Selasa, 03 Juli 2012

Yang Perlu Diketahui tentang Injil Thomas

INJIL TOMAS
Injil Tomas, yang terlestarikan lengkap dalam sebuah manuskrip papirus berbahasa Koptik, dan ditemukan pada 1945 di Nag Hammadi, Mesir, adalah sebuah kumpulan dari 114 ucapan yang diyakini berasal dari Yesus. Sebagian dari ucapan-ucapan itu ditemukan dalam keempat Injil kanonik, namun ucapan-ucapan yang lainnya tidak dikenal sebelum penemuan naskah ini.

Berbeda dengan keempat injil kanonik yang menggunakan laporan naratif tentang kehidupan Yesus, Tomas mengambil bentuk yang kurang terstruktur dari kumpulan ucapan yang berasal dari Yesus, dialog-dialog singkat dengan Yesus, dan ucapan-ucapan yang dilaporkan oleh murid-muridnya kepada Didimus Yudas Tomas tanpa diletakkan dalam narasi apa pun atau disusun ke dalam konteks filosofis atau retorika yang mana pun.

Ketika teks yang lengkap ditemukan, dalam versi Koptik, disadari bahwa tiga bagian berbahasa Yunani yang terpisah dari Injil ini sudah ditemukan di Oxyrhynchus, Mesir, pada 1898. Manuskrip-manuskrip yang memuat potongan-potongan berbahasa Yunani dari Injil Tomas diperkirakan berasal dari tahun 200, dan manuskrip versi Koptik dari tahun 340. Meskipun versi Koptik ini tidak persis sama dengan fragmen-fragmen Yunani mana pun, diyakini bahwa versi Koptik ini diterjemahkan dari versi Yunani yang sudah ada sebelumnya.

Kebingungan karena Persamaan Nama dengan Karya-karya Lain
Injil Tomas adalah karya yang berbeda dan tidak terkait dengan tulisan-tulisan apokrif atau pseudoepigrafa lainnya, Kisah Perbuatan Tomas, dan tulisan yang disebut Injil Masa Kanak-kanak Tomas, yang memperluas teks-teks kanonik untuk menggambarkan masa kanak-kanak Yesus yang ajaib. Ketika Hippolitus dan Origenes (sekitar tahun 233) merujuk kepada sebuah "Injil Tomas" di antara injil-injil apokrif yang heterodoks, tidak jelas apakah yang mereka maksudkan itu adalah Injil Masa Kanak-kanak Tomas atau Injil Tomas yang berisikan "ucapan-ucapan" ini. Injil Tomas juga berbeda dengan Kitab Tomas sang Calon, sebuah teks Gnostik.

Pada abad ke-4, Kiril dari Yerusalem menyebutkan tentang sebuah "Injil Tomas" dalam Kathekesis V-nya: "Jangan seorangpun membaca injil menurut Tomas, karena ini bukanlah karya salah seorang dari keduabelas rasul, melainkan karya dari ketiga murid Mani yang jahat". Sedikit sekali jejak yang tersisa dari dualisme Manikheis yang dapat ditemukan dalam Injil "ucapan-ucapan" ini, yaitu Injil Tomas, yang disepakati lebih sederhana, kurang berisikan legenda, dan sama sekali tidak ditulis sebagai sebuah dokumen sastrawi.

Papirus Oxyrhyncus yang Sejajar
Sebelum penemuan perpustakaan Nag, ucapan-ucapan Yesus yang ditemukan di Oxyrhyncus dikenal semata-mata sebagai Logia Iesu. Potongan-potongan Injil Tomas dalam bahasa Yunani koine yang ditemukan di Oxyrhyncus adalah:
  • Oxyrhyncus 1 - ini adalah setengah lembaran papirus yang memuat potongan-potongan dari logion (kumpulan ucapan) 26 hingga 33.
  • Oxyrhyncus 654 - yang mengandung potongan-potongan dari permulaan sampai dengan logion 7, logion 24 dan logion 36 dalam lembaran sebaliknya dari sehelai papirus yang memuat data tinjauan.
  • Oxyrhyncus 655 - yang mengandung potongan-potongan dari logion 36 sampai dengan logion 39 dan sesungguhnya 8 fragmen yang dinamai a hingga h; namun f dan h sejak itu telah hilang.
Waktu Penulisan
Saat ini ada banyak perdebatan tentang kapan teks ini disusun. Para pakar biasanya tergolong ke dalam dua kubu: kubu awal' yang mendukung waktu penulisan sekitar tahun 50-an sebelum injil-injil kanonik dan kubu belakangan yang setuju bahwa waktu penulisannya terjadi setelah injil-injil kanonik terakhir pada tahun 100-an. Di antara para sarjana kritis, kubu awal dominan di Amerika Utara, sementara kubu akhir lebih populer di Eropa (khususnya di Britania dan Jerman).

Kubu Awal
Kubu awal berpendapat bahwa karena isinya umumnya bahan-bahan orisinal dan tampaknya tidak didasarkan pada injil-injil kanonik, Injil Tomas tentu telah ditulis berdasarkan suatu tradisi lisan. Karena praktik yang menganggap tradisi lisan berwibawa berakhir pada abad ke-1, Injil Tomas tentunya telah ditulis sebelum masa itu, barangkali malah sekitar tahun 40. Karena tanggal ini lebih awal daripada tanggal-tanggal penulisan keempat injil yang tradisional, ada sejumlah klaim bahwa Injil Tomas adalah Injil Q—atau mempunyai kaitan dengannya. Injil Q adalah sebuah teks (atau versi lisan) teoretis yang diduga telah menyebar ke dalam bagian-bagian dari Injil Matius dan Lukas yang dikenal sekarang, dan yang dalam cara tertentu tidak menyalin dari Injil Markus.

Kubu awal berpendapat bahwa sekitar setengah bahan-bahan dalam Injil Tomas ini tidak ada paralelnya di dalam Perjanjian Baru, dan setidak-tidaknya sebagian dari bahan-bahan ini diduga dapat dikatakan berasal dari Yesus historis, seperti ucapan 41 "Jadilah orang-orang yang lewat."

Kamp awal juga mencatat bahwa Q hampir secara universal dianggap oleh para pakar Alkitab sebagai penjelasan yang paling hemat untuk masalah sinoptik dan secara luas dianggap sebagai teks tertulis ajaran-ajaran Yesus yang paling tua. Menurut hipotesis, Q hadir dalam 3 strata, yang disebut Q1, Q2, dan Q3; bahan-bahan apokaliptik tergolong dalam Q2 dan Q3. Para pakar Alkitab telah mengidentifikasikan 37 ucapan yang bertumpang tindih antara Tomas dan Q, yang kesemuanya diduga berada dalam Q1 atau Q2, dan tak satupun dari ucapan-ucapan ini mencakup bahan-bahan apokaliptik Q3 yang berasal dari masa yang belakangan. Karena itu, Tomas tidak atau sedikit sekali memperlihatkan pengetahuan tentang adanya Q3, tidak memuatnya atau tidak menyadari kehadiran Q3. Lapisan-lapisan Q1 dan Q2 diduga berasal dari waktu yang lebih awal dari keempat Injil. Karena itu, Injil Tomas diduga berasal dari waktu yang lebih awal.

Argumen sentral dari Elaine Pagels dalam bukunya Beyond Belief (2003) ialah bahwa tampaknya ada konflik antara Injil Yohanes dengan Injil Tomas. Menurut Pagels, yang adalah Profesor Agama Harrington Spear Paine di Universitas Princeton, ayat-ayat tertentu dalam Injil Yohanes hanya dapat dipahami dalam terang ucapan-ucapan, gagasan, tradisi, keyakinan filosofis, dan komunitas, yang mirip dengan Tomas, entah secara tepat atau tidak direpresentasikan di dalam Injil Tomas yang kita kenal sekarang. Contoh yang paling terkenal dalam Injil Yohanes adalah tentang "Tomas yang peragu," yang ditafsirkan Pagels sebagai bantahan terhadap komunitas Tomas. Dalam Yohanes, Tomas yang peragu digambarkan menyentuh Yesus, mengakui hakikat jasmaninya. Gambaran ini berlawanan dengan doketisme kelompok-kelompok gnostik. Penafsiran Pagels tentang Yohanes secara logis mensyaratkan bahwa gagasan-gagasan seperti Tomas atau suatu komunitas yang mirip dengannya, bila tidak kehadiran Injil Tomas yang kita kenal sekarang, sudah ada ketika Injil Yohanes ditulis.

