Jumat, 08 Agustus 2014

Rasionalisasi Imam Kaya

Dewasa ini, melihat imam menenteng kamera DSLR atau tablet adalah hal yang biasa. Umat juga sudah pada maklum. Namun masih ada umat yang kritis. Suatu hari Romo Parlente ditanya oleh salah seorang umat.

Umat  : Romo, para imam sekarang pada kaya-kaya semua ya? Padahal mereka mengikrarkan janji atau kaul kemiskinan.

Romo  : Mana ada imam kaya. Kebanyakan mereka pada miskin koq.

Umat  : Buktinya Romo punya BB, Ipad, Samsung Galaxy, Kamera DSLR, Tablet, Laptop. Romo lain punya mobil. Ada yang pake kalung dan cincin emas.

Romo  : Kamu tahu tidak perbedaan antara orang kaya dan orang miskin?

Umat  : Apa bedanya?

Romo  : Orang kaya adalah orang yang biasanya memberi, sedangkan yang menerima adalah orang miskin. Benda-benda yang saya miliki itu merupakan pemberian umat. Saya hanya menerima. Jadi, saya ini miskin.

Umat  : %$#*&@>(%???????
Jakarta, 3 Mei 2014

by: adrian
Baca juga:
1.      Diakon Yudas
2.      Ternyata ….
3.      Dialog Imaginatif
4.      Korupsi dan Gereja
5.      Korupsi Landa Gereja
6.      Kaya Karena Yesus

Orang Kudus 8 Agustus: St. Hormisdas

SANTO HORMISDAS, MARTIR
Pada masa kejayaan Kerajaan Sasanid di Persia selama 4 abad, seni dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan dan kemajuan yang luar biasa. Demikian juga agama yang dijadikan agama nasional yang sangat berkembang, sedangkan agama Kristen dihambat sedapat mungkin. Pada abad ketiga, Raja Bahram mengalahkan Chosroes II dan dengan kejam melancarkan penganiayaan terhadap orang-orang Kristen. Raja ini suka mengorbankan manusia. Untuk itu ia tidak segan-segan memilih korbannya di antara orang-orang Kristen. Hormisdas menjadi salah satu orang pilihan untuk dijadikan korban persembahan.

Ia adalah bangsawan turunan raja dari dinasti Achemenid. Sesudah disuruh datang ke istana, ia dipaksa meninggalkan imannya dan memeluk agama nasional. Sebagai seorang pangeran yang berani, Hormisdas menjawab, “Jikalau aku lakukan apa yang engkau perintahkan, maka aku menghina Tuhanku dan melanggar, hukum-Nya. Siapa pun saja yang tidak mematuhi perintah-perintah Tuhan, tentu saja kesetiaannya kepada raja akan kendor, karena raja adalah seorang manusia biasa. Jika orang yang melanggar perintah raja dijatuhi hukuman mati, bagaimana nasib manusia yang berani melawan Allah?”

Mendengar kata-kata Hormisdas ini, raja naik darah dan menyuruh membelenggu Hormisdas. Harta miliknya disita. Ia ditugaskan menjaga kuda-kuda perang dan membersihkan kandang kuda itu. Meskipun mengalami penderitaan hebat, Hormisdas tidak bersedia menyangkal imannya. Oleh karena itu, ia dihukum mati.

Baca juga riwayat orang kudus 8 Agustus:

Renungan Hari Jumat Biasa XVIII - Thn II

Renungan Hari Jumat Biasa XVIII, Thn A/II
Bac I    Nah 1: 15; 2: 2; 3: 1 – 3, 6 – 7; Injil           Mat 16: 24 – 28;

Dalam bacaan pertama, dikisahkan bahwa Allah peduli akan bangsa pilihan-Nya. Tuhan akan memulihkan kebanggakan Yakob dan mendatangkan damai sejahtera. Tuhan juga akan melindungi umat-Nya dari para perusak, baik dalam arti rohani maupun dunia, karena Tuhan akan membinasakan mereka. Dengan perlindungan Tuhan ini, bangsa Israel akan merasa aman, karena yang lain akan takut.

Apa yang diungkapkan dalam bacaan pertama, kembali ditegaskan Tuhan Yesus dalam Injil hari ini. Yesus mengawali dengan ajakan untuk mengikuti Dia. Artinya, menjadi murid-Nya berarti melaksanakan kehendak-Nya. Hal inilah yang mendatangkan perhatian dan perlindungan Tuhan. Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia akan membalas sesuai perbuatannya.

Sabda Tuhan hari ini pertama-tama mau menyatakan kepada kita bahwa Allah peduli kepada kita. Kita dipanggil-Nya untuk menjadi murid-Nya. Untuk itu, kita musti mengikuti cara dan kehendak-Nya, meski untuk itu kita harus mengorbankan nyawa sekalipun. Perlu disadari bahwa Tuhan senantiasa membalas kita sesuai dengan perbuatan kita. Tuhan juga akan menjaga kita dari mereka yang selalu ingin membinasakan kita. Melalui sabda-Nya, Tuhan menghendaki supaya kita mau menyerahkan hidup kita kepada-Nya. Kita diajak untuk percaya kepada-Nya dalam setiap peristiwa kehidupan kita.

by: adrian