Sabtu, 28 Februari 2015

Ternyata.....

Namanya Yudas Elang Putra Bungsu. Ia adalah imam diosesan. Kebanyakan umat memanggilnya: Romo Yudas. Tapi di kalangan OMK, karena kegesitannya, dia disapa Romo Elang. Kata “Elang” pada namanya merupakan pemberian pamannya dengan sebuah harapan kelak dirinya menjadi orang kaya. Menurut pamannya, orang kaya adalah orang yang cepat membaca dan memanfaatkan peluang. Nah, cepat membaca dan memanfaatkan peluang itu, bagi pamannya, identik dengan burung elang. Karena burung elang, sekalipun terbang tinggi di angkasa, namun cepat melihat mangsa dan menyergapnya.

Maklumlah, mereka berasal dari keluarga miskin. Wajar donk jika berharap menjadi kaya: punya banyak uang, rumah bak istana dan kemewahan lainnya. Tak ada manusia yang ingin menjadi miskin. Malah menurut kitab suci, khususnya perjanjian lama, kemiskinan itu dilihat sebagai kutukan, sedangkan kaya sebagai berkat. Orang selalu menghindari kemiskian. Karena itu, setiap orang miskin tentu berkeinginan menjadi kaya. Demikianlah harapan pamannya yang sekaligus berperan sebagai orang tuanya setelah ibu dan ayahnya meninggal dunia.

Namun ketika Yudas memutuskan masuk seminari karena ingin menjadi imam, sang paman langsung tak bergairah. Harapan menjadi kaya jadi sia-sia, karena seorang imam tak boleh menjadi kaya. Janji kemiskinan membuat imam dilarang memiliki harta berlimpah. Akan tetapi ia tak dapat menghalangi niat Yudas, karena akan buruk penilaian umat kepadanya. Masak demi harta dia mengagalkan panggilan suci anaknya. Pastilah orang mengira dirinya kemaruk.

Sebenarnya Yudas sendiri, waktu itu, masih bingung dengan motivasinya menjadi imam. Di satu sisi ia mau mengabdikan diri pada Gereja, melayani umat Allah; tapi di sisi lain ia mau mewujudkan harapan pamannya sebagai balas budi. Yudas tetap menyimpan semua itu dalam hati. (Seperti Bunda Maria). Ia membiarkan waktu yang menjawab.

Dan ternyata, Yudas dapat menjawab kedua-duanya. Ia bisa menjadi imam dan bisa juga menjadi kaya. Belum ada lima tahun usia imamatnya, ia sudah bergelimang uang dan harta. HP yang dia punya tidak cukup hanya dua, dan semuanya berharga di atas empat juta. Laptop ada, tablet juga. Kamera DLSR dan handicam juga ada. Ada cerita, sekarang Yudas lagi membangun rumah bak istana di desa.

Akhirnya sang paman bangga. Sekarang mereka dipandang sebagai orang kaya di desa. Ternyata dia dapat wujudkan harapanku dan cita-citanya, guman sang paman. “Ternyata Yudasku bisa baca kesempatan dan peluang yang ada untuk menjadi kaya. Kau tetaplah Elangku.”

“Ya, aku elang, paman! Dan masih tetap sebagai elang,” ujar Yudas suatu ketika. “Macan akan tetap menjadi macan sekalipun ia hidup dan besar di kandang kambing.”

“Ternyata kau ponakan paman yang membanggakan!”

Renungan Hari Sabtu Prapaskah I - B

Renungan Hari Sabtu Prapaskah I, Thn B/I
Bac I  Ul 26: 16 – 19; Injil         Mat 5: 43 – 48;

Bacaan pertama hari ini, yang diambil dari Kitab Ulangan, berbicara soal perjanjian antara Allah dan umat Israel. Isi perjanjiannya adalah bahwa Yahwe akan menjadi Allah orang Israel dan orang Israel menjadi umat kesayangan-Nya. Allah akan memperhatikan dan menjaga umat pilihan-Nya ini, serta mengangkat mereka menjadi bangsa ternama dan terhormat. Namun umat diminta untuk “hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, dan mendengarkan suara-Nya.” (ay. 17). Ada relasi timbal-balik antara manusia dan Allah.

Salah satu perintah Tuhan yang diwartakan Matius dalam Injil hari ini adalah perintah kasih. Tuhan Yesus memintah para murid-Nya untuk mewujudkan perintah kasih ini bukan hanya kepada sesama yang telah berbuat kasih kepada kita, melainkan kepada musuh, yaitu orang yang pernah berbuat jahat dan menyakiti kita. “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (ay. 44). Tuhan Yesus meminta ini karena Ia ingin agar kita bisa menjadi serupa dengan Allah, yang berbuat baik, entah kepada orang baik maupun kepada orang jahat.

Masa prapaskah merupakan masa tobat. Pada masa ini, melalui sabda Tuhan, kita disadarkan bahwa kita adalah umat kesayangan Allah. Namun status ini bukan berarti kita lepas dari tuntutan. Kita tetap diminta untuk menjadi sempurna seperti Bapa di sorga. Masa prapaskah mempunyai tiga aktivitas utama, di mana salah satunya adalah amal kasih. Sabda Tuhan hari ini menghendaki kita untuk mewujudkan itu di masa prapaskah ini. Amal kasih, sebagai buah-buah pertobatan, hendaknya ditujukan kepada sesama kita tanpa memandang suku, ras, agama atau pun sentimen lain.

by: adrian

Jumat, 27 Februari 2015

Pastor Mau Masuk Lapas

Berhubung Rm. Ansel mengantar seorang korban trafficking ke Flores, ia meminta saya misa di penjara. Bagi saya ini merupakan kesempatan langka. Bukankah Tuhan Yesus pernah bekata, “Saat Aku di penjara, kamu mengunjungi Aku.” Karena itu, saya segera menyanggupinya.

Hari Kamis, bersama rombongan ibu-ibu, kami berangkat menuju Lapas Barelang. Perayaan ekaristi dimulai pukul 10.30 WIB. Setelah misa, saya memperkenalkan diri. Saya menyebut tugas saya di KOMSOS, divisi IT (baca: Ai Ti).

Pada saat ramah tamah, seorang warga binaan (WB) mendekati saya. Dia mengaku kalau dirinya pernah di seminari. Dia ditahan karena kasus kejahatan IT. Maka, kami pun ngobrol.

WB    : Wah, tak nyangka, Romo orang IT juga.