Sebuah argumen lain yang mendukung kubu yang awal ialah bahwa ada tumpang tindih antara surat-surat Paulus dan Injil Tomas. Kumpulan surat-surat Paulus yang otentik, yang mencakup 1 Korintus, Galatia, dan Filipi secara universal dianggap oleh para ahli Alkitab berasal dari waktu yang lebih awal daripada Injil-injil. Ada bagian-bagian yang bertumpang tindih di dalam Paulus dan Tomas, yang tidak ditemukan dalam Injil-injil kanonik, (ataupun dipersaksikan oleh keduanya), dan karena itu Tomas mungkin telah meminjam dari suatu kumpulan ucapan bersama yang juga dimanfaatkan oleh Injil-injil kanonik dan oleh Tomas. Menurut teori ini, Paulus memanfaatkan ucapan-ucapan yang secara luas diakui berasal dari Yesus, dan sebagian daripadanya secara unik dilestarikan dalam Injil Tomas.

Kubu awal berpendapat bahwa bila Tomas mengenal Perjanjian Baru, termasuk surat-surat Paulus, dan bila Tomas dianggap memperlihatkan kecenderungan-kecenderungan gnostik, maka sungguh mengejutkan bahwa ia tidak mengambil kesempatan untuk mencantumkan banyak ayat yang akan mendukung teologi "gnostik" seperti itu, yang hadir dalam Perjanjian Baru yang kanonik, seperti misalnya Yohanes 8:58 "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Injil Tomas memang mencantumkan banyak sekali bahan yang tidak ditemukan kesejajarannya di dalam Perjanjian Baru. Namun Injil ini tidak memiliki istilah-istilah yang khas dari Gnostisisme abad ke-2 seperti misalnya archon, pleroma, aeon, demiurgos yang akan diharapkan muncul dari suatu produk dari Gnostisisme historis: hal ini dianggap oleh sebagian ahli sebagai sebuah bukti lainnya yang mendukung waktu penulisan yang lebih awal.

Kubu Belakangan
Sebaliknya, kubu yang belakangan berpendapat bahwa Tomas ditulis pada suatu masa setelah tahun 100, umumnya pada awal dan pertengahan abad ke-2, namun segelintir orang berpendapat bahwa Tomas bergantung pada Diatessaron yang disusun tak lama setelah tahun 172. Karena potongan-potongan Injil Tomas yang berbahasa Yunani ditemukan di Mesir biasanya dianggap ditulis antara 140 dan 200, posisi yang sangat terlambat, pasca-Diatessaron tetap merupakan posisi minoritas kecil, bahkan di kalangan kubu yang belakangan.

Argumen utama yang diajukan oleh kubu yang belakangan adalah argumen dari redaksi. Dalam solusi yang paling umum diterima terhadap masalah Sinoptik, Matius dan Lukas dianggap sama-sama memanfaatkan Markus, ditambah lagi suatu kumpulan ucapan yang kini hilang, yang disebut Q, untuk menyusun injil-injil mereka. Kadang-kadang Matius dan Lukas memodifikasi kata-kata dari sumber mereka, (Markus atau Q), dan teks yang telah dimodifikasi itu dikenal sebagai “redaksi.” Lawan-lawan dari kubu yang belakangan berpendapat bahwa sebagian dari redaksi yang sekunder yang diciptakan oleh Matius dan Lukas muncul di dalam Tomas, yang berarti bahwa Tomas ditulis setelah Matius dan Lukas selesai disusun. Karena Matius dan Lukas pada umumnya diduga disusun antara tahun 80-an dan 90-an, Tomas tentunya disusun belakangan dari kedua waktu itu.

Para anggota dari kubu awal menjawab argumen ini dengan mengatakan bahwa para penulis abad ke-2 mungkin adalah orang-orang yang bertanggung jawab atas penyuntingan Sinoptik yang kini hadir di dalam manuskrip-manuskrip Tomas yang ada di tangan kita, bukan para pengarangnya yang asli. Namun kedua kubu ini sepakat bahwa alur teks ini pada abad ke-2 membuat penetapan waktu penulisan Tomas sangat sulit.

Sebuah argumen yang terkait ialah bahwa Matius dan Lukas masing-masing secara independen menggabungkan tradisi-tradisi lokal mereka sendiri ke dalam Injil-injil mereka, selain daripada tradisi yang mereka peroleh dari Markus dan Q. Tradisi-tradisi lokal ini biasanya dikenal sebagai Sondergut ("bahan khusus"). Kubu yang belakangan mencatat bahwa paralel Tomas tidak hanya memiliki bahan yang sama dengan Injil-injil Sinoptik, tetapi juga bahan khusus yang ditemukan dalam masing-masing Injil mereka. Kubu yang belakangan menyimpulkan bahwa mengakses kumpulan bahan yang berbeda-beda ini, termasuk tradisi-tradisi lokal, akan jauh lebih mudah setelah Injil-injil kanonik beredar daripada sebelumnya. Mereka yang percaya bahwa Tomas ditulis pada masa yang belakangan juga mempertanyakan apa yang kelihatannya sebagai asumsi dari mereka yang tergabung dalam kubu awal bahwa bahan-bahan "ucapan-ucapan" pastilah lebih tua daripada Injil-injil yang lengkap, yang mencakup narasi.

Argumen besar terakhir yang mendukung bahwa Tomas ditulis belakangan daripada Perjanjian Baru didasarkan pada analisis Sejarah Agama-agama. Secara khusus dikatakan bahwa Gnostisisme adalah suatu perkembangan yang belakangan, sementara Kekristenan yang paling awal, seperti yang terbukti dalam surat-surat Paulus, lebih bersifat Yahudi daripada non-Yahudi dan terpusat pada kematian dan kebangkitan Yesus lebih daripada kata-katanya. Dalam hubungan ini, dilihat bahwa Yesus dalam Injil Tomas tidak begitu kelihatan Yahudi, dan bahwa bentuknya yang sekarang mencerminkan karya-karya dari pemikiran Gnostik abada ke-2, seperti misalnya penolakan terhadap dunia fisik dan kaum perempuan (lih. Tomas 114). Harus dicatat pula bahwa Injil Yohanes penuh dengan pernyataan-pernyataan yang berisi penolakan terhadap dunia fisik (lih. Yohanes 6:63), dan keempat Injil menyatakan "dunia ini" adalah kepunyaan "iblis". Graham Stanton, (The Gospels and Jesus 2002, p. 129) menemukan di dalam Tomas suatu dokumen Gnostik: "menyingkirkan lapisan Gnostik tidak akan pernah mudah."

Kubu awal, sebaliknya, membantah dengan mengatakan bahwa Tomas mencerminkan sedikit sekali atau bahkan sama sekali tidak mencerminkan gnostisisme Valentinian seperti yang ditemukan dalam banyak teks lainnya di tempat penyimpanan manuskrip yang ditemukan di Nag Hammadi. Malah, sebagian orang menunjukkan bahwa tidak semua teks Nag Hammadi itu bersifat gnostik; misalnya, salah satu teks itu adalah sebuah parafrase dari Republik, karangan Plato yang muncul lebih awal beberapa abad sebelum gnostisisme. Juga dicatat bahwa gnostisisme adalah suatu sistem keyakinan yang berubah-ubah yang mengandung baik unsur-unsur lama maupun baru, dan bahwa bahan yang diidentifikasikan sebagai "gnostik" dalam Tomas mungkin sekali merupakan sesuatu yang baru pada tahun 50. Sementara tentang fokus pada salib yang tidak dimiliki Tomas, para penentu tanggal yang lebih awal berpendapat bahwa Tomas tergolong pada suatu bentuk awal Kekristenan, yang dicontohkan oleh Q, yang memusatkan perhatian pada ucapan-ucapan dari ajaran-ajaran Yesus. Namun bila orang merasa skeptik terhadap Q, seperti sejumlah pakar terkemuka di Britania (lih. hipotesis Farrer), argumen ini tidak begitu meyakinkan.

