Rabu, 30 April 2014

Efek Disiplin pada Anak

PENGARUH DISIPLIN PADA ANAK-ANAK
Pengaruh pada Perilaku
Anak yang orang tuanya lemah akan mementingkan diri sendiri, tidak menghiraukan hak-hak orang lain, agresif dan tidak sosial. Anak yang mengalami disiplin yang keras, otoriter, akan sangat patuh bila dihadapan orang-orang dewasa, namun agresif dalam hubungannya dengan teman-teman sebayanya. Anak yang dibesarkan di bawah disiplin yang demokratis belajar mengendalikan perilaku yang salah dan mempertimbangkan hak-hak orang lain.

Pengaruh pada Sikap
Anak yang orang tuanya melaksanakan disiplin otoriter maupun disiplin lemah cenderung membenci orang-orang yang berkuasa. Anak yang mengalami disiplin yang otoriter merasa diperlakukan tidak adil; anak yang orang tuanya lemah merasa bahwa orang tua seharusnya memperingkatkan bahwa tidaksemua orang dewasa mau menerima perilaku yang tidak disiplin. Disiplin yang demokratis dapat menyebabkan kemarahan sementara tetapi bukan kebencian. Sikap-sikap yang terbentuk sebagai akibat dari metode pendidikan anak cenderung menetap dan bersifat umum, tertuju kepada semua orang yang berkuasa.

Pengaruh pada Kepribadian
Semakin banyak hukuman fisik digunakan, semakin anak cenderung menjadi cemberut, karas kepala dan negativistik. Ini mengakibatkan penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk, yang juga merupakan ciri khas dari anak yang dibesarkan dengan disiplin yang lemah. Anak yang dibesarkan di bawah disiplin yang demokratis akan mempunyai penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang terbaik.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 126

Orang Kudus 30 April: St. Pius V

SANTO PIUS V, PAUS
Antonius Ghislieri adalah nama kecil Paus Pius V (1566-1572) . Ia lahir di desa Bosko, tidak jauh dari Milano pada tahun 1504. Orang tuanya miskin sehingga tidak mampu membiayai sekolahnya. Oleh karena itu Antonio sendiri berusaha bekerja untuk membantu orang tuanya. Kerjanya setiap hari adalah menjaga domba-domba mereka di pegunungan. Tetapi atas bantuan seorang dermawan, Antonio disekolahkan di kampung asalnya di bawah bimbingan imam-imam Dominikan. Kemudian hari Antonio masuk biara Dominikan dan ternyata menjadi seorang biarawan yang pandai dan bijaksana serta taat pada aturan-aturan ordonya, taat pada pimpinan, suka akan kemiskinan dan kemurnian.

Ia menjadi mahaguru filsafat dan teologi. Pada umur 52 tahun, ia ditabhiskan menjadi Uskup dan setahun kemudian menjadi Kardinal. Pada tahun 1565, Paus Pius IV meninggal dunia. Para kardinal berkumpul dalam konklaf untuk memilih Paus baru. Pemilihan ini tidaklah mudah. Tiga minggu telah berlalu, tetapi pemilihan belum juga berhasil menemukan seseorang untuk menduduki tahkta kepausan. Akhirnya atas nasehat Karolus Borromeus yang hadir juga dalam konklaf itu, Antonio Ghislieri terpilih menjadi Paus. Seluruh Gereja bersorak gembira karena mempunyai seorang Paus baru yang saleh dan suci.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin Gereja, beliau menghadapi banyak masalah. Ia berusaha mewujudkan keputusan-keputusan Konsili Trente. Tugasnya ini dijalankan dengan baik. Ia dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Hidup sebagai seorang rahib tetap dipertahankannya. Baginya, doa merupakan senjata ampuh untuk menghadapi segala rintangan dan masalah. Tempat tidurnya dialasi dengan jerami kasar. Penderitaan Kristus direnungkannya setiap hari disertai dengan doa rosario. Kemenangan umat Kristen atas angkatan laut Turki dalam perang salib di Lavanto, diperoleh berkat doa rosario dari seluruh umat Katolik di seluruh dunia.

Dalam masa kepemimpinannya, beliau menyederhanakan cara hidup kepausan di Vatikan; menginstruksikan pembaharuan cara hidup ordo-ordo dan para imam projo; memberantas korupsi yang terjadi di Roma dan negara Kepausan Vatikan; menginstruksikan pendirian seminari-seminari di setiap keuskupan. Semua rencana yang dirancangnya berhasil baik. Pada tanggal 1 Mei 1572, ia meninggal dunia setelah 6 tahun menjadi pemimpin Gereja sejagat.

Renungan Hari Rabu Paskah II - A

Renungan Hari Rabu Paskah II, Thn A/II
Bac I   : Kis 5: 17 – 26; Injil          : Yoh 3: 16 – 21;

Hari ini Injil masih menampilkan lanjutan diskusi Yesus dengan Nikodemus, seorang Farisi dan pemimpin agama Yahudi. Tema diskusi hari ini seakan merangkum isi dari dua diskusi sebelumnya, yaitu rencana keselamatan Allah. Dalam diskusi kali ini, Yesus mengungkapkan rencana indah Allah untuk keselamatan umat manusia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (ay. 16). Jadi, Allah menawarkan keselamatan yang harus ditanggapi oleh umat manusia dengan iman sehingga keselamatan itu terwujud. Namun, masih ada juga yang menolak tawaran itu. Mereka-mereka itu diibaratkan dengan manusia yang menyukai kegelapan (ay. 19).

Pertentangan antara gelap dan terang yang diungkapkan Injil merupakan ungkapan pertentangan antara kebaikan dan kejahatan. Orang jahat selalu menolak terang (kebaikan). Salah satu penyebabnya adalah iri hati. Hal ini terungkap dalam bacaan pertama. Imam Besar dan para pengikutnya mulai bertindak tegas terhadap para murid Yesus karena mereka iri hati (ay. 17). Mereka memasukkan para murid ke dalam penjara kota.

Melalui sabda-Nya hari ini, Tuhan mau menyadarkan kita kembali soal pertentangan antara kebaikan dan kejahatan. Sebagai murid-murid Yesus, kita dipanggil untuk senantiasa menampilkan kebaikan dalam kehidupan karena hal itu merupakan salah satu ungkapan iman kita. Allah telah menawarkan terang-Nya dan kita telah menerimanya sehingga kita harus hidup dalam terang itu. Namun, kita mesti sadar bahwa ada banyak orang yang tidak akan suka dengan terang kita dan mereka akan berusaha menyusahkan kita. Tuhan menghendaki supaya kita tidak takut, melainkan tetap teguh menampilkan terang itu dalam setiap gerak kehidupan.

by: adrian

Selasa, 29 April 2014

Liburan 2013: Grojogan Sewu, Tawangmangu

 
 
 

(Pencerahan) Fitnah & Pembenaran

TANPA KONFIRMASI, FITNAH MENJADI BENAR
Tentu kita pernah dengar pepatah ini, “Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.” Ini mengandaikan bahwa kita sering mendengar kata ‘fitnah’ itu. Tapi apakah kita sungguh tahu apa itu fitnah? Kriteria apa yang menyebabkan sesuatu itu menjadi fitnah atau bukan? Fitnah itu ibarat berada di antara kebenaran dan pembenaran.