Saya  : Akh, biasa saja, Kamu juga orang IT. Oya, bagaimana bisa kamu masuk ke lapas ini?

WB    : (sedikit berbisik) Emang Romo mau masuk ke sini juga?

Saya  : #@%&*^%$#????
Batam, 23 Januari 2015
by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Renungan Hari Jumat Prapaskah I - B

Renungan Hari Jumat Prapaskah I, Thn B/I
Bac I  Yeh 18: 21 – 28; Injil      Mat 5: 20 – 26;

Sabda Tuhan hari ini berbicara soal ajakan untuk selalu berbuat baik. Dalam bacaan pertama, Nabi Yehezkhiel mengajarkan bahwa tobat yang disertai dengan kesetiaan pada ketetapan Allah, melakukan keadilan dan kebenaran, dapat mendatangkan keselamatan, yaitu hidup (ay. 21). Tuhan tidak akan mengingat lagi dosa dan pelanggaran di masa lalu. Akan tetapi, jika umat berbuat dosa, maka Tuhan tidak akan mengingat-ingat kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan. Ini mau menekankan agar umat jangan jatuh ke dalam dosa, melainkan selalu berbuat baik. Seandainya pun umat jatuh ke dalam dosa, Tuhan masih memberi kesempatan lewat pertobatan.

Tuhan Yesus juga, dalam Injil hari ini, menekankan ajakan untuk berbuat baik. Malah Tuhan Yesus menuntut lebih; tidak sekedar “baik” saja. Tuhan Yesus tidak berhenti pada tuntutan tidak membunuh, melainkan berlanjut pada permintaan untuk tidak marah atau memfitnah sesama. Jika membunuh itu melukai secara fisik, marah dan memfitnah melukai secara psikis atau perasaan. Jadi, Tuhan Yesus mengajak umat untuk tidak melakukan kejahatan yang bukan hanya merugikan secara fisik, melainkan juga yang non fisik. Ada totalitas kemanusiaan yang harus dihargai. Singkat kata, Tuhan Yesus menghendaki agar para murid-Nya lebih baik dari biasanya.

Masa prapaskah merupakan masa tobat. Pada masa ini kita diajak untuk berefleksi, melihat diri kita sendiri. Apakah hidup keagamaan kita sudah baik atau belum. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita, bila hidup keagamaan kita belum baik, maka kita diajak untuk bertobat dan berubah. Tuhan menghendaki keselamatan dalam hidup kita. Tobat dapat membawa keselamatan itu. Bila kita merasa hidup keagamaan kita sudah baik, Tuhan tetap meminta kita untuk bisa lebih baik lagi. Hidup keagamaan di sini bisa dilihat dalam relasi kita dengan sesama. Tuhan meminta supaya kita tetap menjaga hati dan perasaan sesama kita. Jangan sampai melukainya.

by: adrian

Kamis, 26 Februari 2015

Berantas Narkoba Harus Menyeluruh

MEMANG NARKOBA ITU EXTRAORDINARY CRIME, TAPI ….
Kurang lebih dua bulan ini Indonesia disibukkan dengan masalah hukuman mati bagi penjahat narkoba. Ada banyak pro dan kontra di dalam negeri. Tak ketinggalan juga reaksi dari beberapa negara sahabat. Reaksi tersebut sedikit membuat hubungan bilateral agak memanas. Contoh anyar akan hal ini adalah hubungan Indonesia dengan Pemerintahan Australia. Komentar Perdana Menteri Tonny Abbott memancing reaksi emosional bagi rakyat Indonesia.

Bagi saya reaksi rakyat Indonesia atas komentar Tonny Abbott berlebihan, karena masyarakat melihat komentar itu hanya dari satu sisi yang mungkin bukan dimaksud oleh Abbott sendiri. Memang Abbott menyinggung bantuan 1 miliyar untuk korban tsunami Aceh, namun tekanannya bukan pada jumlah uangnya melainkan pada kemanusiaannya. Prihatin akan nasib korban tsunami, Australia memberikan bantuannya. Abbott berharap agar pemerintah Indonesia melihat juga nilai kemanusiaan pada hukuman mati.

Salah satu alasan pemerintah menerapkan hukuman mati bagi terpidana narkoba adalah efek jera. Indonesia sudah memasukkan kasus narkoba ini sebagai extraordinary crime. Ada begitu banyak warga Indonesia yang mati akibat mengonsumsi obat-obatan terlarang ini. Badan Narkotika Nasional menyatakan bahwa setiap hari ada 40 orang mati karena penyalahgunaan obat terlarang. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak buruknya, diberlakukanlah hukuman mati, biar orang jera. Akan tetapi, kenapa sanksi itu hanya diberlakukan kepada pengedar dan produsen?

Perlu diketahui masalah narkoba ini tidak hanya urusan pengedar dan produsen (bandar) saja. Bisnis obat-obatan terlarang ini bisa subur karena banyak faktor. Narkoba dapat berkembang baik di negeri ini karena ada pemakai dan juga aparat yang melindunginya. Ini adalah teori seorang gembong narkoba (saya lupa namanya). Aparat di sini mencakup polisi, tentara (lihat film American gangster) dan juga hakim dan jaksa.

Oleh sebab itu, jika ingin memberantas peredaran narkoba, maka sentuhlah juga dua komponen tadi, yaitu konsumen dan aparat. Artinya, mereka juga harus dibuat jera, dengan cara memberlakukan juga hukuman mati. Selagi hukuman mati hanya diberlakukan kepada pengedar dan bandar saja, maka bisnis ini tak akan mati atau berkurang.

Menurut saya, yang utama ada pada konsumen. Bayangkanlah jika konsumennya jadi takut membeli karena akan dikenakan hukuman mati. Kalau tidak ada konsumen, berarti tidak ada yang membeli barang haram itu. Apabila tidak ada yang beli, pastilah bisnis itu akan mati dengan sendirinya.

Renungan Hari Kamis Prapaskah I - B

Renungan Hari Kamis Prapaskah I, Thn B/I

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Esther. Kitab ini mengisahkan tentang raja yang baik, yaitu Raja Mordekhai. Kebaikan itu terlihat dari ungkapan raja yang berbelas kasih terhadap orang yang mendapat hukuman mati. “Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup.” (ay. 11). Orang yang akan mati (karena hukuman mati) mendapatkan apa yang diharapkan, yaitu kehidupan.