Tuduhan Seksisme dan Ucapan 114
114. Simon Petrus berkata kepada mereka, "Suruh Maria meninggalkan kita, karena perempuan tidak pantas mendapatkan kehidupan." Yesus berkata, "Lihatlah, aku akan membimbingnya untuk menjadikannya laki-laki, sehingga ia pun dapat menjadi roh yang hidup seperti kalian laki-laki. Karena setiap perempuan yang menjadikan dirinya laki-laki akan masuk ke dalam Kerajaan Surga."

Dalam Ucapan 114 dari Injil Tomas, Petrus, yang mewakili pandangan yang ortodoks, meminta Yesus untuk menyuruh Maria Magdalena pergi, karena perempuan pada umumnya tidak layak menerima ajaran-ajaran rohani. Yesus menolak permintaan Petrus, dan menyatakan bahwa kaum perempuan yang mengubah dirinya seperti laki-laki layak mendapatkan ajaran-ajaran rohani.

Dalam buku Lee Strobel, The Case for Christ, sebuah karya apologetik Injili, salah seorang dari apologet membuat klaim bahwa Ucapan 114 dalam Injil Tomas menggambarkan Yesus yang menolak kaum perempuan, dan karenanya, bersifat apokrif. Namun demikian, harus diingat bahwa yang digambarkan mengatakan bahwa kaum perempuan tidak layak adalah Petrus, bukan Yesus, dan bahwa Yesuslah yang menegaskan bahwa Maria Magdalena, seorang perempuan, mempunyai hak untuk menerima ajaran-ajaran rohani. Penemuan sifat seksis di balik ucapan ini harus ditemukan tanpa acuan kepada pemahaman-pemahaman 'modern' tentang istilah ini, melainkan lebih dalam konteks linguistik dari Palestina abad pertama, dimana gemanya akan terdengar lebih inklusif. Betapa pun juga, pemahaman seperti itu akan lebih sesuai dengan sikap yang ditunjukkan kepada kaum perempuan dalam bagian-bagian lain dari teks ini. Injil Tomas jelas mengakui bahwa Yesus mempunyai rasul-rasul perempuan, termasuk Maria Magdalena dan Salome, sementara semua Injil yang 'kanonik' mengakui kaum perempuan hanya sebagai murid. Inovasi pada pihak Tomas ini dapat dipergunakan untuk memperdebatkan tanggal penulisan yang sangat awal atau sangat.

Dapat dicatat bahwa, dalam konteks Platonik, 'laki-laki' dan 'perempuan' mempunyai makna filosofis yang khas, masing-masing berarti 'bentuk' dan 'isi'. Dengan demikian sifat kelaki-lakian sebuah obyek sama dengan aturan-aturan yang memerintah komposisi formalnya, sementara sifat keperempuanannya adalah materi yang lebih rendah daripada yang membentuknya. Konsepsi filosofis ini berasal dari konsepsi Platonis tentang perkembangan fetus manusia; di sini sperma laki-laki dianggap mengandung komponen formal dari apa yang kelak menjadi embrio manusia, sementara perempuan menyumbangkan sub-strata materialnya di dalam kandungan. Jadi, dengan makna ini, proses menjadi 'laki-laki' sama dengan pemujaan Platonik terhadap Bentuk; Jadi, dalam pengertian yang dekat dengan terminologi Platonik (yang tentunya lebih luas tersebar pada zaman kuno), pernyataan Yesus akan menciptakan suatu pemahaman tentang peningkatan rohani dan janji untuk lebih disempurnakan. Pengaruh-pengaruh Platonik terhadap gnostisisme dapat ditemukan di tempat-tempat lain, misalnya dalam konsepsi yang lazim tentang demiurgos.

Injil Tomas dan Kanon Perjanjian Baru
Kenyataan bahwa Injil Tomas tampaknya tidak pernah dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam Perjanjian Baru dipandang sebagian orang sebagai petunjuk bahwa kitab ini berasal dari waktu yang belakangan — bila memang kitab ini ditulis oleh rasul Tomas, demikian pendapat mereka, argue, tentu setidak-tidaknya kitab ini telah dipertimbangkan dengan serius pada abad segera setelah kematian Yesus. Pandangan ini lebih populer di antara orang-orang Kristen yang menerima kanon Perjanjian Baru yang diilhamkan secara ilahi sebagai pernyataan iman mereka — khususnya mereka yang menganggap dirinya orang Kristen yang fundamentalis atau evangelikal.

Reaksi yang keras dan meluas terhadap kanon Marcion, kanon Perjanjian Baru pertama yang diketahui pernah diciptakan, mungkin memperlihatkan bahwa pada 140 M., telah diterima secara luas bahwa teks-teks yang lain merupakan bagian dari catatan mengenai kehidupan dan pelayanan Yesus.

Meskipun argumen-argumen mengenai sejumlah kitab yang berpotensi masuk ke dalam Perjanjian Baru, seperti misalnya Gembala dari Hermas dan Kitab Wahyu, berlanjut terus hingga abad ke-4 M., empat Injil kanonik, yang diyakini berasal dari Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, secara universal diterima di antara orang-orang Kristen ortodoks sekurang-kurangnya sejak pertengahan abad ke-2. Karya Diatessaron Tatian yang luas digunakan, dan disusun antara 160 dan 175 M., memanfaatken keempat Injil tanpa mempertimbangkan kitab-kitab yang lainnya. Irenaeus dari Lyons menulis pada akhir abad ke-2 M. bahwa karena ada empat penjuru bumi, … sungguh tepatlah bila Gereja mempunyai empat tiang, … keempat Kitab Injil (Melawan Ajaran-ajaran Sesat, 3:1), dan tak lama kemudian membuat kutipan pertama yang diketahui dari Injil yang keempat – versi kanonik dari Injil Yohanes. Fragmen Muratoria dari akhir abad ke-2 M. juga mengakui hanya ketiga Injil Sinoptik dan Yohanes. Pakar Alkitab Bruce Metzger menulis mengenai pembentukan kanon Perjanjian Baru, "Meskipun batas-batas pinggir dari kanon yang sedang muncul itu belum ditetapkan selama beberapa generasi, terdapat kesepakatan yang tinggi mengenai bagian terbesar dari Perjanjian Baru di antara begitu banyak jemaat orang percaya yang sangat beraneka ragam dan tersebar di mana-mana, bukan hanya di seluruh dunia Laut Tengah tetapi juga meluas hingga mencakup wilayah yang merentang dari Britania hingga ke Mesopotamia."

Perlu dicatat bahwa informasi tentang Yesus historis saja bukanlah satu-satunya kriteria untuk menerima sebuah kitab ke dalam kanon Perjanjian Baru. Para penyusun kanon memilih untuk memasukkan banyak kitab yang tidak memuat informasi tentang Yesus historis ataupun ajaran-ajaran dari Yesus historis, seperti misalnya Surat-surat dan Kitab Wahyu.