Sebuah contoh. Yuni bercerita kalau si Toni itu membenci dirinya karena ia tidak mau membantu Toni. Padahal selama ini Yuni sering membantu Toni. Hanya waktu itu dia memang lagi tak bisa membantu Toni, karena dia harus pergi. Yang membuat Yuni sedih adalah bahwa Toni menceritakan kepada orang-orang kalau dirinya tidak berbudi. Toni menjelek-jelekkan dirinya. Sungguh sakit dikatakan demikian.

Melihat cerita di atas sekilas kita menilai bahwa Toni sudah memfitnah Yuni. Karena itu, wajar kalau kita membela Yuni dan menyalahkan Toni. Akan tetapi, ketika kita mengonfirmasi cerita Yuni ke Toni, maka kita akan menemukan cerita yang lain. Ternyata Toni tak pernah menjelek-jelekkan Yuni. Toni malah menantang, “Tunjukkan satu orang saja yang pernah saya ceritakan tentang kejelekan Yuni!” Dan ternyata memang tak ada satu orang pun yang pernah mendengar cerita kejelekan Yuni dari mulut Toni.

Jadi, siapa yang memfitnah siapa?

Cerita lain. Lusi bercerita kepada Martha kalau Joko pindah kelas karena wali kelas yang memindahkannya. Ini ia dengar sendiri. Waktu itu Joko bercerita kepada Ramli bahwa dirinya dipindahkan karena ide wali kelas. Memang aneh si Joko ini, demikian kata Lusi. Bisanya menjelek-jelekkan wali kelas. Padahal wali kelas sama sekali tidak ada niat memindahkannya. Lagi pula wali kelas kan tak punya kuasa untuk itu. Hanya Kepala Sekolah saja yang punya kuasa memindahkan murid.

Dari cerita di atas ada kesan bahwa Joko telah memfitnah wali kelas. Karena itu wajar kalau Martha lantas membela wali kelas dan membenci Joko. Lama kebencian itu bersemanyam dalam diri Martha, sampai suatu hari ia bertemu dengan Joko. Tanpa sadar ia menceritakan apa yang diceritakan Lusi kepadanya. Joko tidak lantas membela panjang lebar. Dia hanya menyarankan Martha untuk bertanya kepada Ramli apakah dirinya pernah bercerita bahwa kepindahannya itu karena wali kelas.

Keesokan harinya Martha bertemu dengan Ramli. Dia langsung bertanya apakah dirinya pernah ngobrol dengan Joko perihal kepindahannya. Ramli hanya berkata bahwa dirinya sering bertemu dengan Joko. Sering juga ngobrol. Tapi bercerita soal kepindahannya yang dikaitkan dengan wali kelas, sama sekali tidak pernah. Joko hanya cerita soal kebingungan akan kepindahan dirinya, karena dirinya punya banyak rencana untuk kelas itu. Karena ia pindah, ia tak dapat lagi mewujudkan mimpinya untuk kelas itu.

Nah, siapa yang memfitnah siapa?

Dari dua cerita di atas dapatlah ditarik sebuah kesimpulan bahwa fitnah itu berada di antara kebenaran dan pembenaran. Ia bisa menjadi terlihat sebagai suatu kebenaran, tapi bisa juga sebagai pembenaran. Namun semuanya itu hanyalah semu. Dalam cerita pertama awalnya kita melihat kebenaran ada pada Yuni; dan dalam cerita kedua ada pada Lusi. Akhirnya, baik Yuni maupun Lusi adalah yang salah. Justru merekalah yang penyebar fitnah. Kebenaran awal mereka bukanlah kebenaran yang sebenarnya, melainkan sebuah pembenaran. Pembenaran itu bukanlah sebuah kebenaran, tetapi seolah-olah kebenaran.

Kenapa akhirnya fitnah itu berpindah? Kenapa akhirnya pembenaran itu diketahui bukanlah sebuah kebenaran, melainkan sebuah fitnah. Ini bisa terjadi jika ada cross check atau konfirmasi. Tanpa konfirmasi pembenaran tetap menjadi kebenaran. Konfirmasi akan membuka selubung fitnah sehingga kita dapat mengetahui kebenaran. Seperti cerita di atas. Dengan mengonfirmasikan cerita Yuni ke Toni, kita akhirnya tahu kebenaran. Karena Martha mengonfirmasi cerita Lusi ke Joko, yang kemudian diteruskan kepada Ramli, Martha akhirnya tahu kebenaran.

Satu kesimpulan yang dapat ditarik di sini adalah, jangan mudah percaya begitu saja pada omongan orang. Sekalipun orang itu menarik dan terkesan baik serta punya jabatan religius, omongannya jangan ditelan begitu saja tanpa adanya konfirmasi; apalagi bila omongan itu berbau fitnah. Jangan sampai kita termakan oleh omongannya sehingga kita pun terlibat dalam pemvonisan orang lain yang mungkin sebenarnya tidak bersalah.
Jakarta, 22 Nov 2013
by: adrian

Orang Kudus 29 April: St. Katarina Siena

SANTA KATARINA SIENA, PERAWAN & PUJANGGA GEREJA
Pada abad ke-14, kota Sienna menjadi ibukota sebuah Republika yang makmur dan merdeka. Di kota inilah, Katarina lahir pada tahun 1347, keluarganya tergolong besar tapi sederhana. Demi keutuhan Gereja, Allah memilih dia menjadi pembimbing dan pelindung Gereja dalam suatu kurun waktu yang suram.

Katarina tidak bersekolah dan tidak pandai menulis. Keterampilan membaca sangat sedikit dikuasainya. Hal ini sedikit menolongnya untuk mengikuti doa ofisi di kemudian hari ketika ia masuk biara. Ketika berusia 6 tahun, ia mengalami suatu peristiwa ajaib, yang memberi tanda surgawi bahwa ia akan dipilih Allah untuk suatu tugas khusus dalam Gereja. Ia melihat Kristus di atas Gereja Santo Dominikus yang sedang memberkatinya. Peristiwa ini menyebabkan perubahan besar dalam hidupnya. Sejak saat itu, ia suka memencilkan diri untuk berdoa. Ibunya tidak suka melihat kelakuannya. Oleh karena itu, ia dipekerjakan di dapur dari pagi hingga malam. Ia tidak memberontak terhadap perlakuan ibunya. Sebaliknya, ia dengan taat dan rajin melakukan apa yang disuruh ibunya.

Kesabarannya dalam menaati suruhan ibunya, akhirnya membuahkan hasil yang baik. Ia mampu mengatasi segala kesulitan yang menimpanya, sambil terus berdoa kepada Tuhan. Sesudah mengalami banyak kesulitan, ia diizinkan orang tuanya untuk masuk ordo Ketiga Santo Dominikus. Di dalam biara ia tetap melaksanakan doa dan meditasi di samping karya amal dan kerasulannya. Lama-kelamaan ia menjadi pusat perhatian semua anggota biara. Kerohanian dan kepribadiannya yang menarik mengangkat dia ke atas jabatan pemimpin biara itu.

