Selasa, 16 Juni 2015

(Pencerahan) Nasehat Bijak

DENGARKANLAH KATA KATAKU
Secepat mungkin engkau harus berhenti
Menghabiskan nafas di luar
Kenikmatan dunia sering membuat lena
Tak ada yang dapat mencegah
Selain engkau sendiri
Sebelum terjerumus semakin jauh
Sebaiknya engkau berhenti

Secepat mungkin engkau harus pulang
Menghabiskan mimpi yang hilang
Kenyataan hidup terkadang menyakitkan
Tak ada yang mampu mengubah
Selain engkau sendiri
Sebelum senja merebut mentari
Sebaiknya engkau berhenti

Secepat mungkin engkau harus padamkan
Bara api panas membakar
Gemerlap cahaya akan segera sirna
Bersama turunnya senja

Dengarkanlah dengan hatimu
Jangan engkau dengar dengan jiwa buta
Dengarkanlah kata-kataku
Jangan engkau melihat siapa aku

by: Ebiet G Ade

Orang Kudus 16 Juni: St. Lutgardis

SANTA LUTGARDIS, PERAWAN
Lutgardis lahir di Tongeren, Belgia, pada tahun 1182. Ketika memasuki usia muda, orang tuanya mau menikahkan dia dengan seorang pemuda ksatria. Namun karena alasan tertentu rencana pernikahan itu tidak jadi dilaksanakan.
Setelah peristiwa itu, orang tuanya memasukkan dia ke asrama Suster-suster Benediktin dengan maksud agar Lutgardis tertarik pada kehidupan biara dan menjadi suster di kemudian hari. Tetapi Lutgardis yang cantik itu lebih suka bergaul dengan pemuda-pemuda. Pada suatu hari ia berbincang-bincang dengan seorang pemuda asing yang tidak dikenalnya. Ternyata pemuda itu adalah Tuhan Yesus sendiri. Setelah beberapa lama Tuhan membuka matanya dan segera ia mengenal siapa sebenarnya pemuda itu. Tuhan Yesus berkata kepadanya, “Janganlah lagi kau cari bujukan-bujukan cinta yang sia-sia. Lihatlah apa yang harus kau cintai!” Lalu Tuhan Yesus menunjukkan luka-luka-Nya pada Lutgardis dan segera menghilang.
Sejak saat itu Lutgardis dipenuhi rahmat Tuhan. Ia mulai membaharui cara hidup dan tingkah lakunya dengan banyak berdoa dan bertapa sesuai dengan permintaan Tuhan Yesus. Oleh karena ia menginginkan peraturan-peraturan yang keras, dan bermaksud menyembunyikan karunia luar biasa yang diberikan kepadanya, ia pindah ke biara Ordo Cistersian pada tahun 1206. Ia memohon dengan sangat kepada Tuhan agar dilupakan saja oleh sanak familinya dan kenalan-kenalannya.
Di biara itu, bahasa pergaulan yang dipakai adalah bahasa Perancis, yang tidak dimengerti Lutgardis. Karena itu ia tidak bisa bergaul sebagaimana biasanya dengan kawan-kawannya. Ia lalu memusatkan perhatiannya pada samadi dan meditasi serta doa untuk orang-orang berdosa dan para penganut ajaran sesat Albigensia.
Tuhan menganugerahkan banyak karunia istimewa kepadanya. Di antaranya adalah kemampuan untuk menyembuhkan orang-orang sakit secara ajaib. Tetapi kemudian ia sendiri meminta kepada Tuhan agar memberikan kepadanya kemampuan lain yang tidak berbahaya. Atas pertanyaan Tuhan Yesus, “Apa yang kau kehendaki dari pada-Ku?” Lutgardis menjawab, “Berikanlah padaku hati-Mu, ya Tuhan!” Lalu Tuhan pun memberikan kepadanya kelembutan hati-Nya yang Mahakudus, penuh cinta kasih sehingga ia pun menjadi seorang suster yang saleh dan suci.
Empatpuluh tahun lamanya Lutgardis hidup tersembunyi dalam biara. Ia hampir tidak bisa bicara dengan teman-temannya. Tuhan Yesus-lah satu-satunya pendampingnya. Tujuh tahun terakhir hidupnya, ia hidup dalam kesepian yang mendalam karena matanya telah menjadi buta. Akhirnya pada hari Minggu, 16 Juni 1246, sebagaimana telah dikatakannya sendiri lima tahun sebelumnya, ia meninggal dunia.
sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Selasa Biasa XI - Thn I

Renungan Hari Selasa Biasa XI, Thn B/I
Bac I  2Kor 8: 1 – 9; Injil           Mat 5: 43 – 48;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Surat Paulus yang kedua kepada Jemaat di Korintus. Kepada jemaat itu Paulus mensyeringkan kehidupan iman jemaat di Makedonia. Bagi Paulus pelayanan iman dan kasih jemaat di Makedonia sungguh mengagumkan karena di luar ekspetasi Paulus. Keterbatasan yang ada pada mereka tidak menjadi penghalang bagi pelayanan kasih. Paulus berkata, “Mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.” (ay. 3). Di sini hendak dikatakan bahwa dalam hal pelayanan kasih, jemaat di Makadonia melampai batas normal, atau tidak seperti biasanya.
Tuntutan untuk tidak seperti biasanya, dalam hal kasih, sejalan dengan ajaran Tuhan Yesus. Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus mengajak para pendengar-Nya untuk melampaui batas normal dalam hal kasih. Jika biasanya orang hanya sebatas mengasihi sesama manusia dan membenci musuh, Tuhan Yesus meminta mereka, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (ay. 44). Kasih itu tidak hanya sebatas orang yang berbuat baik, tetapi juga mereka yang telah menyakiti hati atau berbuat jahat. Di sini Tuhan Yesus hendak mengajak mereka untuk mengikuti Allah Bapa, yang mengasihi orang baik dan orang jahat, orang benar dan orang tidak benar.
Mengasihi orang yang telah berbuat baik kepada kita adalah hal yang mudah. Dan itu sudah biasa. Sabda Tuhan hari ini menuntut hal yang luar biasa. Kita diajak untuk mengasihi mereka-mereka yang pernah menyakiti hati kita atau pernah berbuat jahat kepada kita. Biasanya terhadap mereka itu selalu muncul niat membalas dendam. Namun Tuhan ingin agar kita menghentikan niat balas dendam itu dan menggantinya dengan mendoakan mereka. Memang untuk mewujudkan hal ini tidaklah mudah. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun bukan lantas berarti kita menyerah dan berhenti. Tuhan selalu mendorong kita untuk terus berjuang mewujudkannya.***
by: adrian