Pesan yang disampaikan dalam Kitab Esther, kembali ditegaskan oleh Tuhan Yesus dalam Injil hari ini. Memang dalam Injil Tuhan Yesus memberikan pengajaran tentang doa, namun di sana hendak ditegaskan bahwa Allah itu adalah Bapa yang Maha Baik. Allah ibarat seperti Raja Mordekhai yang berbelas kasih. Allah akan memberikan apa yang baik, yang dibutuhkan oleh umat-Nya. Karena itulah, hendaknya umat senantiasa datang dan meminta kepada Tuhan. Umat dapat melakukannya melalui doa.

Saat ini kita berada dalam masa prapaskah. Sebagaimana yang sudah diketahui, masa prapaskah memiliki tiga aktivitas, yaitu puasa, doa dan amal kasih. Hari ini, sabda Tuhan mengangkat satu aktivitas itu, yaitu doa. Tuhan menghendaki agar kita senantiasa datang kepada-Nya dan berdoa. Tuhan mau supaya di sela-sela kesibukan kita dengan berpuasa, kita tetap berkomunikasi dengan-nya melalui doa. Tuhan akan mendengarkan dan mengindahkan doa kita itu, karena Dia adalah Allah yang Maha Baik. Allah akan senantiasa memperhatikan kebutuhan umat-Nya.

by: adrian

Rabu, 25 Februari 2015

Mengenal Pembagian Masa Dewasa

PEMBAGIAN MASA DEWASA
Masa Dewasa Dini
Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.

Masa Dewasa Madya
Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun sampai pada umur 60 tahun, yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang.

Masa Dewasa Lanjut (Usia Lanjut)
Masa dewasa lanjut – senescence, atau usia lanjut dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada waktu ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun, tetapi teknik pengobatan modern, serta upaya dalam hal berpakaian dan dandanan, memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak dan berperasaan seperti kala mereka masih lebih muda.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 246
Baca juga:
1.      Mengatasi Kelemahan
2.      Mengelola Peran

Renungan Hari Rabu Prapaskah I - B

Renungan Hari Rabu Prapaskah I, Thn B/I
Bac I  Yun 3: 1 – 10; Injil          Luk 11: 29 – 32;

Bacaan pertama mengisahkan tentang Nabi Yunus yang menyampaikan pesan pertobatan kepada warga kota Niniwe. Allah meminta Yunus untuk pergi ke kota Niniwe dan memperingatkan seluruh warga kota itu akan murka Allah jika mereka tidak bertobat. “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggang-balikkan.” (ay. 4). Orang-orang Niniwe sungguh mendengarkan akan yang disampaikan Nabi Yunus. Kesungguhan itu terlihat dari pertobatan. Yang menarik adalah pertobatan itu dimulai dari pucuk pimpinan, yaitu raja, yang langsung diikuti oleh warganya. Tobat yang dilakukan oleh warga kota Niniwe ini membuahkan belas kasihan Allah.

Apa yang dilakukan oleh Yunus, ini menjadi inspirasi Yesus dalam pengajaran-Nya. Ketika orang-orang meminta sebuah tanda agar mau dan bisa bertobat, Yesus hanya memberikan tanda Nabi Yunus. Yang dimaksud Yesus adalah kehadiran Yunus dengan peringatannya membuahkan pertobatan bagi orang-orang Niniwe. Hal yang sama juga diharapkan dengan orang Israel waktu itu dengan kehadiran Yesus. Umat tak perlu lagi tanda-tanda yang lain. Harapan Yesus adalah melalui kehadiran-Nya, umat bertobat sehingga mendatangkan belas kasihan Allah. Karena, Yesus “lebih dari pada Yunus!” (ay. 32).

Tak sedikit orang berharap melihat mujizat besar baru ia mau bertobat atau beriman. Inilah sikap orang Israel (angkatan yang jahat) yang dikritik Yesus. Tuhan, melalui sabda-Nya hari ini, menghendaki agar kita senantiasa memiliki kesadaran untuk bertobat tanpa harus didahului dengan sebuah tanda mujizat. Pesan Tuhan ini menjadi relevan buat kita di masa prapaskah ini. Masa prapaskah merupakan masa tobat. Oleh karena itulah, hendaknya jadikan masa ini benar-benar sebagai masa pertobatan dengan menghasilkan buah-buah pertobatan

by: adrian

Selasa, 24 Februari 2015

(Refleksi) Menjadi Rasul Modern

SYARAT MENJADI RASUL ERA BARU
Pengantar
Pesan Bunda Maria ini diambil dari wawancara batin antara Don Stefano Gobbi dan Bunda Maria. Wawancara batin adalah suatu gejala mistik yang ada dalam kehidupan Gereja. Ia bukanlah komunikasi inderawi. Dalam wawancara batin ini orang tidak mendengar dengan telinga atau melihat dengan mata dan tidak ada sesuatu yang bisa disentuh. Jadi, wawancara batin merupakan anugerah dalam bentuk pesan yang disampaikan Allah kepada kita supaya dilaksanakan dengan bantuan-Nya.

Dalam wawancara batin di sini, Don Stefano menjadi alat komunikasi; dengan tetap menjaga kebebasannya, ia mengungkapkan persetujuan terhadap kegiatan Roh Kudus. Artinya, ia tidak mencari-cari gagasan atau cara pengungkapannya. Ia murni sebagai penyalur pesan.

Wawancara batin antara Bunda Maria dan Don Stefano Gobbi ini memuat pesan Bunda Maria untuk para imam. Pesan yang disampaikan dalam wawancara batin ini, meski terjadi pada tahun 1991, namun nilai dan maknanya masih relevan hingga saat kini. Sekalipun ditujukan kepada para imam, akan tetapi pesannya bisa juga digunakan untuk kaum awam pada umumnya.

Semuanya tergantung sejauh mana keterbukaan mata hati kita membacanya.

Pesan Bunda Maria
“Aku minta kepadamu untuk menjadi rasul-rasul era baru, yang menantikanmu. Untuk itu, aku membentuk hati baru dalam dirimu supaya kamu dapat mengetahui bagaimana mengasihi setiap orang dengan kasihku yang keibuan dan rahim. Jangan merendahkan beberapa orang di antara kamu, yang karena kelemahan, telah jatuh ke dalam kompromi dengan musuhku yang kini sudah dikalahkan. Jangan sekali-kali merasa enggan terhadap mereka. Yang lama sekarang sudah berlalu. Kini kamu dipanggil untuk menjalani masa baru dan tugas-tugas baru menantikanmu.