Situasi Gereja pada masa itu kacau-balau. Imam-imam dan pimpinan Gereja tidak menampilkan diri secara baik. Peperangan antar negara dan antar raja-raja timbul di mana-mana. Di samping itu, Paus di Avignon, Perancis yang sudah berusian 70 tahun menimbulkan percekcokan di kalangan pemimpin-pemimpin Gereja. Dalam suatu penglihatan, Kristus menganjurkan kepada Katarina untuk menyurati Paus, raja-raja dan uskup serta para panglima guna memperbaiki keadaan masyarakat dan Gereja. Paus Gregorius XI memintanya pergi ke Pisa dan Florence untuk mendamaikan kedua republik itu. Katarina berhasil meyakinkan Paus untuk pulang ke Roma sebagai kota abadi dan pusat Gereja.

Semenjak masuk ke dalam Ordo ketiga Santo Dominikus, Katarina makin memperkeras puasanya. Banyak kali ia tidak makan, kecuali menerima Komuni Suci. Ia dikaruniai Stigmata / luka-luka Tuhan Yesus. Atas permohonannya, stigamata itu tidak terlihat oleh orang lain selama hidupnya. Kemudian setelah meninggal stigmata itu baru terlihat di badannya secara jelas. Katarina memiliki kharisma yang besar untuk mempengaruhi banyak orang. Ia berhasil membawa kembali banyak pendosa ke jalan Tuhan, termasuk mendamaikan raja-raja dengan Gereja. Semuanya itu dilihatnya sebagai anugerah Tuhan. Ia sendiri menganggap dirinya hanyalah alat Tuhan untuk menegakkan kemuliaan Tuhan. Pada tahun 1380 ia meninggal dunia di Roma dalam usia 33 tahun.

Renungan Hari Selasa Paskah II - A

Renungan Hari Selasa Paskah II, Thn A/II
Bac I   : Kis 4: 32 – 37; Injil          : Yoh 3: 7 – 15;

Injil hari ini masih melanjutkan diskusi antara Yesus dengan Nikodemus, seorang Farisi dan pemimpin agama Yahudi. Jika kemarin diskusi membahas soal dilahirkan kembali, diskusi kali ini mengarah pada peristiwa salib. Yesus memberi perbandingan antara kisah ular tembaga Musa dengan kisah Salib Yesus. Keduanya berdampak pada kehidupan. “Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” (ay. 14 – 15).

Bacaan pertama menampilkan kisah kehidupan jemaat kristen perdana. Dapat dikatakan bahwa cara hidup ini merupakan ungkapan kepercayaan mereka kepada Yesus yang wafat dan bangkit. Dengan kata lain, mereka yang percaya kepada Yesus mengungkapkannya lewat cara hidup yang tidak lagi mengagungkan egonya, sehingga melihat “segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.” (ay. 32).

Sabda Tuhan hari ini mau mengingatkan kita bahwa salib Kristus membawa keselamatan. Di kayu salib tergantung tubuh Tuhan Yesus, yang rela menanggalkan ego-Nya demi keselamatan umat manusia. Semangat salib itulah yang dihidupi oleh jemaat perdana. Dan Tuhan menghendaki supaya kita pun menghayati semangat salib Kristus, menanggalkan ego kepentingan pribadi demi kebahagiaan bersama.

by: adrian

Senin, 28 April 2014

Proses Pembuatan Coklat

PROSES PEMBUATAN COKLAT
Coklat berasal dari biji kakao matang yang dikeringkan. Indonesia termasuk salah satu negara penghasil kakao. Namun sayang, coklat lebih terkenal di luar negeri. Hingga era reformasi, belum ada produk coklat lokal yang mumpuni, padahal cara membuatnya tidaklah terlalu susah.
Untuk membuat coklat dibutuhkan beberapa proses. Sementara untuk menghasilkan coklat yang berkualitas, tergantung ramuannya. Ada beberapa tahapan pembuatan coklat. Awalnya, biji kako dibersihkan untuk menghilangkan semua bahan asing. Perlu diperhatikan, hendaklah mendapatkan biji kako yang benar-benar matang.
Setelah bersih, biji kakao dipanggang untuk mengeluarkan rasa coklat dan warna biji. Dalam proses ini perlu diperhatikan tingkat suhu, waktu dan tingkat kelembaban. Hal ini dikaitkan juga dengan jenis biji kakao dan jenis produk yang hendak dihasilkan.
Biji kakao yang sudah dipanggang dimasukkan ke dalam winnowing machine untuk memisahkan kulit ari biji dari biji kakao. Biji kakao kemudian masuk dalam proses alkalisasi.
Setelah proses alkalisasi, biji kakao digiling untuk menghasilkan cocoa liquor. Di sini perlu diperhatikan suhu dan tingkat penggilingan, karena berpengaruh pada jenis produk yang mau dihasilkan.
Sesudah biji kakao menjadi cocoa liquor, bahan mentah tersebut dapat ditambah dengan beberapa bahan pencampur untuk menambah citra rasa coklat. Beberapa bahan campuran yang biasa digunakan adalah: vanila, kacang, biji mente, susu, dll. Campuran ini perlu memperhatikan formulanya.
Langkah selanjutnya adalah mengekstrak the cocoa liquor dengan cara dipress untuk mendapatkan cocoa butter dan kakao dengan massa padat yang disebut cocoa presscake. Persentasi lemak kakao yang dipress disesuaikan dengan keinginan kita sehingga komposisi cocoa butter dan cocoa presscake tidak sama. Cocoa butter, dengan penambahan cocoa liquor,  akan dipakai dalam pembuatan coklat. Di sini akan dimasukkan bahan-bahan lain seperti gula, susu, pengemulsi agen. Takaran bahan akan berbeda sesuai jenis coklat yang diproduksi. Sementara cocoa presscake dihaluskan menjadi bubuk coklat.
Tahap berikutnya adalah refining dan conching. Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan lebih lanjut soal rasa dan tekstur coklat. Hasil conching kemudian melewati proses pemanasan, pendinginan dan pemanasan kembali. ini berfungsi untuk mencegah perubahan warna dan lemak coklat.
Setelah selesai proses di atas, campuran coklat kemudian dimasukkan ke dalam cetakan dan didinginkan dalam ruang pendingin. Dibutuhkan waktu yang pas sehingga coklat benar-benar padat. Lalu coklat siap dikemas dan didistribusikan.

Jakarta, 27 April 2014
by: adrian, dari berbagai sumber

(Inspirasi Hidup) Jangan Menunda Kebaikan & Kebenaran


JIKA TAHU ITU BAIK DAN BENAR, LAKUKANLAH!
Suatu hari Sang Guru bercerita.

Ada seorang kaya raya. Setiap hari ia selalu bersukaria dalam kemewahan. Ada pula seorang miskin. Badannya penuh dengan borok. Hari-hari ia berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu berharap mendapatkan sisa makanan dari orang kaya itu. Kerap anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.

