya lagi sambil ibu jari tangan kanannya memetik senar gitar itu. Tangan kiri anak itu kembali memutar spul gitar sehingga tali gitar semakin longgar.

“Terlalu longgar,” pikir petapa itu dalam hati. “Kalau terus dilonggarkan, hilanglah suaranya. Senar gitar itu tak akan bisa menghasilkan suara. Percuma ia ada di gitar itu.”

Tiba-tiba anak itu beralih ke dua senar gitar yang paling bawah. Kali ini dia bukannya melonggarkan tali gitar itu melainkan mengencangkannya. Ia terus mengencangkan senar gitar itu sampai menghasilkan bunyi yang melengking. Jempol tangan kanan bocah itu kembali memetik dua senar itu lalu tangan kirinya kembali memutar spul gitar untuk kembali mengencangkannya.

“Berhenti! Berhenti!!” Tiba-tiba petapa itu berteriak sambil berjalan menghampiri anak itu. “Kamu bisa memutuskan tali gitar itu.”

Petapa itu mengambil gitar itu. Dengan kemampuan yang masih dimilikinya, ia kembali menyetem gitar itu sehingga bisa menghasilkan suara yang harmonis. Ia mengembalikan gitar itu ke pemiliknya.

“Kalau senar gitar ini kamu longgarkan, suaranya jelek bahkan bisa hilang. Tapi kalau kamu kencangkan bunyinya tak indah. Jika terlalu kencang senarnya bisa putus.”

“Itulah hidup Anda!” Anak kecil itu berdiri dan berjalan meninggalkan petapa itu seorang diri.