Renungan Hari Selasa Prapaskah I - B

Renungan Hari Selasa Prapaskah I, Thn B/I
Bac I  Yes 55: 10 – 11; Injil       Mat 6: 7 – 15;

Injil hari ini berbicara tentang doa. Tuhan Yesus tidak hanya sekedar mengajarkan tentang doa, tetapi juga memberi contoh doa, yaitu Doa Bapa Kami. Satu hal yang menarik, dalam pengajaran tentang doa, untuk direnungkan adalah soal doa yang bertele-tele. Tuhan Yesus mengawali pengajaran-Nya dengan sebuah nasehat, “Doamu itu janganlah bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.” (ay. 7). Yesus mengaitkan doa yang bertele-tele dengan orang yang tidak mengenal Tuhan. Mereka itu berpikir bahwa dengan panjang lebarnya sebuah doa, maka Tuhan akan segera mengabulkan doanya. Mereka lupa bahwa Tuhan mengetahui apa yang diperlukan, sebelum kita meminta kepada-Nya.

Apa yang diungkapkan dalam Injil mau mengatakan bahwa Allah itu Maha Baik. Dia tahu kebutuhan umat-Nya. Tuhan selalu memperhatikan umat-Nya. Hal ini ditegaskan oleh Nabi Yesaya dalam bacaan pertama. Firman Allah diberikan kepada umat Israel dengan harapan umat menerimanya dan menghidupinya sehingga menghasilkan buah keselamatan. Ini mau menunjukkan kalau Allah peduli pada umat-Nya. Allah selalu memperhatikan kebutuhan umat manusia. Satu hal yang diharapkan adalah kesediaan menerima apa yang diberikan Allah dan memanfaatkannya demi kepentingan banyak orang.

Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa Tuhan itu baik dan peduli kepada kita, umat-Nya. Allah selalu dan senantiasa memperhatikan kebutuhan kita. Akan tetapi, Tuhan menghendaki agar kita mau terbuka menerima Sabda-Nya dalam hidup kita. Menerima sabda Tuhan berarti juga kita melaksanakannya. Hal inilah yang akan mendatangkan keselamatan. Di masa prapaskah ini, pesan Tuhan ini dapat kita terapkan dalam kehidupan kita yang bersentuhan dengan sesama. Sebagaimana Allah yang peduli akan kebutuhan kita, hendaklah kita pun berlaku demikian. Masa prapaskah bukan hanya sekedar masa tobat dan puasa, melainkan juga masa amal kasih. Kita diajak untuk mewujudkan amal kasih sebagai buah-buah pertobatan.

by: adrian

Senin, 23 Februari 2015

Header Budak Bangka Blogspot

 

 

 

Renungan Hari Senin Prapaskah I - B

Renungan Hari Senin Prapaskah I, Thn B/I
Bac I  Im 19: 1 – 2, 11 – 18; Injil         Mat 25: 31 – 46;

Injil hari ini berkisah tentang pengadilan akhir zaman. Dikisahkan bahwa pada saat itu akan terjadi pemisahan antara yang baik dan benar dari yang jahat dan salah; yang positif dan yang negatif. Kelompok yang positif akan menerima ganjaran berupa “kerajaan yang telah disediakan...., sejak dunia dijadikan.” (ay. 34). Sementara yang negatif akan dienyahkan “ke dalam api yang kekal.” (ay. 41). Di sini umat disadarkan bahwa perbuatan umat, entah itu baik atau buruk, secara tidak langsung ditujukan juga kepada Tuhan Yesus. Di sini, muncul harapan, kalau memang kita mencintai Yesus, maka hendaknya kita selalu menampilkan kebaikan dalam hidup, karena kabaikan itu akan juga dirasakan oleh-Nya. Biarkanlah orang lain menikmatinya, karena ternyata bukan mereka saja yang merasakannya melainkan juga Tuhan.

Injil mengharapkan agar umat selalu melakukan kebaikan dalam kehidupannya. Hal senada juga terdapat dalam bacaan pertama. Melalui mulut Nabi Musa, Allah menghendaki supaya umat menghindari yang jahat dan melakukan yang baik. Yang harus dihindari umat adalah tindakan mencuri, berbohong, berdusta, menyebar fitnah, membenci, mendendam. Dan yang harus dilakukan adalah bersikap adil terhadap sesama, teristimewa kaum kecil dan tertindas, menegor sesama agar terhindar dari perbuatan dosa, membela kaum tertindas, takut akan Allah dan mengasihi sesama. Intinya, Allah menghendaki supaya umat itu kudus, seperti Allah adalah kudus (ay. 2).

Masa prapaskah adalah masa tobat. Masa prapaskah merupakan saat untuk berubah, di mana perubahan itu terarah kepada yang baik. Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa Tuhan menghendaki agar kita senantiasa berlaku baik. Tuhan meminta kita untuk menghindari segala sesuatu yang jahat, karena hal itu akan melukai hati Tuhan. Melalui sabda-Nya hari ini, Tuhan menantang kita, jikalau memang kita benar-benar mencintai-Nya, maka kita diminta untuk mengungkapkannya itu melalui perbuatan-perbuatan baik kepada sesama. Karena apa yang kita lakukan kepada sesama, itu kita lakukan juga kepada Tuhan.

by: adrian

Minggu, 22 Februari 2015

(Sharing Iman) Tuhan Selalu Ada

TUHAN HADIR DALAM SETIAP PERISTIWA
Hingga usia lima tahun, Rosaline Ineke Witanto menghabiskan hari-hari dalam kebersamaan dengan keluarganya di Solo, Jawa Tengah. Setelah itu, bersama seorang adik perempuan, ia tinggal di rumah nenek-kakek di Purwokerto, Jawa Tengah, lantaran ibundanya sakit hepatitis. Waktu itu, orangtuanya mengatakan bahwa mereka akan berlibur di Purwokerto. “Tapi kami tidak pernah dijemput untuk kembali ke Solo. Bahkan, saya kemudian didaftarkan sekolah TK di Purwokerto,” kisah Niek, yang pada waktu itu merasa ditinggalkan.

Tiga tahun berselang. Niek mendapat kabar dukacita: sang ibu meninggal. Ia sangat terpukul dan merasa kehilangan. Dalam kesedihan, ia merasa dikuatkan oleh orang-orang di sekitarnya, termasuk guru di sekolah. “Jika tidak ada mereka, saya tidak tahu seperti apa jadinya,” tandas perempuan kelahiran Solo, 30 Oktober 1973 ini.