Suatu ketika matilah orang miskin itu. Oleh para malaikat, ia dibawa ke pangkuan Allah. Tak lama kemudian orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Ia dibawa ke alam siksa. Sementara si kaya  menderita sengsara di alam siksa, ia memandang ke atas dan dilihatnya Tuhan Allah bersama si miskin duduk di pangkuannya.

Ia berseru, ”Tuhan, kasihanilah aku! Suruhlah dia, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.”

Akan tetapi Tuhan Allah berkata, “Anakku, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang enak sewaktu hidupmu, sedangkan dia segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan. Selain itu di antara kita ada jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.”

Kata si kaya itu, “Kalau demikian, aku minta kepadamu, ya Tuhan, supaya Engkau menyuruh dia ke rumah keluargaku. Masih ada lima orang saudaraku. Aku mau supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.”

Namun kata Tuhan, “Ada pada mereka kesaksian orang-orang bijak. Ada pada mereka Kitab Suci. Baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.”

Jawab orang itu, “Tidak, ya Tuhan! Mereka tidak akan percaya. Namun jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.”

Kata Tuhan kepadanya, “Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian orang-orang bijak dan Kitab Suci, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."
Jakarta, 20 Maret 2014
disadur oleh adrian; kisah aslinya dilihat di sini.

Orang Kudus 28 April: St. Louis Marie Grignon de Monfort

SANTO LOUIS MARIE  GRIGNON DE MONFORT, PENGAKU IMAN
Louis Grignon lahir di Monfort, Perancis, dari sebuah keluarga miskin pada tahun 1673. Di masa mudanya, ia dikenal lekas marah bila ada sesuatu yang tidak memuaskan hatinya. Namun ketika ia meningkat dewasa, ia mampu mengendalikan sifatnya itu dan berubah menjadi seorang yang penuh pengertian dan rendah hati. Perubahan ini menjadi suatu persiapan yang baik baginya untuk memasuki perjalanan hidup yang panjang sebagai seorang imam.

Pendidikannya yang berlangsung di Paris dirintangi oleh banyak kesulitan, terutama karena kekurangan uang, baik untuk biaya pendidikannya maupun untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hidupnya sungguh memprihatinkan. Biliknya sangat sempit, tanpa pemanas ruangan di musim dingin. Untuk memperoleh sedikit uang, ia berusaha bekerja malam di sebuah rumah sakit sebagai penjaga jenazah-jenazah. Namun semua penderitaan yang menimpanya dihadapinya dengan penuh ketabahan demi mencapai cita-citanya yang luhur.

Setelah beberapa tahun berkarya sebagai imam misionaris di dalam negeri dan menjadi pembimbing rohani di sebuah rumah sakit, ia berziarah ke Roma untuk bertemu dengan Paus Klemens XI (1700-1721). Di Roma ia diterima oleh Paus. Melihat karya dan kepribadiannya, Paus memberi gelar "Misionaris Apostolik" kepadanya. Oleh Paus, ia ditugaskan untuk menobatkan para penganut Yansenisme yang sudah merambat di seluruh Perancis. Tugas suci itu diterimanya dengan senang hati dan dilaksanakannya dengan sangat berhasil.

Di Poiters, ia meletakkan dasar bagi Kongregasi Suster-suster Putri Sapientia, sedangkan di Paris ia menyiapkan Anggaran Dasar bagi tarekat imam-imamnya. Ia menghayati kaul kemiskinan dengan sungguh-sungguh dengan menggantungkan seluruh hidupnya kepada kemurahan hati umatnya. Dua kali ia lepas dari usaha pembunuhan oleh para penganut Yansenisme. Di Indonesia ia dikenal sebagai salah satu pelindung Legio Maria. Ia mendirikan Tarekat Monfortan, yang anggota-anggotanya berkarya juga di Kalimantan Barat. Bertahun-tahun terakhir hidupnya dihabiskannya dengan berdiam di sebuah gua yang sunyi untuk berdoa dan berpuasa hingga menghembuskan nafasnya pada tahun 1716 dalam usia 43 tahun.

Renungan Hari Senin Paskah II - A

Renungan Hari Senin Paskah II, Thn A/II
Bac I   : Kis 4: 23 – 31; Injil          : Yoh 3: 1 – 8;

Injil hari ini mengisahkan diskusi antara Yesus dengan Nikodemus, seorang Farisi dan pemimpin agama Yahudi. Peristiwa ini jelas tidak ada kaitan langsung dengan peristiwa kebangkitan, karena diskusi itu terjadi jauh sebelum Yesus wafat di kayu salib. Akan tetapi, tema diskusinya menyinggung soal kebangkitan, yaitu pembaharuan. Ini terlihat dalam pernyataan Yesus, “Jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” (ay. 3). Kelahiran kembali dapat dilihat sebagai menjadi manusia baru dan kerajaan Allah merupakan wujud keselamatan atau kemuliaan. Ini sama seperti Yesus yang bangkit untuk mencapai kemuliaan-Nya.

Salah bentuk kelahiran kembali dapat dilihat dalam diri para murid. Sebelumnya mereka dikenal sebagai orang-orang yang sederhana, pengetahuan terbatas, kurang percaya dan penakut. Namun setelah mengalami kebangkitan Yesus, mereka seakan dilahirkan kembali. mereka menjadi manusia baru yang beriman teguh dan berani. Ini terlihat dalam bacaan pertama. Sekalipun mendapat tekanan dari penguasa, mereka terus “memberitakan firman Allah dengan berani.” (ay. 31).

Sabda Tuhan hari ini mau mengingatkan kita sebagai murid-murid Yesus Kristus. Kita sudah dilahirkan kembali oleh kebangkitan Kristus, secara khusus lewat sakramen-sakramen (baptis dan krisma). Oleh karena itu, kita adalah manusia baru. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk tetap mempertahankan kebaruan-kemanusiaan kita. Kebaruan itu dapat diperlihatkan dalam sikap hidup keseharian kita sebagai wujud kesaksian akan kasih Allah.

by: adrian

Minggu, 27 April 2014

(Sharing Hidup) Kenapa Kami Dimusuhi?

kARENA yESUS, kENAPA KAMI DIMUSUHI
Yesus, dalam Injil, sudah menyatakan bahwa tidaklah mudah untuk menjadi murid atau pengikut-Nya. Orang harus memikul salibnya setiap hari. Dengan kata lain, orang musti menderita. Dan tentang penderitaan ini juga Yesus sudah menegaskannya. “Karena Aku, kamu...” akan dibenci, disiksa dan dianiaya bahkan dibunuh (Mat 10: 22; 21: 12; Mrk 13: 13; Luk 21: 12; 21: 17). Kematian menjadi dampak terburuk mengikuti Yesus.