Injil Tomas mungkin tidak dimasukkan ke dalam kanon Perjanjian Baru karena:
  • Isinya dianggap sesat.
  • Dianggap tidak otentik.
  • Tidak dikenal oleh para penyusun Kanon.
  • Dianggap dikalahkan oleh Injil-injil Naratif.
  • Tergolong dalam suatu cabang kekristenan yang berada di luar lingkaran Atanasius dari Alexandria yang dominan.
  • Penekanannya pada spiritualitas pribadi di luar Gereja dianggap anatema bagi kepentingan agama yang terorganisasi.
Filsafat Injil Tomas
Injil Tomas bersifat mistik — Injil ini menekankan pengalaman yang langsung, tanpa perantara, dengan Yang Ilahi. Yesus digambarkan sebagai seorang mistagog, seorang guru misteri ilahi, meskipun tidak pernah sebagai "Juru Selamat" seperti dalam Injil Yohanes. Sementara penekanan dalam Yohanes seimbang antara mujizat-mujizatnya dan kata-katanya, penekanan dalam Injil Tomas semata-mata pada kata-kata Yesus. Penemuan akan penafsiran mengenai kata-kata inilah yang menghasilkan pencerahan. Injil Tomas mencatat hal ini sebagai salah satu dari ucapan-ucapan Yesus: "Ia yang menemukan penafsiran-penafsiran dari ajaran-ajaran rahasia ini tidak akan merasakan kematian" — dan kerahasiaan inilah yang merupakan kontras yang sangat tajam dengan semua ajaran dan Kanon Gereja. Temanya menemukan kesejajaran dalam Yohanes, meskipun maksudnya adalah menyerangnya; dengan demikian, dalam Yohanes, keselamatan dipahami sebagai keselamatan dari Hukuman Kekal, dan tidak tergantung pada rahasia apa pun.

Berbeda dengan Yohanes, yang membedakan ketidakpercayaan dengan kepercayaan kepada Yesus sebagai Juru Selamat, Injil Tomas mempunyai premis keselamatan yang tergantung pada suatu pemahaman yang tercerahkan tentang identitas sejati si pendengarnya — suatu gambaran tentang si pendengar sebagai ilahi. Apabila ucapan-ucapan itu paralel dengan apa yang ditemukan dalam Matius dan Lukas, yaitu ucapan-ucapan di dalam Q, mereka ditempatkan tanpa konteks yang lebih dikenal. Bila dibiarkan dengan cara ini, maka ucapan-ucapan itu tampaknya penuh dengan gnosis meskipun tak satupun dari aparatus dari Gnostisisme yang telah berkembang, seperti dalam Pistis Sophia, dapat ditemukan.

Injil Yohanes menekankan Yesus sebagai "anak tunggal" Bapa (Yohanes 1:3), dan dengan demikian memberikan kepada Yesus status yang unik di antara manusia. Dalam Injil Tomas tertulis Yesus mengatakan bahwa "Kerajaan Bapa menyebar di muka bumi, dan manusia tidak melihatnya." Hal ini pun dapat ditafsirkan sebagai upaya Yesus untuk menghadirkan pencerahan melalui ajaran-ajarannya bahwa keberadaan manusia bukanlah terutama materi melainkan lebih merupakan keberadaan rohani — dengan demikian klaimnya tentang keilahiannya sendiri menyiratkan bahwa "keilahian" ini tidaklah terbatas kepada dirinya saja, melainkan menjadi milik dari siapa pun yang telah dilahirkan kembali secara rohani. Di sini kembali kita menemukan kontras yang sangat jelas dengan Kekristenan kanonik.

Elaine Pagels berpendapat dalam Beyond Belief bahwa, meskipun alur Kekristenan ini telah mati, banyak mistik Kristen yang besar secara independen mengambil gagasan-gagasan yang serupa dengan Tomas, dari Meister Eckhart hingga Teresa dari Avila hingga Santo Yohanes dari Salib. Sebaliknya, para sarjana Kristen arus utama, berusaha membuat pembedaan yang jelas antara gagasan-gagasan dasar dari para mistik Kristen ini dan pengarang Injil Tomas.

Pentingnya Injil Tomas dan Penulisnya
Betapapun juga Injil Tomas adalah salah satu laporan paling awal tentang pengajaran Yesus di luar Injil-injil yang kanonik dan karena itu dianggap sebagai teks yang berharga. Sebagian orang mengatakan bahwa Injil ini tidak menyebut-nyebut masalah kebangkitan Yesus, suatu pokok penting bagi iman orang Kristen. Namun demikian, suatu pandangan minoritas menafsirkan bahwa kata-kata pembukaan kitab ini, “Ini adalah ucapan-ucapan rahasia yang diucapkan oleh Yesus yang hidup dan yang dituliskan oleh Didimos Yudas Tomas" (terjemahan Nag Hammadi Library, 2d. edition, ISBN 0-06-066935-7) berarti bahwa ucapan-ucapan itu disajikan sebagai pengajaran Yesus Kristus setelah kebangkitan, seperti yang terlihat dari penggunaan istilah "yang hidup." Ayat terakhir kitab ini, yang menyentak banyak penafsir sebagai tambahan pada suatu masa yang belakangan, mungkin mencerminkan suatu sikap yang memusuhi perempuan (misogini) yang umum, yang sesungguhnya tidak ditemukan di bagian-bagian lain dari teks ini, yang juga merujuk kepada “kehidupan” dalam pengertian satu-satunya, yaitu “kehidupan yang kekal”.

114. Simon Petrus berkata kepada mereka, "Suruh Maria meninggalkan kita, karena perempuan tidak pantas mendapatkan kehidupan." Yesus berkata, "Lihatlah, aku akan membimbingnya untuk menjadikannya laki-laki, sehingga ia pun dapat menjadi roh yang hidup seperti kalian laki-laki. Karena setiap perempuan yang menjadikan dirinya laki-laki akan masuk ke dalam Kerajaan Surga."

Sebagian ahli menganggap Injil ini sebagai sebuah teks gnostik, karena ditemukan di sebuah perpustakaan yang terutama sekali memuat teks-teks Gnostik. Yang lainnya menolak penafsiran ini, karena Tomas tidak memiliki mitologi Gnostisisme yang penuh seperti yang digambarkan oleh Irenaeus dari Lyons, sekitar tahun 185 atau yang diakui oleh keilmuan modern. Para sarjana yang lainnya lagi melihat peredaksian yang semakin lama bersifat semakin Gnostik bila mereka membandingkan ucapan-ucapan dalam Perjanjian Baru dengan ucapan-ucapan yang paralel dalam versi bahasa Yunani dari Injil Tomas (sekitar 200), dan ucapan-ucapan di dalam versi Koptik (sekitar 340). Tak satupun kelompok besar Kristen yang menerima Injil ini sebagai kanonik atau berwibawa.

Injil ini jelas ditulis dari sudut pandang Didimus Yudas Tomas, salah seorang dari kedua belas murid Yesus (yang muncul dalam Injil Yohanes sebagai "Tomas si peragu"). Injil ini mengklaim bahwa pernyataan-pernyataan dan perumpamaan-perumpamaan khusus (yang dicatat di dalam teks ini) dibuat hanya untuk Tomas. Namun, Injil ini adalah sebuah kumpulan dari ucapan-ucapan dan perumpamaan-perumpamaan, yang tidak mengandung kisah naratif dari kehidupan Yesus, yang dimuat oleh keempat Injil kanonik.

Injil ini penting bagi para sarjana yang meneliti Injil Q, yang, seperti Tomas, diyakini sebagai kumpulan dari ucapan-ucapan atau ajaran-ajaran Yesus. Meskipun tidak ada satu salinan pun dari Q yang pernah ditemukan, kenyataan bahwa Tomas adalah sebuah Injil yang berisi ucapan-ucapan Yesus, oleh sebagian orang dipahami sebagai petunjuk bahwa seorang Kristen perdana memang menulis kumpulan dari ucapan-ucapan Yesus, dan dengan demikian mereka merasa bahwa Injil Tomas membuat teori Q semakin dapat dipercaya.

Injil Tomas dan Yesus Historis
Para pakar modern menggunakan tiga kriteria untuk menetapkan apakah yang mungkin telah diajarkan oleh Yesus yang historis: banyak kesaksian, perbedaan, dan kredibilitas kontekstual. Banyak sarjana modern yakin bahwa Injil Tomas ditulis secara independen dari Perjanjian Baru, dan karena itu merupakan pembimbing yang bermanfaat bagi penelitian Yesus yang historis.