Niek berusaha bangkit dan menata hati. Ia sadar, dirinya tak bisa terus terpuruk dan larut dalam kesedihan. Menjalani hidupnya, Niek dan adik perempuannya merasa, nenek dan kakek menjadi pengganti orangtuanya. “Nenek dan kakek tidak pernah sedikitpun mengeluh bahwa saya dan adik membebani. Mereka juga banyak menanamkan arti tanggung jawab dan bagaimana seseorang harus bekerja untuk dapat mengubah nasib,” tutur Niek.

Nilai-nilai kehidupan yang ditanamkan oleh nenek dan kakeknya terpatri dalam diri Niek. Ia bertekad untuk bisa mandiri dan terus berjuang. Doa pun menjadi sandaran dan kekuatannya. “Saya yakin, hidup seseorang sudah digariskan tahap demi tahap. Dalam setiap tahap itu, Tuhan pasti memberikan penolong,” tandasnya.

Renungan Hari Minggu Prapaskah I - B

Renungan Hari Minggu Prapaskah I, Thn B/I
Bac I    Kej 9: 8 – 15; Bac II              1Ptr 3: 18 – 22;
Injil      Mrk 1: 12 – 15;

Tema sabda Tuhan hari ini adalah hidup dalam pimpinan Roh. Yang dimaksud dengan Roh di sini adalah juga Allah. Dalam bacaan pertama terlihat bagaimana Nuh beserta keluarganya hidup dalam tuntunan Allah. Bacaan pertama ini mengingatkan kita akan peristiwa air bah. Nuh dan keluarganya, juga hewan-hewan yang bersama dia, dapat hidup karena mengikuti perintah Allah. Dan lewat peristiwa itu juga Allah mengikat perjanjian dengan Nuh. Intinya adalah supaya Nuh dan keturunannya nanti setia mengikuti perintah Allah sebagaimana yang sudah dijanjikan.

Bacaan kedua dan Injil mengambil contoh Tuhan Yesus yang hidup dalam pimpinan Roh (Allah). Petrus, dalam bacaan kedua, kembali mengangkat kisah Nuh. Dalam suratnya yang pertama, Petrus mengaitkan Nuh dan Tuhan Yesus. Petrus melihat bahwa hidup Yesus selalu dipimpin oleh Roh. Petrus mengatakan bahwa Yesus dibangkitkan oleh Roh dan mewartakan Injil juga dalam pimpinan Roh. Di sini Petrus mau mengajak jemaat untuk memberi diri dipimpin dalam Roh.

Apa yang dikatakan Petrus dalam bacaan kedua tentang Tuhan Yesus, terlihat jelas dalam Injil. Hari ini Injil menceritakan secara singkat kisah Tuhan Yesus dicobai iblis. Dikatakan bahwa setelah pembaptisan-Nya, Tuhan Yesus mengikuti tuntunan Roh Kudus yang membawa-Nya ke padang gurun. Di sana ia berpuasa selama empat puluh hari dan dicobai iblis. Oleh karena Roh Kudus itu, Tuhan Yesus berhasil melewati cobaan dan godaan, sehingga akhirnya malaikat-malaikat melayani Dia.

Hari ini adalah hari Minggu prapaskah pertama. Saat ini kita sedang menjalani masa “padang gurun”. Selama masa prapaskah ini, kita diajak untuk berpantang dan berpuasa. Dalam menjalani semuanya ini, tentulah kita menghadapi banyak godaan dan cobaan. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Dalam menjalani masa puasa ini, kita bisa melawan godaan iblis kalau kita hidup dalam tuntunan Roh Kudus. Untuk itu, hendaklah kita membuka diri bagi kehadiran Roh Kudus.

by: adrian

Sabtu, 21 Februari 2015

Antara Pastor Pembantu dan Pastor Rekan

Di setiap paroki umumnya ada terdapat lebih dari satu imam. Biasanya salah satu dari antaranya menjabat sebagai Pastor Kepala Paroki, atau yang menurut Kitab Hukum Kanonik disingkat dengan Pastor Paroki saja. Sementara yang lainnya disebut sebagai Pastor Pembantu. Hukum Gereja menggunakan istilah itu.

Akan tetapi, di beberapa paroki muncul istilah lain untuk menggantikan istilah Pastor Pembantu. Istilah yang biasa digunakan adalah Pastor Rekan. Alasan penggunaan istilah ini adalah karena istilah Pastor Pembantu mempunyai konotasi kurang baik. Ada kesan bahwa Pastor Pembantu, karena ada kata “pembantu”, identik dengan pembantu di pastoran, seperti tukang masak, tukang cuci atau tukang kebun. Jadi levelnya kurang lebih sama, cuma perannya saja yang berbeda.

Oleh karena itu, tak heran kalau kita mendengar ada penggunaan istilah Pastor Pembantu atau Pastor Rekan. Dan kini orang menggunakan istilah itu tanpa ada makna sama sekali. Kebanyakan orang melihatnya sama saja. Karena ada pastor disebut sebagai Pastor Pembantu, tapi diperlakukan Pastor Parokinya sebagai Pastor Rekan; ada pula pastor yang disebut Pastor Rekan, tapi diperlakukan sebagai Pastor Pembantu. Tak sedikit pula Pastor Paroki memperlakukan sesuai dengan istilahnya (pembantu dan/atau rekan).

Apakah ada yang salah dari kedua istilah itu sehingga bisa membawa masalah? Tentu, kedua istilah itu, yaitu pembantu dan rekan, tidak membawa masalah berarti. Dan persoalannya bukan pada salah atau benar. Bagi orang yang saklek dengan hukum, maka ia akan melihat bahwa penggunaan kata “pembantu” adalah yang benar. Bukankah dalam Kitab Hukum Kanonik jelas-jelas tertulis Pastor Pembantu (lihat Kan 541 – 552).

Namun ada orang yang melihat persoalan ini bukan hanya dari sisi hukum saja. Mereka tidak melihat soal benar salahnya penggunaan istilah, melainkan bagaimana perlakuan. Karena sekalipun bergelar Pastor Pembantu, Kitab Hukum Kanonik masih melihatnya sebagai rekan-kerja Pastor Paroki (bdk. Kan 545 §1).