Oleh karena itu, ada begitu banyak martir dalam Gereja Katolik. Mereka ini mati demi imannya kepada Yesus. Martir pertama yang dicatat dalam Kitab Suci adalah Santo Stefanus. Dia terpaksa meregangkan nyawanya demi Yesus Kristus. Semua martir ini menerima kematiannya tanpa ada perasaan dendam kepada para pembunuhnya. Malahan, mengikuti Sang Gurunya, mereka mengampuni. Sekalipun diiringi dengan penderitaan, bahkan kehilangan nyawa, Yesus menghibur supaya tidak perlu takut. “Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan mendapatkannya.” (Mat 10: 39; 16: 25; Mrk 8: 35; Luk 9: 24).

Derita para pengikut Yesus terus berlanjut hingga kini. Ada banyak umat yang kehilangan hak-haknya, karena imannya pada Yesus. Pembangunan gedung gereja, tempat umat beribadah, selalu dipersulit dengan berbagai alasan yang dicari-cari. Bahkan ada umat, sebagaimana para martir, yang akhirnya tewas lantaran mempertahankan imannya. Contoh kasus terakhir adalah Haroon, pemuda yang bertugas di sebuah Islamic Centre di Lahore, Pakistan. (Info lebih lanjut klik di Ucan Indonesia) Pakistan adalah salah satu negara dengan penduduknya mayoritas beragama islam.

Haroon ditembak mati oleh seorang satpam beragama islam bernama Umar Farooq, yang adalah juga rekan kerjanya. Peristiwa itu terjadi pada 16 April 2014, dua hari sebelum Jumat Agung. Umar selalu meminta Haroon untuk meninggalkan keyakinannya dan beralih ke islam. Bahkan Umar menjanjikan kehidupan yang mewah. Akan tetapi, Haroon selalu menolak permintaan Umar. Kepada umat ia nyatakan bahwa dirinya adalah seorang pengikut Yesus Kristus yang sejati. Karena permintaannya selalu ditolak, Umar menjadi kesal. Ia menembaki Haroon di kepalanya sehingga ia tewas di tempat.

Ada dua peristiwa dalam kasus Haroon ini, yaitu kematian Haroon dan pembunuhan yang dilakukan Umar Farooq. Anehnya, kedua peristiwa ini mendapat “pembenaran” dalam agamanya masing-masing. Kematian Haroon karena imannya pada Yesus Kristus, sudah dinyatakan dalam Injil. Sementara itu membunuh orang kafir juga dinyatakan dalam Al-Quran. QS 9: 29 mengungkapkan bahwa umat muslim boleh membunuh orang kristen dan Yahudi; dan dalam QS 2: 191 dinyatakan bahwa selain membunuh mereka juga boleh mengusir.

Karena itulah, tindakan Umar Farooq membunuh Haroon mendapat “pembenaran” dalam agamanya. Karena itu, jika Pakistan benar-benar menggunakan hukum syariah maka bukan tidak mustahil Umar Farooq akan melenggang bebas, bahkan dinilai sebagai pahlawan. Bukankah Osamah dan para teroris selalu disanjung sebagai pahlawan dan syuhada? Hanya kacamata sekuler saja yang menilai mereka biadab.

Menjadi pertanyaan refleksi, kenapa orang mau menjadi pengikut Yesus Kristus sekalipun sudah tahu konsekuensinya yang berat? Ini urusan iman. Dan iman itu merupakan sebuah misteri. Dan misteri itu tak selamanya bisa dicerna oleh akal sehat manusiawi.
Jakarta, 26 April 2014

Orang Kudus 27 April: St. Petrus Kanisius

SANTO PETRUS KANISIUS, IMAM & PUJANGGA GEREJA
Petrus Kanisius lahir pada tanggal 8 Mei 1521 di Nijmegen, Belanda. Ketika itu Nijmegen masih termasuk bagian wilayah keuskupan Agung Cologne dan berada di bawah kekuasaan Jerman. Petrus adalah putra tertua dari Yakob Kanis. Yakob Kanis, ayahnya menjabat sebagai Walikota Nijmegen, dan menjadi guru pribadi bagi anak-anak raja dari Lorraine. Semasa hidupnya Petrus menyaksikan pergolakan hebat dalam tubuh Gereja oleh munculnya gerakan Reformasi pimpinan Martin Luther.

Pada umur 14 tahun, Petrus masuk Universitas Cologne dan mencapai gelar Magister (Master of Arts) pada usia 19 tahun. Ia bercita-cita menjadi seorang ahli di bidang hukum. Untuk itu ia melanjutkan studinya di Universitas Louvain. Tetapi kemudian ia berubah haluan. Ia mulai tertarik dengan kehidupan membiara. Ketertarikannya pada kehidupan membiara ini berkaitan erat dengan cara hidup para pertapa di biara Kartusian yang disaksikannya sendiri selama belajar di Cologne. Karena itu, ia kembali ke Cologne untuk belajar Teologi. Di sana ia mengikuti latihan-latihan rohani Santo Ignatius dari Loyola, yang dipimpin oleh Petrus Faber, seorang imam Yesuit yang saleh. Latihan rohani ini sungguh meresap dalam hatinya sehingga Petrus memutuskan untuk menjadi seorang imam Yesuit juga. Niatnya untuk memasuki biara Kartusia dibatalkannya.

Ketika berumur 22 tahun, Petrus memasuki Serikat Yesus. Di Cologne, Petrus turut mendirikan rumah Yesuit pertama, tempat ia menjalani masa novisiatnya. Pada tahun 1546, ia ditabhiskan menjadi imam dan segera terkenal sebagai pengkhotbah ulung. Kardinal Otto Truchess von Waldburg, Uskup Augsburg, memilihnya menjadi teolog pribadinya pada Konsili Trente. Dalam konsili itu, Petrus mendapat kesempatan untuk berbicara, baik di Trente maupun di Bologna. Kemudian ia dipanggil ke Roma oleh Santo Ignatius sendiri, dan pada tahun 1548 ia dikirim untuk mengajar retorik di sekolah Yesuit Pertama di Messina, Sisilia.

Sebagai jawaban terhadap permohonan Raja William IV dari Bavaria, yang membutuhkan professor-professor Katolik untuk melawan ajaran-ajaran bidaah, Paus Paulus III (1543-1549) mengirimkan Petrus dan dua orang imam Yesuit lainnya ke Ingolstadt untuk mengajar di sebuah universitas yang ada disana. Pada tahun 1550, setahun setelah Petrus mengucapkan kaul kekal dalam serikat Yesus, Petrus diangkat menjadi rektor Universitas Ingolstadt. Melalui khotbah-khotbah dan katekasenya, ia berhasil membangkitkan lagi semangat hidup keagamaan di kalangan umat di wilayah itu. Pada tahun 1552, atas permohonan Raja Ferdinand I dari Austria, ia pergi ke Vienna untuk menjalankan misi yang sama. Di Vienna, Raja Ferdinand menawarkan kepadanya jabatan uskup Vienna, tetapi selalu di tolaknya. Pada tahun 1554, atas permohonan Paus Yulius III, Ignatius Loyola mengijinkan Petrus menjadi administrator tahkta Suci yang mengalami kekosongan. Di sini ia menyusun buku katekismusnya yang terkenal: Ringkasan Ajaran Kristen, yang dipakai oleh seluruh Eropa selama beberapa abad sebagai buku pegangan. Kemudian ia menyusun lagi dua buku katekismus yang lebih singkat untuk sekolah-sekolah. Kemudian Petrus diangkat sebagai pemimpin serikat untuk sebuah wilayah kerja Yesuit yang meliputi Jerman Selatan, Autria, dan Bohemia. Dalam masa kepemimpinannya, ia membuka sebuah kolose di Munich dan Praha dan bertanggungjawab atas pembaharuan sekolah-sekolah di Augsburg. Pada tahun 1562, ia mendirikan sebuah kolose di Insbruck dan mengambil bagian sebagai pembicara dalam Konsili Trente sebagai Teolog Kepausan.

Setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai pemimpin serikat, ia mengajar di Universitas Dellingen, Bavaria. Disini ia giat menulis suatu seri buku sebagai tanggapan terhadap sebuah buku yang diterbitkan sekelompok penulis Protestan dari Magdeburg. Karyanya yang terakhir di selesaikan di Frieburg, Switzerland, tempat ia mendirikan sebuah universitas dan membantu menbangun sebuah penerbitan Katolik pada tahun 1580. Pada tahun 1591 ia jatuh sakit tetapi terus menulis hingga kematiannya pada tanggal 21 Desember 1597 di Frieburg. Oleh Paus Pius XI (1922-1939) Petrus digelar sebagai seorang Pujangga Gereja yang masyur.

Renungan Hari Minggu Paskah II - A

Renungan Hari Minggu Paskah II, Thn A/I
Bac I : Kis 2: 42 – 47; Bac II :       1Ptr 1: 3 – 9;
Injil       : Yoh 20: 19 – 31

Injil hari ini menampilkan kisah penampakan Yesus yang bangkit kepada para murid-Nya. Sentral cerita ini adalah Tomas, salah satu dari para murid. Pada perjumpaan pertama, Tomas tidak hadir bersama mereka. Dia tidak melihat Yesus yang bangkit, sehingga ia tidak percaya pada pernyataan teman-temannya. Dengan tegas Tomas mengatakan bahwa ia harus melihat dan membuktikan sendiri secara langsung (ay. 25). Sikap keraguan Tomas, bisa juga menjadi sikap kritisnya, meski sikap tersebut terasa berlebihan. Dikatakan berlebihan karena hanya dia saja yang meragukan hal itu, sementara semua murid yang melihat sudah menyatakan hal yang sama. Dari sinilah muncul pernyataan Yesus, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (ay. 29).

Pernyataan Yesus ini kembali ditegaskan oleh Petrus dalam refleksinya pada suratnya yang pertama. Dalam bacaan kedua hari ini, Petrus mengatakan bahwa “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia...” (ay. 8). Petrus menghendaki supaya umat tetap memiliki sikap iman seperti yang pernah diungkapkan Yesus Kristus. Dengan sikap iman itu, umat telah mencapai tujuan iman, “yaitu keselamatan jiwamu.” (ay. 9).

Bacaan pertama hari ini menampilkan kisah kehidupan jemaat perdana. Kehidupan mereka merupakan cermin iman mereka, yaitu saling mengasihi. Sikap hidup seperti itu merupakan wujud iman kepercayaan mereka kepada Yesus, sekalipun Yesus tidak hadir di tengah-tengah mereka. Mereka tetap percaya; dan karena sikap hidup mereka itu, secara tak langsung mereka sudah menghadirkan Yesus Kristus kepada orang lain. Karena itu, “mereka disukai semua orang.” (ay. 47).

Saat ini kita hidup setelah 2000 tahun peristiwa kebangkitan Yesus. Sudah bisa dipastikan tak ada di antara kita yang melihat secara langsung Yesus yang bangkit. Karena itu, sabda Yesus dalam Injil hari ini masih tetap relevan untuk manusia masa kini: “Berbahagialah kamu yang tidak melihat, namun percaya.” Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk tetap bertahan dalam sikap iman seperti itu. Salah satu wujud yang bisa dilakukan adalah hidup dalam kasih persaudaraan, sebagaimana yang dicontohkan oleh jemaat perdana.

by: adrian

Sabtu, 26 April 2014

Paus Fransiskus, Manusia yg Tak Mau Terikat Kebiasaan

Sejak terpilihnya menjadi Paus ke-266, Paus Fransiskus selalu menunjukkan pembaharuan. Karena sikapnya ini, maka pada 11 Desember lalu majalah TIME menganugerahi kepadanya gelar Person of the Year. Pembaharuan yang menjadi daya tarik Time adalah gagasannya soal transparansi keuangan. Transparansi ini mengisyaratkan adanya korupsi di tubuh Gereja. Akan tetapi selama ini kasus korupsi itu selalu ditutup-tutupi sehingga Gereja seolah-olah tampil sebagai lembaga yang bersih.

Aksi menutup-nutupi ini sudah menjadi kebiasaan umum yang berlaku puluhan, bahkan ratusan tahun. Paus Fransiskus tidak mau terikat dengan kebiasaan tersebut. Beliau melihat bahwa kebiasaan itu adalah buruk. Karena itu, beliau membongkarnya dengan menegakkan transparansi. Sebuah harapan agar kebijakan transparansi ini berlaku juga bagi Gereja universal, bukan hanya di Vatikan. Paus Fransiskus hanya merintis. Selanjutnya Gereja Lokal meneruskan kebijakan itu di lingkungannya.

Pembaharuan unik lainnya yang dilakukan Paus Fransiskus adalah tradisi mencuci kaki pada Hari Raya Kamis Putih. Tradisi ini sudah berlangsung selama berabad-abad. Namun yang biasanya terjadi adalah Paus mencuci kaki para rasul. Yang termasuk kriteria para rasul ini adalah pria dewasa, katolik dan orang yang dinilai baik. Hal ini sudah menjadi kebiasaan. Orang katolik, atau orang lain pada umumnya, tahu bahwa pada malam Kamis Putih, Paus akan mencuci kaki orang-orang tersebut.

Akan tetapi, sejak Paus Fransiskus terpilih, kriteria para rasul yang selama ini berlaku tidak dipakai, alias dilanggar. Karena itu, kita bisa melihat bahwa yang berperan sebagai rasul dalam tradisi pencucian kaki itu adalah orang-orang dari segala lapisan, baik dari segi umur, status, gender maupun agama; bahkan penjahat pun masuk kriteria baru. Maka, pada saat Paus Fransiskus melakukan tradisi cuci kaki pada malam Kamis Putih, kita melihat ada anak kecil (remaja), ada perempuan, ada penderita disabilitas, ada tahanan, dan ada orang islam. Sungguh di luar kebiasaan.

Itulah yang terjadi. Paus Fransiskus tidak mau terikat pada kebiasaan lama, sekalipun kebiasaan lama itu baik. Dengan melakukan hal yang baru ini, bukan berarti Paus Fransiskus mau mengatakan bahwa kebiasaan lama itu buruk atau salah. Dengan melakukan hal yang baru ini, Paus Fransiskus bukan mau menunjukkan pembaharuan ajaran atau tradisi, melainkan pembaharuan sikap dan nilai baru dari tradisi cuci kaki.

