Senin, 25 Januari 2016

Mari Belajar pada Hewan: Cinta Kasih


Dalam dunia hewan, khusus di darat, jaguar atau macan tutul termasuk pemangsa teratas dalam mata rantai makanan. Dia-lah pemangsa paling ditakuti oleh binatang-binatang kecil lainnya. Macan terkenal dengan kesadisannya. Jika membunuh mangsanya, tidak ada perhitungan belas kasih. Tidak ada istilah “peri-kebinatangan” dalam dunia satwa, apalagi satwa liar. Di sini berlaku hukum, “Survival of the fittest.”
Akan tetapi, dalam film ini gambaran tadi berubah total. Seekor jaguar atau macan tutul justru menunjukkan belas kasihnya kepada seekor anak kera. Ia menyingkirkan pola pikir lama, bahwa mangsa lemah harus dilahap. Melihat seekor anak kera (babon), yang induknya menjadi mangsa sang jaguar, macan tutul ini menunjukkan kasihnya dengan menjadi ibu asuh. Anak kera itu adalah makanan bagi macan tutul. Tetapi macan tutul dalam film ini mengasihi anak kera itu. Bahkan ia melindungi anak kera itu dari pemangsa lain (hyena).
Bagaimana dengan kita manusia? Dapatkan kita mengasihi sesama kita yang lemah? Tuhan Yesus pernah mengajarkan para murid-Nya untuk mengasihi orang lemah, hina dan dina (lih. Mat 55: 31 – 46). Tuhan Yesus sendiri sudah memberi contoh teladan selama hidup-Nya. Film ini seakan mengembalikan gaung ajaran Tuhan Yesus. Kita diajak untuk berkaca pada macan tutul agar kita mau dan berani peduli kepada sesama kita yang lemah dan terpinggirkan. Hendaklah kita jangan menggunakan kekuasaan atau kekuatan kita untuk memeras atau menindas yang lemah. Macan Tutul saja bisa, kenapa kita tidak?