Dengan menemukan ucapan-ucapan dalam Injil Tomas yang bertumpang tindih dengan Q, Markus, Matius, Lukas, Yohanes dan Paulus, para pakar merasa bahwa ucapan-ucapan itu mewakili “banyak kesaksian” dan karenanya kemungkinan besar berasal dari Yesus yang historis, daripada ucapan-ucapan yang hanya dipersaksikan sekali saja, seperti halnya kebanyakan bahan dalam Yohanes.

Injil Tomas juga telah digunakan oleh para teoris mitisis Kristus, seperti misalnya Earl Doherty, penulis The Jesus Puzzle, dan Timothy Freke, penulis The Jesus Mysteries, bahwa kekristenan tidak berawal pada Yesus historis, melainkan sebagai suatu adaptasi Yahudi terhadap agama-agama misteri Yunani. Kumpulan ajaran yang dihubungkan dengan Yesus mewakili bagian inisiasi ke dalam rahasia-rahasia dari agama mereka.

Injil Tomas dianggap oleh beberapa individu sebagai satu penemuan yang paling penting dalam memahami Kekristenan perdana di luar Perjanjian Baru. Kitab ini memberikan kesaksian tentang kepelbagaian yang luar biasa di dalam Kekristenan perdana, dan pemahaman-pemahaman yang sangat berbeda tentang Yesus. Kitab ini juga menjadi jendela ke dalam pandangan dunia dari budaya kuno ini dan jendela ke dalam perdebatan-perdebatan serta pergumulan-pergumulan di kalangan Kekristenan perdana, dan hubungan serta perpecahannya dengan Yudaisme.

Perbedaan antara Berbagai Terjemahan
Dalam menerjemahkan teks-teks kuno, seringkali makna katanya diungkapkan hanya secara ringkas, dan, setelah diterjemahkan, harus ditransliterasikan agar maknanya dapat dipahami. Inilah yang terjadi dengan semua terjemahan, karena masing-masing mengungkapkan keterbatasn dan perubahan bahasa, dalam tugas-tugas yang menyimpang; karena cukup deskriptif, dan karena mudah digunakan dalam bahasa biasa. Dalam Injil Tomas, logion 66 adalah sebuah contoh terkenal tentang bagaimana terjemahan seringkali berbeda secara tersamar dalam transliterasinya yang sebenarnya.

66. Yesus berkata, "Perlihatkanlah kepada-Ku batu yang dibuang oleh para tukang bangunan: yaitu batu utama (keystone)." (Dari Scholars Translation - Stephen Patterson and Marvin Meyer.)

Bandingkanlah terjemahan di atas dengan penafsiran di bawah:
66. Yesus berkata, "Ajarilah Aku mengenai batu ini yang dibuang oleh para tukang bangunan; inilah batu penjuru (corner stone)." (Edisi Brill.)

Penggunaan kata "batu penjuru", dalam edisi Brill edition, tidak akurat untuk makna ini, dan kata yang tepat adalah "batu utama" (keystone), seperti dalam terjemahan Patterson-Meyer. Untuk memahami perbedaannya, kita harus memikirkan sepenuhnya perumpamaan ini serta maksudnya. Seperti dalam semua perumpamaan Kristen, makna yang lebih dalam mencerminkan sebuah kisah moral. Dalam hal ini, maknanya diperoleh dengan membandingkan pembangunan sebuah gapura:

Dalam memilih batu-batu untuk gapura, batu-batu yang paling aneh bentuknya, yang tidak berguna, ditolak, dan dibuang. Para tukang bangunan memilih batu penjuru terlebih dulu; batu-batu itu harus kuat, berbentuk persegi empat dan harus berfungsi baik sebagai fondasi. Sementara masing-masing tiang yang terpisah dibangun hingga ke atas, batu-batu dipilih karena bentuknya yang sedikit melengkung, untuk mempertemukan puncak tiang-tiangnya.

Akhirnya, batu utama harus dipilih. Batu ini harus mempunyai sudut yang sangat tajam untuk memungkinkan sifat-sifat dari kedua belah gapura itu: Menurut perumpamaan Yesus, inilah batu yang pertama-tama ditolak, berdasarkan perhitungan pertama para tukang bangunan, dan baru setelah semua batu yang lain telah dipasang, maka batu utama ini akan kelihatan manfaatnnya.

Perbandingan Injil Tomas dengan Perjanjian Baru
Injil Tomas tidak menyapa Yesus sebagai "Kristus" atau "Tuhan" seperti dalam Perjanjian Baru, melainkan semata-mata dengan namanya, "Yesus." Injil Tomas juga tidak menyebut-nyebut doktrin-doktrin Kristen yang klasik seperti Setan, iblis, Kedatangan yang kedua kali, dosa, atau tanda-tanda. Namun demikian, Injil ini memuat sejumlah perumpamaan yang serupa dengan apa yang ditemukan dalam Injil-injil kanonik yang mengandung tema-tema termasuk neraka, hukuman kekal, surga, Kerajaan Allah, mujizat (perintah Yesus kepada para pengikutnya untuk menyembuhkan orang lain), dan keselamatan.

Injil Tomas tidak memuat daftar keduabelas rasul, meskipun memang disebutkan nama Yakobus yang Adil secara khusus ("Di mana pun engkau berada engkau harus pergi kepada Yakobus yang Adil, karena demi dialah langit dan bumi diciptakan"); Simon Petrus; Matius; Tomas, yang dipanggil khusus dan menerima tiga pokok penyataan; Maria; dan Salome. Meskipun Maria Magdalena dan Salome disebutkan di antara murid-murid, Injil-injil kanonik dan “Kisah” hanya menyebutkan nama laki-laki, dan membuat pembedaan antara “murid-murid” dan kelompok “murid” yang dua belas orang— suatu istilah bahasa Yunani yang tidak muncul dalam Tomas — dengan berbagai daftar nama yang membuat keduabelas orang itu kanonik. Meskipun Yakobus yang Adil sering disebut-sebut secara positif, yang biasanya dianggap sebagai orang Kristen yang “pro-sunat”, Injil Tomas pun menolak sunat.

Murid-muridnya berkata kepadanya, "Apakah sunat itu bermanfaat atau tidak?" Ia menjawab mereka, "Bila bermanfaat, ayah mereka tentu sudah menghasilkan anak-anak yang sudah disunat dari ibu mereka. Sebaliknya, sunat yang sejati di dalam roh itulah yang bermanfaat dalam segala hal."

Bandingkan dengan Tomas 8 SV
8. Dan Yesus berkata, "Orang itu bagaikan seorang nelayan yang bijaksana yang menebarkan jalanya ke laut dan menariknya kembali dari laut penuh dengan ikan-ikan kecil. Di antara mereka si nelayan yang bijaksana ini menemukan seekor ikan yang bagus dan besar. Ia melemparkan semua ikan kecil itu kembali ke laut, dan dengan mudah memilih ikan yang besar. Barangsiapa mempunyai dua telinga yang baik hendaklah ia mendengarkan! "

dengan Matius 13:47-50
47"Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. 48Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. 49Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, 50lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi."

Perhatikan bahwa Tomas membedakan antara ikan-ikan yang besar dan kecil, sementara Matius membedakan antara ikan-ikan yang baik dan yang tidak baik. Lebih jauh, versi Tomas hanya menyebutkan seekor ikan yang tinggal, sementara versi Matius menyiratkan banyak ikan yang baik yang tersisa.

Cara masing-masing Injil menutup perumpamaan ini mengandung pelajaran. Versi Tomas mengundang pembaca untuk menarik kesimpulannya sendiri tentang apa yang dikatakan oleh perumpamaan itu, sementara Matius memberikan penjelasan yang menghubungkan teks itu dengan akhir zaman yang bersifat apokaliptik.

Sebuah contoh yang lain adalah perumpamaan tentang domba yang hilang, yang terdapat paralelnya dalam Matius, Lukas, Yohanes, dan Tomas.

Inilah perumpamaan tentang domba yang hilang dalam Matius 18:12-14
12"Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? 13Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. 14Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang."