Mungkin orang akan bertanya, apakah ada perbedaan dari dua istilah ini? Jelas ada perbedaan. Perbedaan kedua istilah ini dapat disandingkan dengan perbedaan hamba dan sahabat dalam Injil Yohanes: “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” (Yoh 15: 14 – 15). Di sini istilah pembantu dapat disejajarkan dengan hamba, sedangkan rekan dengan sahabat.

Menurut Tuhan Yesus, seorang hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya. Demikian pula halnya dengan pembantu. Ada banyak Pastor Pembantu tidak tahu apa-apa berkaitan dengan kebijakan di paroki, karena Pastor Paroki tak pernah menyampaikannya. Bahkan informasi dari keuskupan pun bisa didapat dari orang lain yang bukan Pastor Paroki. Kebanyakan Pastor Pembantu hanya tahu urusan misa saja: apa, kapan dan dimana. Soal keuangan paroki pun sama sekali tidak tahu, malah diusahakan untuk tidak tahu. Karena itu, Pastor Pembantu tak jauh beda dengan hamba yang diungkapkan Tuhan Yesus. Antara Pastor Paroki dan Pastor Pembantu tidak ada ruang diskusi atau dialog. Yang ada hanya instruksi.

Berbeda dengan sahabat. Menurut Tuhan Yesus, seorang sahabat akan tahu apa yang akan diperbuat tuannya, karena memang si “tuan” memberitahunya. Tidak ada ketertutupan. Demikian halnya dengan rekan. Jika seseorang disebut Pastor Rekan, maka itu berarti ia akan tahu arah pastoral paroki, ia bisa tahu situasi keuangan paroki, ia dapat tahu kebijakan paroki, dll. Sebagai Pastor Rekan, ia bisa bersuara karena diberi kesempatan. Akan ada ruang diskusi dan dialog antara Pastor Paroki dan Pastor Rekan.

Renungan Hari Sabtu sesudah Rabu Abu - B

Renungan Hari Sabtu setelah Rabu Abu Thn B/I
Bac I : Yes 58: 9b – 14; Injil       : Luk 5: 27 – 32;

Tema sabda Tuhan hari ini adalah perubahan sebagai ungkapan pertobatan. Dalam bacaan pertama, melalui Nabi Yesaya, Tuhan menginginkan perubahan seperti tidak lagi menindas sesama dan tidak memfitnah orang (ay. 9b), memberi makan orang lapar (ay. 10) dan menghormati hari Tuhan (ay. 13). Memberi makan kepada orang lapar bisa juga dimengerti sebagai menolong sesama yang membutuhkan bantuan. Jadi tidak sebatas soal makanan secara harafia, melainkan makanan sebagai kebutuhan hidup manusia. Intinya, perubahan yang dikehendaki Tuhan adalah agar umat berbuat kasih kepada sesamanya dan Tuhan.

Dalam Injil perubahan itu dapat dilihat dari sosok Lewi. Awalnya dia adalah seorang pemungut cukai, yang bagi orang Israel termasuk kategori orang berdosa. Orang berdosa selalu disingkirkan. Penyingkiran membuat proses perubahan tidak dapat berjalan. Yesus berbuat lain. Ia merangkul dan mengajak Lewi, "Ikutlah Aku!" (ay. 27). Pendekatan inilah yang menimbulkan perubahan dalam diri Lewi. Dia tidak lagi sebagai orang berdosa.

Masa prapaskah adalah masa tobat. Ada tiga kegiatan yang biasanya dilakukan pada masa tobat ini, yaitu puasa, doa dan amal kasih. Intinya adalah tobat atau berubah. Sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk berubah. Tuhan menghendaki supaya kita berani meninggalkan kemanusiaan lama kita: sikap, pola pikir dan kebiasaan-kebiasaan lama yang sudah tidak berkenan lagi saat ini. Kita dapat mengikuti teladan Lewi, si pemungut cukai, yang mau meninggalkan manusia lamanya dan hidup baru bersama Yesus.

by: adrian

Jumat, 20 Februari 2015

Pencurian di Asrama

Berdasarkan pengalaman, asrama tak pernah bersih dari kasus pencurian. Selalu saja ada muncul keluhan barang hilang. Apa saja, yang menjadi milik pribadi, hilang sekalipun sudah dijaga dengan baik-baik. Memang benar kata orang, pencuri selangkah lebih pintar dari kita.

Anehnya, pencurinya bukanlah orang dari luar asrama, melainkan dari anak-anak asrama sendiri. Berbagai nesehat dan himbauan seakan menuang air di padang pasir yang kerontang.

Hal inilah yang membuat Romo Ruben, bapak asrama putra, bersikap pasrah. Sikap pasrah inilah yang terlihat ketika Joko, salah satu anak asrama datang mengeluhkan pencurian yang dialaminya. Joko adalah anak baru.

Joko    : Romo, saya mau lapor.

Romo  : Lapor apa, Jok?

Joko    : Celana dalam saya hilang. Dua hari lalu hilang dari jemuran. Kemarin hilang lagi dari lemari.

Romo  : Cuma celana dalam, Jok?

Joko    : Ya.

Romo  : Syukurlah kalau cuma celana dalam. Yang penting isinya gak ikut diambil. Coba kamu bayangkan andai isi celana dalamnya juga diambil…

Joko    : *&$%#@^%????
Pangkalpinang, 8 Desember 2014
by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Renungan Hari Jumat sesudah Rabu Abu - B

Renungan Hari Jumat setelah Rabu Abu Thn B/I
Bac I : Yes 58: 1 – 9a; Injil       : Mat 9: 14 – 15;

Bacaan-bacaan liturgi hari ini mau berbicara tentang bagaimana seharusnya umat berpuasa. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab nabi Yesaya, Nabi Yesaya menyampaikan pesan dari Allah bahwa puasa itu bukan cuma sekedar tidak makan dan tidak minum. Bagi Yesaya, puasa merupakan perwujudan dari pertobatan. Oleh karena itu, yang dikehendaki Allah adalah tobat atau berubah dari perilaku yang tidak baik dan tidak benar, baik terhadap Tuhan maupun sesama. Di sini Yesaya menghimbau supaya umat tidak jatuh ke dalam tobat ritual saja sampai lupa pada inti dari pertobatan itu.

