Rabu, 20 Agustus 2014

Orang Kudus 20 Agustus: St. Samuel

SAMUEL, IMAM & HAKIM ISRAEL
Samuel dikenal sebagai hakim terakhir dalam masa Perjanjian Lama. Ia memimpin Israel sebagai imam dan hakim dari tahun 1200 sampai 1020 sebelum masehi. Kisah hidupnya diceritakan dalam Kitab Pertama Samuel. Samuel adalah anak pemberian Tuhan sebagai jawaban atas doa yang tulus dari Hana ibunya yang mandul selama bertahun-tahun. Ketika berdoa di Kenisah Allah di Silo, Hana berjanji bahwa apabila Tuhan menganugerahi dia seorang anak laki-laki, ia akan mempersembahkan anak itu kepada Tuhan dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya (1Sam 1: 11).

Ketika Hana melahirkan, ia menamakan anaknya Samuel yang berarti ‘diminta dari Tuhan’, seusai dengan janjinya kepada Tuhan. Hana mempersembahkan Samuel kepada Tuhan untuk melayani Dia di kenisah Silo. Sebagai ucapan syukur, Hana menyanyikan sebuah lagu pujian untuk Tuhan (1Sam 2: 1 - 10); lagu pujian ini berabad-abad kemudian bergaung dengan sangat indah dalam Magnificat Maria (Luk 1: 46 - 55). Di Silo, Samuel berada dalam penjagaan Eli (1Sam 2: 28). Eli dan keluarganya dipilih Allah menjadi hamba-Nya untuk melayani Allah dan membawa persembahan kepadaNya. Tetapi anak-anak Eli tidak menghormati jabatan imamat yang dipercayakan Allah kepada mereka. Oleh karena itu, Tuhan memanggil Samuel dan mengatakan kepadanya bahwa ia akan menghancurkan rumah Eli (1Sam 3: 10 - 14). Tuhan mencintai Samuel dan menyertai dia, dan orang-orang Israel tahu bahwa Samuel adalah seorang nabi yang diutus Allah kepada mereka (1Sam 3: 19).

Tindakan pertama Samuel sebagai Nabi Allah ialah menghimbau seluruh umat Israel agar kembali membaharui janji mereka dengan Yahweh (1Sam 7: 3). Orang-orang Israel telah ditaklukkan oleh bangsa Filistin; tabut perjanjian sebagai tanda kehadiran Allah di antara mereka pun direbut. Tetapi Tuhan menyiksa bangsa Filistin; karena perbuatan mereka sehingga mereka mengembalikan tabut perjanjian itu kepada bangsa Israel. Pada saat itulah, Samuel menghimbau pembaharuan perjanjian dengan Yahweh, demi keselamatan mereka dari cengkraman Filistin (1Sam 7: 10 - 14). Pertentangan di antara umat tentang hal pembangunan sebuah kerajaan mencapai puncaknya pada masa Samuel. Setelah beberapa tahun memimpin Israel sebagai imam dan hakim, Samuel mengurapi anak-anaknya untuk menggantikan dia. Meski demikian mereka tidak pantas menjadi hakim atas Israel. Oleh karena itu orang Israel meminta Samuel mengurapi seorang raja bagi mereka.

Permintaan ini ditentang oleh Samuel yang tetap menghormati Yahweh sebagai satu-satunya Raja Israel (1Sam 8; 10: 17 - 19; 12). Namun umat Israel bersikeras menuntut seorang raja agar mereka sama dengan bangsa-bangsa lain (1Sam 8: 20). Akhirnya Samuel mengurapi Saul sebagai raja Israel pertama pada tahun 1020 (1Sam 10: 18). Sambil memperingatkan umat sekali lagi agar ‘takut akan Allah dan melayani Dia dalam kebenaran dan dengan segenap hati’, Samuel meletakkan jabatannya sebagai hakim Israel (1Sam 12).

Saul diperintahkan untuk menyerang dan menghancurkan bangsa Amalek, musuh utama Israel. Namun Saul enggan bahkan tidak menaati perintah Tuhan itu. Memang ia menyerang bangsa Amalek, namun ia hanya menumpas rakyat jelata dengan pedang dan ternak yang dilihatnya tidak berharga; sedangkan Agag, raja orang Amalek dan kambing-domba serta lembunya yang tambun diselamatnya (1Sam 15: 19). Oleh karena itu Tuhan kesal padanya dan segera mengutus Samuel untuk memberitahu Saul bahwa ia tak akan lama menjadi raja atas Israel (1 Sam 15: 23). Hal ini berarti bahwa jabatan kerajaan tidak bisa diturunkan kepada puteranya Yonathan. Firman Tuhan itu akhirnya menjadi nyata. Sementara Saul masih hidup, Samuel mengurapi Daud, putera bungsu dari keluarga Isai atau Yesse untuk menggantikan Saul sebagai raja atas Israel (1Sam 16: 13). Saul marah dan bangkit menyerang Daud, tetapi Daud selamat di bawah perlindungan Samuel (1Sam 19: 18). Ketika Samuel meninggal dunia, semua orang Israel berkumpul dan meratapi dia. Mereka menguburkan dia dalam rumahnya di Ramatha (1Sam 25: 1).