Inilah perumpamaan tentang domba yang hilang dalam Lukas 15:3-7
3Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: 4"Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? 5Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, 6dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetanggan serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. 7Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

Ini adalah perumpamaan tentang domba yang hilang dalam Yohanes 10:1-18
1"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; 2tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. 3Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. 4Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. 5Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal." 6Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka. :7Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. 8Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. 9Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. 10Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. 11Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; 12sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. 13Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.

14Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku 15sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. 16Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. 17Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. 18Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."

Dan berikut ini adalah perumpamaan tentang domba yang hilang dalam Tomas 107 SV
107. Yesus berkata, "Kerajaan itu adalah bagaikan seorang gembala yang mempunyai seratus ekor domba. Seekor di antaranya, yang terbesar, tersesat. Ia meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor dan mencari yang seekor itu hingga ia menemukannya. Setelah berusaha keras, ia mengatakan kepada domba itu, Aku mengasihi engkau lebih daripada yang sembilan puluh sembilan."

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Injil_Tomas.
naskah di atas sudah diedit tanpa mengurangi isinya

Jambore Akbar Anak-Remaja Dekenat Utara 2012

Foto-foto perjalanan ke t4 7an


Di dalam kapal roro





 Ada yang ceriah



Ada yang bingung

Ada yang mabok & tidur


 Tiba di tujuan – Tetap semangat






Sekilas Tentang Injil Thomas


INJIL THOMAS

Yakub Tri Handoko, Th. M.

Manuskrip Injil Thomas dalam bahasa Coptic merupakan salah satu dari penemuan di Nag Hammadi, Mesir, pada tahun 1945. Manuskrip ini merupakan teks lengkap dari Injil Thomas. Sejak penerbitan edisi fotografis pertama tahun 1959, manuskrip ini dibagi menjadi 114 logia/perkataan. Injil Thomas baru tersedia untuk konsumsi publik pada tahun 1975. Berdasarkan usia manuskrip, Injil Thomas bahasa Coptic ditulis tahun 340 M.

Selain penemuan di atas, manuskrip Injil Thomas dalam bahasa Yunani sebelumnya telah ditemukan pada tahun 1898 di Oxyrhynchus, Mesir, namun manuskrip Yunani ini tidak selengkap manuskrip Coptic. Tiga manuskrip Yunani ini selanjutnya diberi nama POxy 1 (logia §26-33), POxy 654 (logia §1-7, §30), POxy 655 (logia §24, §36-39, §77). Ketiga manuskrip ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 200 M.

Mayoritas sarjana berpendapat bahwa versi asli Injil Thomas ditulis dalam bahasa Yunani. Dengan kata lain, Injil Thomas yang ditemukan di Nag Hammadi hanyalah merupakan terjemahan kuno dari versi asli Injil Thomas. Pendapat umum ini masih dipersoalkan oleh beberapa sarjana, karena mereka menganggap versi Coptic yang ada tidak identik dengan versi Yunani.

Nama “Injil Thomas”

Nama “Injil Thomas” kemungkinan besar didasarkan pada kalimat pertama kitab ini yang berbunyi “Inilah perkataan-perkataan rahasia yang diucapkan oleh Yesus yang hidup dan yang dituliskan oleh Didymus Yudas Thomas”. Dalam bagian konklusi versi Yunani juga terdapat sebuah subscript dengan tulisan euangelion kata Qomas (“kabar baik/injil menurut Thomas). Berdasarkan nama ini para sarjana menduga kitab tersebut berasal dari bagian timur Siria, tempat legenda tentang Thomas disirkulasikan.

Kita perlu mengetahui bahwa nama Thomas tidak hanya disangkut-pautkan dengan kitab ini saja. Ada beberapa kitab lain yang dihubungkan dengan Thomas, misalnya Acts of Thomas, Infancy Gospel of Thomas maupun The Book of Thomas the Contender. Fenomena ini membuat para sarjana berdebat tentang rujukan “Injil Thomas” dalam tulisan bapa-bapa gereja abad ke-3 (Hippolytus dan Origen) dan ke-4 (Cyril dari Yerusalem) yang menyatakan kitab ini sebagai kitab gnostik yang sesat. Apakah yang dimaksud Hippolytus dalam bukunya Refutation of All Heresies 5.7.20 adalah Injil Thomas logia §4 atau kitab lain yang memakai nama Thomas? Apakah larangan di Cathechesis V untuk membaca “Injil Thomas” yang dianggap Cyril sebagai tulisan pengikut ajaran sesat Manicheanisme ditujukan pada Injil Thomas atau kitab lain? Solusi paling masuk akal adalah menerima sebutan dua bapa gereja ini apa adanya. Fakta bahwa yang dikutip oleh mereka tidak identik dengan Injil Thomas yang ditemukan mungkin harus dipahami sebagai indikasi adanya beragam tradisi/versi (bukan hanya terjemahan) Injil Thomas (Ralph P. Martin & Peter H. David, “The Gospel of Thomas” in Dictionary of the Later New Testament and Its Developments). Dugaan ini juga bisa menjelaskan kemiripan dan perbedaan yang ada antara Injil Thomas Coptic dan Injil Thomas Yunani.

Pengaruh penemuan Injil Thomas

Sama seperti kitab-kitab injil non-kanonik lainnya, penemuan Injil Thomas turut memicu perdebatan para sarjana sehubungan dengan isu tentang tradisi awal kekristenan. Para sarjana liberal menganggap apa yang tertulis dalam Injil Thomas merupakan salah satu versi kekristenan yang kemudian didesak dan dimusnahkan oleh kekristenan ortodoks yang dominan. Khusus berkaitan dengan Injil Thomas, perdebatan menjadi lebih ramai karena sebagian sarjana liberal – terutama John Dominic Crossan - berpendapat bahwa Injil Thomas ditulis lebih dahulu daripada kitab injil kanonik (sekitar tahun 50 M).

Berdasarkan dugaan pentarikhan seperti di atas, mereka menganggap Injil Thomas lebih otoritatif daripada keempat Injil kanonik. Injil Thomas juga dapat menjadi sumber utama dalam menyelidiki Yesus Sejarah (Historical Jesus). Sikap ini paling jelas terlihat dalam pandangan penganut Jesus Seminar, yaitu kumpulan sarjana dan orang awam yang berusaha menentukan apakah ucapan dan tindakan Yesus di dalam Alkitab benar-benar berasal dari Yesus atau hanya sekedar penafsiran para penulis Alkitab. Dalam mengambil keputusan terhadap suatu teks, penganut Jesus Seminar memberikan otoritas yang lebih kepada Injil Thomas. Hasil penelitian mereka dipublikasikan dengan judul The Five Gospels: What Did Jesus Really Say?, di mana yang dimaksud dengan injil kelima adalah Injil Thomas.

Ada beberapa argumen yang mereka paparkan untuk mendukung pentarikhan Injil Thomas yang lebih awal. Pertama, Injil Thomas berisi banyak tradisi yang tidak terdapat dalam kitab-kitab injil kanonik. Urutan dalam Injil Thomas pun tidak sama dengan kitab injil kanonik (Earl Doherty). Menurut estimasi mereka, sekitar separuh dari Injil Thomas tidak ada kesamaannya dengan catatan Perjanjian Baru. Hal ini dianggap mereka sebagai bukti bahwa apa yang tertulis dalam Injil Thomas kemungkinan besar berasal dari tradisi lisan secara langsung. Mereka juga menambahkan bahwa karena tradisi lisan mulai kurang berperan paruh kedua abad ke-1 M, maka Injil Thomas kemungkinan ditulis sekitar pertengahan abad ke-1 M.

Kedua, Injil Thomas memuat sebagian perkataan yang ada di dalam Q, yaitu sumber tertulis hipotetikal yang dipakai oleh Matius dan Lukas. Mereka selanjutnya membagi Q menjadi 3 tingkat sesuai perkembangan dari dokumen ini: Q1, Q2 dan Q3. Berdasarkan penyelidikan mereka, 37 perkataan dalam Injil Thomas sesuai dengan Q1 dan Q2, sementara tidak ada satu pun yang sesuai dengan Q3. Karena Q merupakan dokumen kuno yang dipakai oleh para penulis kitab injil kanonik dan Injil Thomas memuat bahan yang sama dengan Q pada tahap-tahap awal, maka Injil Thomas pasti ditulis jauh lebih dahulu daripada kitab injil kanonik, terutama Matius dan Lukas.

