Rabu, 09 April 2014

Pola Bermain Anak

POLA BERMAIN AWAL MASA KANAK-KANAK
Bermain dengan Mainan
Pada permulaan masa awal kanak-kanak, bermain dengan mainan merupakan bentuk yang dominan. Minat bermain dengan mainan mulai agak berkurang pada akhir awal masa kanak-kanak, pada saat anak tidak lagi dapat membayangkan bahwa mainannya mempunyai sifat-sifat hidup seperti yang dikhayalkan sebelumnya. Lagi pula dengan meningkatnya minat terhadap bermain dalam kelompok, anak menganggap bermain dengan mainan yang umumnya bersifat bermain sendiri, tidak lagi menyenangkan.

Dramatisasi
Sekitar usia tiga tahun dramatisasi terdiri dari permainan dengan meniru pengalaman-pengalaman hidup, kemudian anak-anak bermain permainan pura-pura dengan teman-temannya seperti polisi dan perampok, Indian-indianan atau penjaga toko, berdasarkan cerita-cerita yang dibacakan kepada mereka atau berdasarkan acara-acara film dan televisi yang mereka lihat.

Konstruksi
Anak-anak membuat bentuk-bentuk dengan balok-balok, pasir, lumpur, tanah liat, manik-manik, cat, pasta, gunting dan krayon. Sebagian besar konstruksi yang dibuat merupakan tiruan dari apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari atau dari layar bioskop dan televisi. Menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak, anak-anak sering menambahkan kreativitasnya ke dalam konstruksi-konstruksi yang dibuat berdasarkan pengamatannya dalam kehidupan sehari-hari.

Permainan
Dalam tahun keempat anak mulai lebih menyukai permainan yang dimainkan bersama teman-teman sebaya daripada dengan orang-orang dewasa. Permainan ini dapat terdiri dari beberapa pemain dan melibatkan beberapa peraturan. Permainan yang menguji ketrampilan seperti melempar dan menangkap bola juga popular.

Membaca
Anak-anak senang dibacakan dan melihat gambar-gambar dari buku. Yang sangat menarik adalah dongeng-dongeng, nyanyian anak-anak, cerita-cerita tentang hewan dan kejadian sehari-hari.

Film, Radio dan Televisi
Anak-anak jarang melihat bioskop, tetapi ia senang film kartun, film tentang binatang dan film rumah tentang anggota-anggota keluarga. Anak-anak juga senang mendengarkan radio, tetapi lebih senang melihat televisi. Ia senang melihat acara untuk anak-anak yang lebih besar dan juga acara untuk anak-anak prasekolah. Ia mengalami situasi rumah yang aman sehingga biasanya tidak merasa takut kalau ada unsur-unsur yang menakutkan dalam acara televisi tersebut.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 122

Orang Kudus 9 April: St. Kasilda

SANTA KASILDA, PENGAKU IMAN
Aldemories, Ayah Kasilda adalah adalah seorang bangsawan yang masih kafir dan kejam. Ia juga dikenal sebagai penganiaya orang-orang Kristen. Ia menyaksikan langsung tindakan-tindakan ayahnya menganiaya orang Kristen. Kasilda yang dianugerahi budi yang luhur dan rasa kemanusiaan yang tinggi bertekad untuk membantu orang-orang Kristen yang dipenjarakan itu. Ia sering mengantar makanan untuk para tahanan di penjara. Setelah mereka makan, Kasilda mengajak mereka berdoa memohon peneguhan dari Tuhan dalam menanggung semua penderitaan yang ditimpakan atas mereka. Perbuatan nekad Kasilda ini tidak diketahui ayahnya. Kasilda sendiri memang masih kafir, tetapi hatinya sudah tersentuh oleh rahmat Allah melalui kesaksian hidup orang-orang Kristen yang sekarang ada dalam tahanan. Ia kagum dan tertegun menyaksikan ketabahan orang Kristen dalam penderitaannya dan kesetian mereka pada imannya akan Kristus.

Pada suatu hari Kasilda menyatakan keinginan hatinya untuk jadi pengikut Kristus kepada orang-orang tawanan itu. Tetapi karena takut pada ayahnya yang kejam itu, orang-orang Kristen tidak segera mengabulkan permintaannya. Mereka menganjurkan agar ia meminta izin dulu kepada ayahnya. Namun penolakan ayahnya tidak mengendurkan semangatnya untuk menjadi pengikut Kristus. Sebaliknya ia bahkan semakin berani bertindak sebagai orang Kristen. Ia rajin berdoa kepada Kristus untuk dirinya dan ayahnya. Akhirnya, atas berkat Rahmat Allah, ayahnya mengijinkan dia untuk menjadi Kristen. Karena restu itu, Kasilda dipermandikan menjadi Kristen.

Ayahnya mendirikan sebuah rumah kecil untuk Kasilda di kota Burgos sebagai tempat berdoa. Di rumah itupun banyak terjadi mukzijat karena doa-doanya. Ia banyak menolong orang-orang yang menderita dan rajin berdoa bagi pertobatan orang-orang kafir. Kasilda wafat pada tahun 107.

Renungan Hari Rabu Prapaskah V - A

Renungan Hari Rabu Prapaskah V, Thn A/II
Bac I   : Dan 3: 14 – 20, 24 – 25, 28; Injil        : Yoh 8: 31 – 42

Bacaan pertama menampilkan kisah 3 pemuda: Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka sungguh beriman kepada Allah. Dalam kisah itu, mereka ditangkap oleh penguasa yang tidak percaya kepada Allah, melainkan kepada dewa-dewinya. Sang penguasa itu, Nebukadnesar, menjatuhi hukuman mati kepada mereka karena tidak mau menyembah dewa-dewinya penguasa. Mereka lebih percaya kepada Allahnya ketimbang dewa-dewi sang penguasa. Hal ini terlihat dari pernyataan mereka bahwa sekalipun Allah tidak datang menyelamatkan mereka dari hukuman mati ini, “kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (ay. 18).

Sikap iman Sadrakh, Mesakh dan Abednego inilah yang diharapkan Yesus ada pada orang-orang Israel. Namun sayangnya, sikap itu tidak muncul. Mereka mengaku sebagai anak-anak Abraham, namun perilaku mereka tidak menunjukkan hal tersebut. Malah bertentangan. Ini terlihat dari pernyataan Yesus bahwa mereka ingin membunuh-Nya (ay. 40). Demikian pula pengakuan mereka bahwa Allah adalah Bapa mereka, bertentangan dengan sikap hidup mereka. Ini terbukti dari penolakan mereka terhadap Yesus. Padahal apa yang disuarakan dan dikerjakan Yesus merupakan kehendak Allah.

Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk tidak meniru sikap iman orang-orang Yahudi, melainkan memiliki sikap iman seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Beriman kepada Allah berarti juga percaya kepada Yesus. Mencintai Allah adalah juga mencintai Yesus. Dan Tuhan menghendaki supaya iman kepada Allah nyata dalam sikap dan perbuatan; jangan hanya sekedar ucapan bibir saja.

by: adrian