Dengan tradisi pencucian kaki yang baru, Paus Fransiskus mau memberi nilai baru para tradisi tersebut. Selama ini nilai yang diwartakan adalah pelayanan (tuan melayani hamba). Namun sekarang nilai barunya adalah keragamanan. Nilai lama tidak otomatis hilang dengan adanya nilai baru, melainkan mendapatkan tempat yang baru, yaitu pelayanan dalam dunia yang beragam. Di sini ada kesan keterbukaan atau penegasan ulang akan makna katolisitas dari Gereja, di mana Gereja, yang diwakili Paus, melayani semua orang dari segala lapisan dan golongan. Secara tidak langsung Paus Fransiskus mau menegaskan bahwa Gereja Katolik bersikap toleran terhadap siapa saja.

Selain memberi nilai baru, tindakan baru Paus Fransiskus itu mau mengajak umat katolik untuk memiliki sikap yang baru. Pembaharuan sikap yang paling terlihat adalah sikap tidak terikat dengan kebiasaan lama. Kebiasaan lama itu selalu mempunyai dua nilai: buruk/salah dan baik/benar. Terhadap kebiasaan buruk dan salah, mau tidak mau, kita harus mengubahnya. Bagaimana dengan kebiasaan lama yang baik dan benar? Jika ada yang lebih baik dan benar, kenapa kebiasaan lama itu harus dipertahankan? Tidak ada salahnya kita mencoba melakukan perubahan.

Memang tidak semua hal dapat atau harus diubah. Paus Fransiskus pun tentu akan sadar akan hal itu. Namun untuk kebiasaan buruk dan salah kita harus melakukan pembaharuan dan perubahan. Berbeda dengan kebiasaan lama yang baik dan benar. Perubahan yang dilakukan hanyalah pada hal-hal yang tidak bersifat dogmatis. Artinya, jika diubah tidak akan menimbulkan efek luar biasa

Untuk bisa melakukan perubahan ini memang dibutuhkan sikap. Ada orang, yang karena kemapanannya pada kebiasaan lama, merasa takut dengan perubahan sehingga menolaknya. Bahkan demi kemapanan itu, orang mempertahankan kebiasaan lama, sekalipun kebiasaan lama itu buruk. Sikap-sikap seperti inilah yang harus diubah. Paus Fransiskus mengajak kita untuk berani menilai sebuah kebiasaan dan mencari sesuatu yang lebih baik lagi. Ini seperti yang diajarkan Yesus supaya kita selalu tampil lebih sempurna, sebagaimana Bapa di surga.

Jadi, dengan melakukan hal baru dalam tradisi cuci kaki pada malam Kamis Putih, Paus Fransiskus bukan sekedar menampilkan hal baru semata. Paus Fransiskus mau mengajak umat katolik untuk memiliki sikap pembaharu, sikap yang tidak terikat pada kebiasaan lama. Paus Fransiskus ingin supaya kita melihat kebiasaan yang ada dalam diri dan lingkungan kita: jika kebiasaan itu buruk dan tidak baik maka kita wajib mengubahnya, sebaliknya jika kebiasaan lama itu baik dan benar maka kita diajak untuk menemukan yang lebih baik dan lebih benar lagi. Dengan demikian maka kita tergerak untuk melakukan perubahan.
Bandung, 21 April 2014
by: adrian

Baca juga:
3.      Korupsi di Gereja

Orang Kudus 26 April: St. Kletus & Marselinus

SANTO KLETUS & MARSELINUS, PAUS & MARTIR
Selama beberapa abad lamanya, nama Anakletus dan Kletus dianggap orang sebagai dua orang Paus yang berbeda. Tetapi sekarang kedua nama itu dianggap sebagai nama dari satu orang. Menurut daftar resmi para Paus yang dikeluarkan oleh Tahkta Suci, Paus Anakletus (Kletus) memimpin Gereja dari tahun 76 sampai tahun 88.

Ahli-ahli sejarah Gereja, mengikuti daftar nama Paus yang diterbitkan oleh Santo Irenius dari Lyons, menyamakan Paus Anakletus dengan Kletus. Eusebius dalam bukunya "Sejarah Gereja" menyatakan, bahwa Linus, Uskup Roma, setelah memimpin selama 12 tahun, mengalihkan kepemimpinannya itu kepada Kletus. Dalam doa bagi para Kudus dalam perayaan Ekaristi, setelah menyebutkan nama Santo Petrus dan Paulus serta para rasul lainnya, imam menyebutkan nama Linus dan Kletus. Hal ini menunjukkan bahwa Anakletus pengganti Santo Petrus, ditetapkan sebagai Paus selama masa yang kurang damai dan aman di dalam Gereja, menyusul masa penganiyaan oleh raja Nero, yang berlangsung dari tahun 64 sampai 68.

Sangat sedikit informasi yang didapat tentang riwayat hidup Anakletus. Ia membagi kota Roma dalam 25 buah paroki. Ia membangun dan menghiasi kapela di jalan Ostian sebagai penghormatan kepada Santo Paulus dan membangun sebuah kapela yang sama di atas kuburan Santo Petrus di Vatikan. Buku para Paus (Liber Pontificalis) menyebutkan bahwa Anakletus dikuburkan di suatu tempat dekat kuburan Santo Petrus.

Anakletus mati sebagai martir dalam masa penganiayaan kaisar Domitianus II (81-96). Buku misa Romawi mendaftarkan hari pestanya bersama-sama dengan Marselianus, yang juga seorang Paus. Marselianus dikenal sebagai Paus yang baik hati dan penuh kasih kepada umat. Banyak sekali orang kristen yang telah menyangkal imannya pada masa penganiayaan diterimanya kembali ke pangkuan Gereja, asal saja mereka sungguh-sungguh bertobat dan bersedia menjalankan tapa untuk menghapus dosa-dosa mereka. Kebaikan hatinya ini membuat banyak orang mengkritik dan menfitnahnya. Akhirnya ia sendiri mati dianiaya karena Kristus pada tahun 309.

Renungan Hari Sabtu Oktaf Paskah, Thn A

Renungan Hari Sabtu Oktaf Paskah, Thn A/II
Bac I   : Kis 4: 13 – 21; Injil          : Mrk 16: 9 – 15;

Hari ini merupakan oktaf paskah yang terakhir. Injil hari ini seakan memberikan kisah rangkuman atas peristiwa kebangkitan Yesus dan penampakan-Nya kepada para murid yang telah dikisahkan selama oktaf paskah ini. Kisah-kisah penampakan Yesus dibumbui dengan ketidak-percayaan mereka sehingga Yesus mencela kedegilan hati mereka (ay. 14). Akan tetapi, setelah mendapatkan kepercayaan, Yesus menyerahkan tugas kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” (ay. 15).