Hal senada juga disuarakan Yesus dalam Injil. Matius menyampaikan pengajaran Yesus bahwa berpuasa itu bukan hanya sekedar mengikuti aturan atau rutinitas belaka. Puasa yang dikehendaki Yesus adalah puasa yang harus lahir dari kesadaran diri. Bukan jadwal puasa itu tidak penting. Bukan pula aturan puasa itu tidak perlu. Semuanya tetap penting dan dibutuhkan. Namun yang terpenting adalah bahwa puasa itu bukan karena jadwal atau aturan, melainkan kesadaran diri untuk mengubah diri menjadi lebih baik lagi.

Saat ini kita berada pada masa prapaskah. Sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk menjalankan ibadah puasa kita seperti yang dikehendaki Tuhan. Hendaklah puasa kita itu lahir dari kesadaran diri kita dan puasa itu harus tampak dalam bentuk pertobatan. Dengan kata lain, Tuhan menghendaki agar puasa kita bermuara pada pertobatan. Bertobat berarti berubah; dan perubahan itu selalu terarah kepada yang baik. Jadi, kita diajak untuk mengubah kemanusiaan lama kita (kebiasaan, sikap, perilaku, tutur kata, dll) sehingga menjadi baru.

by: adrian

Kamis, 19 Februari 2015

Kemakmuran Picu Diabetes

CARA MUDAH & MURAH ATASI DM
Salah satu penyakit yang dipicu oleh pertumbuhan ekonomi adalah Diabetes Melitus (DM). Semakin tinggi tingkat kemakmuran, semakin rentan orang menderita DM. Karena itu, penyakit ini sangat sulit ditemui pada manusia zaman dulu atau pada nenek moyang kita. DM merupakan jenis penyakit modern karena gaya hidup modern.

Kenapa orang dengan gaya hidup modern sangat rentan terhadap penyakit DM? Salah satu sumber penyebab penyakit ini ada pada makanan modern, yang umumnya bersifat cepat saji. Hal ini ditunjang dengan salah satu sifat manusia, yaitu mental santai, tak mau berusaha. Berbeda dengan gaya hidup dulu, dimana orang bekerja dulu untuk mendapat makan.

Sekalipun dinilai berbahaya, akan tetapi penangannya tidaklah terlalu rumit. Ada banyak cara mudah dan murah untuk mengatasi Diabetes Melitus. Modal utamanya adalah KEMAUAN. Kemauan mengandaikan adanya kesadaran diri bahwa siapapun, jika tidak memperhatikan pola hidup dan pola makan, dapat dengan mudah menderita penyakit DM ini. Jadi, apabila Anda memiliki kesadaran itu, Anda akan mau menjaga dan mengatur pola hidup dan pola makan agar DM tidak menimpa Anda.

Renungan Hari Kamis sesudah Rabu Abu - B

Renungan Hari Kamis setelah Rabu Abu Thn B/I
Bac I : Ul 30: 15 – 20; Injil       : Luk 9: 22 – 25;

Bacaan-bacaan liturgi hari ini berbicara tentang hidup sesuai kehendak Allah. Dalam Kitab Ulangan, yang menjadi bacaan pertama, melalui mulut Musa, disampaikanlah tuntutan terhadap umat Israel, yaitu supaya mereka hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan dan berpegang pada perintah-Nya (ay. 16). Dengan demikian umat akan mendapatkan berkat dari Tuhan.

Hal senada juga disampaikan Yesus dalam Injil hari ini. Dalam Injil Yesus mengajukan sebuah "syarat" untuk mengikuti Dia. Yesus berkata, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari." (ay. 23). Syarat yang diajukan Yesus ini merupakan bentuk lain untuk mengikuti Dia menurut kehendak Allah, bukan mengikuti Yesus sesuai keinginan dan cara kita masing-masing. Orang tak perlu merasa takut, sekalipun nyawa taruhannya. Bersama Kristus umat akan mendapatkan keselamatan.

Melalui sabda-Nya, Tuhan menghendaki kita untuk mendahulukan kehendak-Nya daripada keinginan kita pribadi. Sebagai pengikut Kristus kita disadarkan akan tuntutan menjadi murid-Nya. Dengan mengikuti Yesus berarti kita musti menyangkal diri dan memikul salib kita setiap hari. Semuanya dilakukan demi Yesus. Atau dengan kata lain, dengan menjadi pengikut Yesus berarti kita menyatukan penderitaan kita dengan derita Yesus. Pesan sabda Tuhan ini sangat relevan buat kita pada masa prapaskah, di mana kita diajak untuk pantang dan puasa. Aktivitas pantang dan puasa merupakan wujud kita menyangkal diri, mengendalikan diri dari dorongan nafsu tidak baik. Di sana kita menyatukan diri dengan derita Yesus.

by: adrian

Rabu, 18 Februari 2015

Memang KPK Mau Dihancurkan

SKENARIO MENGHANCURKAN KPK
Berawal dari penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka, Komisi Pemberantasan Korupsi menghadapi badai tak kunjung reda. Pertama serangan terhadap ketua KPK, Abraham Samad, kemudian menyusul komisioner lainnya, dari Bambang Widjojanto, Adnan Pandu dan akhirnya Zulkarnain. Dosa kesalahan masa lalu mereka pun dicari lalu dibuka. Badai yang melanda para pimpinan KPK ini bisa dikatakan sebagai wujud menghancurkan KPK.

Kenapa disebut penghancuran KPK? Masyarakat menilai bahwa KPK di bawah kepemimpinan Abraham Samad cs sudah bekerja optimal. Mereka adalah orang-orang kuat. Ada banyak pejabat yang diringkus karena kasus korupsi. Tentulah kehadiran Abraham Samad cs menjadi momok bagi pelaku koruptor, atau calon koruptor. Berbagai usaha untuk melemahkan KPK, misalnya lewat RUU, selalu menghadapi kegagalan; malah dihujat oleh masyarakat. Karena itu, tindakan mudahnya adalah menyingkirkan para pimpinannya dan menggantikannya dengan orang-orang yang lemah.

Maka dibuatlah rencana untuk menghancurkan aktor di balik KPK ini. Saya menduga, semoga dugaan ini keliru, PDIP berada di balik rancangan ini. Semua ini tak lepas dari naiknya popularitas Jokowi dalam setiap polling calon presiden. Ketika peluang menang ada, dibuatlah rancangan calon pendamping Jokowi, sebagai presiden.

Perlu diketahui bahwa bukan Abraham Samad yang melamar diri menjadi calon pendamping Jokowi dalam pilpres 2014, tetapi dirinya dilamar oleh PDIP. Saya melihat ini merupakan sebuah trik. Maklum, politik itu busuk. Segala cara dilakukan untuk mencapai tujuan. Abraham Samad “diangkat lalu ditendang”; ditimang-timang kemudian dibuang. Maka terjadilah beberapa pertemuan antara Abraham Samad dengan beberapa pengurus PDIP yang mengurus hal ini.