Ketiga, Injil Thomas memuat beberapa hal yang bertentangan dengan Injil Yohanes. Menurut Elaine Pagels dalam bukunya Beyond Belief (2003), beberapa teks dalam Injil Yohanes hanya dapat dipahami dalam terang Injil Thomas. Menurut dia, Injil Yohanes ditulis untuk menyerang keberadaan “komunitas Thomas” yang memegang konsep teologi seperti tercermin dalam Injil Thomas. Ia memberikan contoh dari figur Thomas di Injil Yohanes yang negatif (11:16; 14:5 dan - terutama – 20:24-29). Kisah tentang Thomas yang mencucukkan tangannya ke tubuh Yesus dianggap sebagai serangan penulis Injil Yohanes terhadap konsep doketisme (ajaran yang menganggap Yesus tidak sungguh-sungguh memiliki tubuh manusiawi) yang dianut oleh “komunitas Thomas” yang cenderung gnostik. Karena Injil Yohanes ditulis untuk menyerang “komunitas Thomas”, maka Injil Thomas pasti ditulis jauh sebelum Injil Yohanes.

Keempat, Injil Thomas memiliki beberapa kesamaan dengan tulisan Paulus awal – terutama 1Korintus, Galatia dan Filipi - yang tidak terdapat dalam kitab-kitab injil kanonik. Hal ini dianggap sebagai dukungan bagi pentarikhan Injil Thomas yang lebih awal, karena tulisan-tulisan Paulus tersebut ditulis sebelum empat kitab injil kanonik. Menurut mereka, Paulus mendapatkan perkataan Yesus dari tradisi yang lebih tua, sama seperti Injil Thomas.

Kelima, Injil Thomas tidak berisi konsep-konsep Gnostisisme abad ke-2 M. Injil Thomas mengajarkan konsep yang berbeda dengan tulisan-tulisan lain dari Nag Hammadi yang menyiratkan warna Gnostisisme yang sudah berkembang. Beberapa kosa kata yang tipikal gnostik abad ke-2 M tidak muncul dalam Injil Thomas, misalnya demiurgh. Selain itu, seandainya Injil Thomas memang bernuansa gnostik dan ditulis setelah kitab injil kanonik maka penulisnya pasti akan mengutip ayat-ayat tertentu yang bisa mendukung pandangan gnostik, misalnya Yohanes 8:58 “Sebelum Abraham ada, Aku selalu ada”.

Keenam, penemuan Injil Thomas bersamaan dengan kitab-kitab Nah Hammadi lain yang bernuansa gnostik tidak boleh ditafsirkan bahwa Injil Thomas juga bernuansa gnostik, apalagi Gnostisisme abad ke-2 M. Beberapa tulisan kuno lain yang non-gnostik juga ditemukan di Nag Hammadi, misalnya tulisan Plato yang berjudul Republic.

Apakah semua argumen di atas cukup untuk membuktikan bahwa Injil Thomas ditulis lebih dahulu daripada kitab injil kanonik? Seandainya iya, apakah itu berarti bahwa Injil Thomas lebih berotoritas daripada kitab injil kanonik?

Evaluasi kritis terhadap Injil Thomas

Isu Pentarikhan

Sebelum membahas tentang isu pentarikhan Injil Thomas, kita perlu bertanya lebih dahulu: “seandainya Injil Thomas memang ditulis sebelum kitab injil kanonik, apakah itu berarti bahwa Injil Thomas lebih berotoritas?” Terhadap pertanyaan ini kita pertama-tama harus mengetahui bahwa pada saat penulisan kitab injil kanonik, beberapa orang sudah mencoba menuliskan tradisi tentang Yesus. Lukas 1:1-4 secara eksplisit mengindikasikan keberadaan beberapa tulisan lain tentang Yesus sebelum penulisan Injil Lukas. Penyelidikan para sarjana pun mengarah pada keberadaan sumber-sumber tertulis tertentu yang dipakai oleh para penulis kitab injil kanonik. Sebagai contoh, Matius dan Lukas memakai Injil Markus dan Q. Di luar kitab injil kanonik, kita juga melihat penulis surat Yudas yang mengutip kitab non-kanonik Assumption of Moses (Yud 1:9) dan 1Enoch (Yud 1:14-15). Pemakaian sumber lain di luar Alkitab oleh para penulis Alkitab tidak membuktikan bahwa sumber-sumber itu lebih berotoritas daripada tulisan Alkitab.

Seandainya para penulis kitab injil kanonik memakai Injil Thomas tetapi waktu penulisannya tetap dalam periode pertengahan abad ke-1 M, maka hal itu tidak terlalu berpengaruh terhadap otoritas kitab injil kanonik, karena pada saat kitab-kitab itu ditulis para saksi mata kehidupan Yesus masih hidup sehingga mereka bisa mengecek kebenaran dari yang ditulis.

Persoalan akan menjadi lain seandainya kitab-kitab injil kanonik dianggap ditulis pada abad ke-2, sehingga sangat jauh dari peristiwa kehidupan Yesus dan para saksi mata sudah tidak ada lagi. Interval waktu yang jauh juga berpotensi mengubah cerita, karena menurut hukum transmisi tradisi, sebuah cerita memang cenderung berkembang, apalagi jika semakin jauh dari peristiwa aslinya. Pentarikhan kitab injil kanonik pada abad ke-2 M juga berarti kitab-kitab itu tidak ditulis oleh para rasul, sehingga kitab-kitab itu akan kehilangan wibawa apostolik, padahal kriteria ini sangat penting dalam proses pengakuan suatu kitab sebagai firman Allah (kanonisasi).

Walaupun kemungkinan pemakaian Injil Thomas oleh para penulis kitab injil kanonik tidak membahayakan otoritas Alkitab (sejauh kitab-kitab itu tetap ditulis pada pertengahan abad ke-1 M), penyelidikan yang teliti dan objektif justru mengarah pada suatu konklusi: penulis Injil Thomas menggunakan, mengubah dan menggabungkan tradisi tentang Yesus yang terdapat dalam kitab-kitab injil kanonik.

Hal pertama yang perlu kita ketahui adalah bagian-bagian Injil Thomas yang memiliki kemiripan dengan separuh lebih kitab-kitab Perjanjian Baru (Matius, Markus, Lukas, Yohanes, Kisah Rasul, Roma, 1-2 Korintus, Galatia, Efesus, Kolose, 1Tesalonika, 1Timotius, Ibrani, 1Yohanes, Wahyu). Fenomena ini memang bisa ditafsirkan sebagai dukungan bahwa semua penulis kitab tersebut memakai Injil Thomas sebagai sumber, namun lebih mudah dan logis kalau kita berpikir sebaliknya, yaitu Injil Thomas ditulis setelah dan memakai kitab-kitab tersebut. Hal ini akan menjadi semakin jelas apabila dikaitkan dengan nuansa gnostik dalam Injil Thomas yang menunjukkan bahwa kitab ini ditulis pada abad ke-2 M.

Kedua, beberapa bagian Injil Thomas memiliki kemiripan dengan peredaksian Matius dan Lukas atas sumbernya (Craig Blomberg, Craig Evans). Seperti sudah disinggung sebelumnya, Matius dan Lukas memakai sumber tertulis, yaitu Injil Markus dan Q. Kedua penulis tidak hanya memakai sumber itu apa adanya, tetapi mereka juga mengadakan peredaksian sesuai dengan tujuan kitab masing-masing. Perbandingan dengan Injil Thomas menunjukkan adanya kesamaan antara beberapa logia dengan hasil peredaksian tersebut. Fenomena ini – sekali lagi – memang bisa dilihat sebagai bukti bahwa Matius dan Lukas memakai Injil Thomas pada bagian-bagian yang mirip tersebut, namun lebih masuk akal apabila kita memandang sebaliknya.