Apa yang ditugaskan Yesus kepada para murid, itulah yang dilakukan Petrus dalam bacaan pertama. Petrus dan Yohanes ditangkap dan ditahan karena pewartaan mereka. Akan tetapi, imam besar dan lainnya tidak punya alasan untuk menghukum mereka. Mereka hanya bisa melarang. Namun Petrus dan Yohanes ingat akan pesan Sang Guru. Karena itu mereka mengatakan bahwa “tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.” (ay. 20). Dalam keadaan terdesak sekalipun, kedua rasul ini tetap mewartakan Injil.

Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa Tuhan membutuhkan waktu untuk meyakinkan para murid. Mereka tidak serta merta langsung percaya akan kebangkitan Yesus. Dibutuhkan beberapa kali penampakan dan perjumpaan sehingga mereka akhirnya percaya. Menjadi pertanyaan bagi kita saat ini, masihkah kita belum percaya akan kebangkitan Yesus? Apakah Yesus harus membutuhkan waktu lagi? Jika tidak, maka kita siap akan tugas yang diberikan Yesus kepada para murid. Tugas itu adalah juga tugas kita. Masing-masing kita diminta Yesus untuk mewartakan Injil.

by: adrian

Jumat, 25 April 2014

Kreasi Iseng




(P U I S I) Anonimus

ANONIMUS

Aku bukan siapa-siapa
Namaku tak ada guna bagi siapa juga
Aku bukan apa-apa
Diriku tidaklah bermakna
Aku hanyalah pelita
Cuma hendak memberikan cahaya
Supaya kekelaman segera sirna
          Aku hanyalah manusia tanpa nama
              Hanya wajah tanpa muka
          Tak bermakna bagi siapa-siapa
          Selalu bersuara sumbang bikin bising telinga
          Sehingga orang-orang pun muak menutup mata
          Memilih tinggal dalam dunia tanpa cahaya
Diriku hanyalah pelita
Suaraku adalah cahaya dalam gulita
Tapi aku bukan siapa-siapa
Bukan pula apa-apa
Jakarta, 25 April 2014
by: adrian

Mengenal Injil Markus

PENGANTAR INJIL MARKUS
Sejak akhir abad pertama atau pada awal abad kedua sesudah Masehi, ada naskah-naskah yang menegaskan bahwa Injil kedua adalah karya Markus: ia menemani Petrus ke Roma, di situ ia juga bertemu Paulus, dan menulis secara saksama segala ajaran Petrus.

Sama seperti Injil Matius dan Lukas, lnjil Markus didasarkan atas tradisi-tradisi lisan mengenai Yesus dari Nazaret, yang ditulis sedikit demi sedikit. Potongan-potongan teks yang diwariskan dari satu komunitas ke komunitas lain dilengkapi oleh kesaksian lisan dari mereka yang mengalami Yesus selama Ia hidup di bumi ini. Markus menulis Injilnya untuk suatu tipe komunitas tertentu: Ia berbicara kepada orang-orang Kristen yang berasal dari kekafiran dan ingin mewartakan misteri Yesus, Putra Allah, dengan menciptakan perkataan dan perbuatan yang menjadi sarana yang digunakan Yesus untuk menyatakan diri-Nya kepada bangsa manusia.

Berbeda dengan Injil Matius dan Lukas yang memberi suatu prakata pada Injil mereka dengan dua bab yang berbicara tentang masa kanak-Kanak Yesus, dan berbeda juga dengan Injil Yohanes yang menempatkan pada awal Injilnya suatu, pembukaan yang sangat mengagumkan, Markus berpegang pada pola katekese primitif. Kisah Para Rasul mengatakan kepada kita tentang awal dan akhir dari pewartaan ini yang dilakukan oleh jemaat di Yerusalem. Pada waktu itu ketika Petrus sedang mencari seorang pengganti Yudas, ia berkata, "Carilah seseorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke surga" (Kis 1:21-22).

Orang Kudus 25 April: St. Markus

SANTO MARKUS, PENGARANG INJIL
Markus, pengarang Injil berasal dari Yerusalem. Rumah mereka biasanya digunakan sebagai pertemuan umat Kristen. Ketika Petrus dipenjarakan, banyak sekali orang Kristen berkumpul di sana dan berdoa bagi keselamatan Petrus. Setelah dibebaskan malaikat, Petrus pergi menemui umat di rumah Markus. Semasa mudanya, Markus telah bertemu dengan Yesus, tetapi tidak menjadi seorang murid-Nya.

Dalam injilnya, Markus menceritakan bahwa ketika Yesus ditangkap dan digiring ke hadapan mahkamah agung, seorang anak muda mengikuti-Nya dari belakang. Para serdadu hendak menangkap orang muda itu, tetapi dengan cepat pemuda itu meloloskan diri darinya. Besar kemungkinan orang muda itu adalah Markus sendiri, karena peristiwa ini hanya terdapat dalam Injil Markus saja.

Markus ini disebut juga Yohanes Markus. Ia adalah keponakan Barnabas. Ia ditobatkan dan dipermandikan oleh Petrus. Markus menemani Paulus dan Barnabas dalam beberapa perjalanan misi: perjalanan pertama ke Antiokia (Kis12:25) dan kemudian ke Siprus (Kis 13:4-5). Karena beberapa alasan, Markus kembali ke Yerusalem (Kis1 3:13). Ketika mereka mau melakukan perjalanan kedua, Barnabas mendesak agar Markus pun ikut serta, namun Paulus menolak hal itu sehingga terjadilah perpecahan antara Paulus dan Barnabas. Lalu Paulus pergi ke Asia kecil ditemani oleh Silas sedangkan Barnabas bersama Markus pergi ke Siprus (Kis 15:36-41). Dari permohonan Paulus kepada Timotius (2Tim 4:11) agar Markus mengunjunginya di penjara, dapatlah kita ketahui bahwa Paulus sangat membutuhkan Markus.

Dalam suratnya yang pertama, Petrus mengirimkan salam dari Roma, dari "anakku, Markus" (1Pet 5:13). Hal ini -- diperkuat oleh tradisi purba dan nada Injil Markus -- memberikan kepastian bahwa Markus juga adalah rekan atau orang yang dekat dengan Petrus. Di Roma, Markus menjadi pembantu Petrus. Ia menjadi juru bicara Petrus. Tentang hal ini dikatakan bahwa Markus dengan teliti mencatat segala sesuatu yang diingatnya tentang ucapan-ucapan Petrus kepada orang banyak.

Setelah Santo Petrus dan Paulus dibunuh oleh Kaisar Nero, Markus berangkat ke Mesir dan di sana ia disebut oleh Hieronimus sebagai "bapa para pertapa di gurun pasir Mesir". Kemudian ia menjadi Uskup Aleksandria dan dibunuh karena Kristus. Jenazahnya kemudian dibawa ke Venesia dan relikuinya disimpan di Basilika Santo Markus. Tanggal lahir dan kematiannya tidak diketahui dengan pasti. Lambangnya sebagai pengarang Injil adalah singa, raja gurun pasir, yang diambil dari permulaan injilnya yang menyinggung gurun pasir.