PDIP sebenarnya tahu bahwa pertemuan ini merupakan senjata untuk menyerang Abraham Samad. Sementara Abraham Samad terbuai oleh jabatan wakil presiden, yang konon dikatakan kepadanya sangat strategis untuk mewujudkan mimpinya. Maka disetting drama penolakan Budi Gunawan atas pencalonan Abraham Samad, sehingga memancing emosi Abraham Samad. Dan semua adegan ini direkam dengan sangat baik. Karena itu, ketika Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK, muncullah masalah pertemuan tersebut.

Apa kepentingan PDIP dan Budi Gunawan di balik kehancuran KPK ini? Keduanya terkait dengan kasus korupsi. PDIP dengan kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia; dan Budi Gunawan dengan kasus rekening gendut. Kasus BLBI selalu menyeret nama Megawati, dan sebagaimana yang sudah diketahui umum, Megawati adalah PDIP. Dengan menghancurkan KPK, bisa dikatakan kasus BLBI dan kasus rekening gendut di kepolisian, termasuk yang menyeret Budi Gunawan, akan terhambat proses penyidikannya, bahkan semakin sulit dibongkar. Karena itu, PDIP akan “menembak” Abraham Samad dengan amunisi pertemuan politik tadi, sedangkan Budi Gunawan “menembak” pimpinan KPK lainnya.

Jika semua pimpinan KPK tertembak dengan kasus, terbuka peluang “takhta” KPK kosong. Hal ini tentu akan menuntut presiden akan mencari lagi orang. Dan jika presidennya dari PDIP, bukan tidak mungkin jabatan-jabatan pimpinan KPK akan diisi oleh orang-orang yang mudah diatur. Bukankah kewenangan menentukan nama pengurus KPK ada di tangan presiden? Dan untuk semakin memuluskan niat ini, dijalinlah kerja sama dengan anggota dewan agar ketika proses fit and proper test calon yang diajukan presiden tidak menemui hambatan.

Karena itu wajar saja bila Hasto kemudian melaporkan masalah pelanggaran etik Abraham Samad terkait pertemuannya dengan pengurus PDIP kepada DPR. Bukankah di KPK ada Dewan Etik? Kenapa Hasto tidak melaporkannya ke sana? Mudah ditebak. Semua punya kepentingan yang sama: agar kasus-kasus korupsi masa lalu tidak terbongkar dan ke depan peluang korupsi terbuka lebar.

Orang Kudus 18 Februari: St. Fransiskus Regis Clet

SANTO FRANSISKUS REGIS CLET, PENGAKU IMAN
Fransiskus Regis Clet lahir pada 19 Agustus 1794 di Grenoble, Perancis. Ia diberi nama sesuai dengan St. Yohanes Fransiskus Regis, yang belum lama dikanonisasi. Ia adalah putera seorang petani dan pedagang di Grenoble, dan Claudine Bourquy. Keluarganya adalah keluarga saleh, setidaknya ada yang menjadi imam biarawati. Fransiskus belajar di Kolese Yesuit di Grenoble dan kemudian masuk seminari Keuskupan setempat.

Pada 6 Maret 1769 Fransiskus masuk novisiat Kongregasi Misi di Lyon. Ia mengikrarkan kaul kekalnya pada tahun 1771, dan ditahbiskan sebagai imam pada 27 Maret 1773. Ia langsung ditunjuk sebagai dosen Moral Teologi di Seminari Annecy. Pada tahun 1786 Fransiskus menjadi rektor. Dua tahun kemudian Fransiskus ditunjuk sebagai pembimbing para novis di Paris, dan juga pembimbing internal seminari.

Renungan Hari Rabu Abu, Thn B

Renungan Hari Rabu Abu, Thn B/I
Bac I    Yl 2: 2 – 18; Bac II                2Kor 5: 20 – 6: 2;
Injil      Mat 6: 1 – 6, 16 – 18;
Hari ini, Rabu Abu, umat Katolik memulai masa prapaskah. Masa prapaskah dikenal juga sebagai masa puasa dan tobat. Puasa dan tobat merupakan persiapan untuk menyambut paskah, kebangkitan Tuhan Yesus. Bacaan-bacaan liturgi hari ini bertemakan tentang puasa dan tobat.

Nabi Yoel, dalam kitabnya, yang menjadi bacaan pertama, mengajak umat untuk bertobat, yang dapat ditunjukkan dengan berpuasa. Bagi Nabi Yoel, dengan bertobat umat berbalik kepada Allah. Ada ketegasan bahwa tobat itu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan sekedar seremonial belaka. Hal yang sama dinyatakan oleh Paulus dalam bacaan kedua. Dalam suratnya yang kedua kepada umat di Korintus, Paulus meminta umat untuk memberi diri berdamai dengan Allah. Dosa membuat manusia terpisah dari kasih Allah. Tobat menyatukan kembali relasi mesra manusia dengan Allah.

Dalam Injil hari ini, Yesus memberikan pengajaran tentang apa yang bisa dilakukan di masa prapaskah ini. Dan inilah yang dikehendaki Allah. Ada tiga aktivitas yang dapat dilakukan selama masa prapaskah ini, yaitu sedekah (amal kasih), berdoa dan berpuasa. Ketiga kegiatan ini dilakukan “secara tersembunyi” di mana hanya Allah saja yang tahu. Itulah yang pertama sekali diingatkan Yesus dalam pengajarannya. “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.” (ay. 1) Jadi, amal kasih, doa dan puasa, bukan untuk pamer.

Tobat dan puasa merupakan dua aktivitas yang tak bisa dipisahkan. Puasa merupakan ungkapan nyata dari pertobatan. Mengawali masa puasanya, umat Katolik diingatkan akan ritus puasa itu melalui sabda Tuhan hari ini. Tidak seperti kebiasaan banyak orang yang "pamer" puasanya dan menuntut agar orang lain menghargai puasanya, sabda Tuhan mengajak umat Katolik untuk tidak pamer. Puasa umat Katolik merupakan urusan pribadinya dengan Tuhan (ay. 18). Umat tidak perlu minta pengertian atau belas kasih dari orang lain untuk mendukung niat dan aksi puasanya.

by: adrian