Ketiga, beberapa bagian Injil Thomas juga memiliki kesamaan dengan sumber khusus yang dipakai Matius atau Lukas (Craig Evans). Sumber khusus yang ada di Injil Matius atau Injil Lukas itu dikenal dengan sebutan M (untuk Matius) dan L (untuk Lukas). Sumber khusus ini adalah sumber lokal yang dimiliki oleh Matius atau Lukas. Lebih mudah untuk melihat kemiripan antara sumber khusus ini dengan Injil Thomas sebagai bukti bahwa penulis Injil Thomas mendapatkan sumber khusus ini setelah sumber-sumber itu dipakai dalam Injil Matius dan Injil Lukas daripada berpikir sebaliknya.

Keempat, beberapa tema umum yang penting dalam masa kekristenan abad ke-1 M tidak muncul dalam Injil Thomas. Salah satu yang menonjol adalah konsep apokaliptis (kedatangan Tuhan pada akhir jaman). Pemikiran apokaliptis sudah menjadi wacana umum bagi orang Yahudi sejak abad ke-2 SM, yang ditandai dengan beredarnya berbagai tulisan apokaliptis Yahudi. Tren ini juga dianut oleh orang Kristen mula-mula, walaupun konsep mereka tentang akhir jaman berbeda dengan orang Yahudi lainnya. Konsep apokaliptis Kristiani muncul di tulisan awal kekristenan (1Tes 4:13-18) maupun kitab-kitab injil kanonik yang ditulis setelahnya (Matius 24:44; 25:31; Mar 13:26; Luk 12:40; 21:27). Berdasarkan hal ini, sulit dimengerti mengapa Injil Thomas tidak menyinggung masalah ini sama sekali (seandainya memang kitab ini ditulis pada abad ke-1 M). Lebih mudah kita melihat absennya konsep apokaliptis dalam Injil Thomas sebagai bukti bahwa kitab ini ditulis pada abad ke-2 M atau ke-3 M ketika konsep apokaliptis tidak lagi menjadi tren di kalangan orang Kristen.

Kelima, Injil Thomas mengajarkan konsep gnostik yang kental sebagaimana ditemukan dalam kitab-kitab gnostik lain pada akhir abad ke-2 M atau sesudahnya. Begitu kentalnya nuansa gnostik dalam kitab ini sampai-sampai Graham Stanton dalam bukunya The Gospels and Jesus mengatakan “pengambilan lapisan gnostik [dari kitab ini] tidak akan pernah mudah [dilakukan]” (p. 129). Berikut ini adalah beberapa contoh konsep gnostik yang ditemukan dalam Injil Thomas:
* Penekanan pada wahyu rahasia (kalimat pengantar, §13)
* Keutamaan dibandingkan “Semua” (§2; §77)
* Kritik terhadap dunia sebagai “kemabukan” (§28) dan “kemiskinan” (§3, §29)
* Penolakan terhadap dunia materi (§110)
* Perendahan terhadap wanita (logia §114)

Keenam, dalam banyak kasus terlihat jelas bahwa penulis Injil Thomas memodifikasi teks-teks kitab Injil kanonik dengan ungkapan-ungkapan yang bernuansa gnostik. Contoh: Injil Thomas 73 paralel dengan Matius 9:37-38 dan Lukas 10:2, tetapi Injil Thomas 74-75 memiliki tambahan yang sangat gnostik, terutama ayat 75 “Yesus berkata ‘banyak orang berdiri di depan pintu, tetapi orang yang menyendiri (solitary) yang akan memasuki kamar pengantin (bridal chamber)”. Ungkapan “menyendiri” dan “kamar pengantin” merupakan ungkapan khas gnostik.

Yesus Menurut Injil Thomas

Dalam Injil Thomas Yesus ditampilkan terutama sebagai pewahyu surgawi dan pengejawantahan hikmat yang hanya bisa dipahami oleh beberapa orang saja. Kalimat pertama dalam kitab ini adalah “inilah perkataan-perkataan rahasia...”. Mereka yang menerima wahyu khusus ini akan menjadi terkemuka dan mengalahkan orang banyak. Logia §2 “biarlah dia yang mencari tidak berhenti mencari sampai dia menemukan dan apabila dia sudah menemukan, dia akan terganggu. Ketika dia telah terganggu, dia akan heran dan memerintah atas semua”. Dalam logia §13 diceritakan keunggulan pengetahuan rohani Thomas dibandingkan Petrus dan Matius, sehingga Yesus pun mengatakan kepada Thomas “Aku bukanlah gurumu, karena engkau telah meminum dan mabuk dari mata air yang sama yang aku ambil”.

Yesus dalam Injil Thomas bukan hanya memberikan wahyu khusus dan membuat penerima wahyu menjadi terkemuka, tetapi Yesus juga menjanjikan konsep penyatuan ilahi-insani. Logia §108 menjanjikan “barangsiapa minum dari mulutku akan menjadi seperti aku; Aku sendiri akan menjadi orang itu dan hal-hal yang tersembunyi akan dinyatakan kepadanya”. Penyatuan ini bahkan mencakup hal-hal yang tidak berpirbadi (benda). Logia §77 “Aku adalah terang yang menyinari segala sesuatu. Aku ada di setiap tempat. Dari aku semua keluar, kepada aku semua kembali. Potonglah sebuah kayu dan di sana aku ada. Angkatlah sebuah batu dan kamu akan menemukan aku di sana”.

Yesus juga ditampilkan sebagai penyelamat, namun konsepnya sangat berbeda dengan ajaran kitab-kitab injil kanonik. Keselamatan dalam Injil Thomas didasarkan pada usaha sendiri melalui introspeksi spiritual. Logia §70 “Jika engkau mengeluarkan apa yang ada di dalammu, apa yang engkau miliki akan menyelamatkan engkau. Jika engkau tidak mengeluarkannya, apa yang tidak engkau miliki di dalammu akan membunuh engkau”.

Kredibilitas Historis Injil Thomas

Pembahasan dalam bagian “Isu Pentarikhan” telah membuktikan bahwa Injil Thomas ditulis pada abab ke-2 M (kemungkinan pada akhir abad ke-2 M). Pentarikhan ini bukan hanya menyangkal wibawa apostolik dalam Injil Thomas, tetapi juga menunjukkan bahwa kitab ini ditulis jauh setelah kehidupan Yesus. Dari peredaksian kitab ini terlihat bahwa Injil Thomas merupakan karya seorang penulis yang tidak dikenal yang berusaha mengubah dan mengumpulkan tradisi tentang Yesus dalam kitab-kitab kanonik sehingga menghasilkan sebuah kitab yang sangat bernuansa gnostik.

Jenis literatur Injil Thomas yang hanya berisi perkatan-perkataan tanpa rujukan tempat dan waktu yang spesifik menunjukkan bahwa penulisnya tidak serius dengan historisitas. Selain itu, sifat pembicaraan yang rahasia semakin meneguhkan ketidakseriusan tersebut. Hal ini sangat berbeda dengan kitab-kitab injil kanonik yang cenderung memberikan keterangan tempat, waktu maupun saksi mata.

Rendahnya kredibilitas historis Injil Thomas juga dapat dilihat dari beberapa logia yang tidak mungkin berasal dari ajaran Yesus pada awal abad ke-1 M. Contoh: Logia §53 mencatat tentang perkataan Yesus yang menyiratkan ketidakmutlakan sunat secara lahiriah. Ucapan ini sangat mungkin tidak berasal dari Yesus, karena pada jaman Yesus hidup belum banyak petobat dari kalangan non-Yahudi, sehingga sunat atau tidak bersunat belum menjadi isu pelik. Bahkan kitab-kitab injil kanonik yang ditulis tahun 60-an (setelah injil diterima berbagai bangsa) pun tidak menyinggung ucapan Yesus tentang sunat sama sekali, walaupun pada tahun 60-an sunat sudah menjadi isu (band. Kis 15:1; Gal 5:6, 11; 6:12, 15). #