Baca juga riwayat orang kudus 20 Agustus
St. Bernardus

Disiplin & Pelanggarannya pada Masa Kanak-kanak

ESENSI DISIPLIN BAGI ANAK-ANAK YANG LEBIH BESAR
Bantuan dalam Mendasarkan Kode Moral
Dalam kasus anak yang lebih besar, pengajaran mengenai benar dan salah seyogianya menekankan alasan mengapa pola perilaku tertentu diterima dan mengapa pola lain tidak diterima, dan seyogianya diarahkan untuk menolong anak memperluas konsep tertentu menjadi konsep yang lebih luas, lebih abstrak.

Ganjaran
Ganjaran, seperti pujian atau perlakuan secara khusus karena berhasil mengatasi situasi sulit dengan baik, mempunyai nilai pendidikan yang kuat jika pujian dan perlakuan khusus menunjukkan pada anak bahwa ia bertindak benar dan juga jika mendorong anak untuk mengulang perilaku yang baik. Bagaimana pun juga, jikalau pujian dan perlakuan khusus harus menjadi efektif, ganjaran harus sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan anak.

Hukuman
Seperti ganjaran, hukuman harus sesuai dengan perkembangan dan harus dilakukan secara adil, kalau tidak dapat menimbulkan kebencian anak. Hukuman juga harus mendorong anak untuk menyesuaikan diri dengan harapan sosial di masa berikutnya.

Konsistensi
Disiplin yang baik selalu konsisten. Apa yang benar hari ini, besok juga harus benar dan lusa pun tetap benar. Perbuatan yang salah harus mendapatkan hukuman yang sama bila perbuatan itu setiap kali diulang, dan perbuatan yang benar juga harus mendapatkan ganjaran yang sama.

PELANGGARAN YANG UMUM PADA AKHIR MASA KANAK-KANAK
Di Rumah
      a)      Berkelahi dengan saudara-saudara
      b)     Merusak milik saudara
      c)      Bersikap kasar terhadap saudara yang dewasa
      d)     Malas melakukan kegiatan rutin
      e)      Melalaikan tanggung jawab
      f)       Berbohong
      g)      Tidak terus terang
      h)     Mencuri milik saudaranya
      i)        Sengaja menumpahkan sesuatu

Di Sekolah
      a.      Mencuri
      b.      Menipu
      c.       Berbohong
      d.      Menggunakan kata-kata kasar dan kotor
      e.      Merusak milik sekolah
      f.        Membolos
      g.      Menggangu anak-anak lain dengan mengejek, menggertak dan menciptakan gangguan
      h.      Membaca komik atau mengunyah permen karet selama pelajaran berlangsung
      i.        Berbisik-bisik, melucu atau berbuat gaduh di kelas
      j.        Berkelahi dengan teman sekelas
      k.      Minum obat-obatan terlarang, terutama marijuana, di pekarangan sekolah.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 166.

Renungan Hari Rabu Biasa XX - Thn II

Renungan Hari Rabu Biasa XX, Thn A/II
Bac I    Yeh 34: 1 – 11; Injil              Mat 20: 1 – 16a;

Bacaan pertama hari ini masih diambil dari Kitab Nabi Yehezkiel yang berisi pesan Allah yang disampaikan melalui Yehezkiel. Kali ini pesan Allah ditujukan kepada para gembala umat. Ada dua poin yang hendak ditampilkan dalam pesan Allah itu, yaitu kecaman Allah terhadap para gembala dan sikap Allah terhadap mereka. Allah mengecam para gembala karena sikap mereka hanya hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri. Mereka mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya. Atas sikap mereka ini, Allah sendiri yang akan menjatuhi hukuman kepada mereka.

Sikap para gembala, sebagimana diungkapkan Yehezkiel dalam kitabnya, bertolak belakang dengan sikap tuan empunya kebun anggur. Dia begitu peduli terhadap nasib orang yang tidak mempunyai pekerjaan. Menganggur bukan hanya memiliki dampak sosial (perasaan malu terhadap orang lain), melainkan juga soal kehidupan (kebutuhan akan makan-minum). Tuan kebun sadar akan hal itu. Maka, setiap kali ia berjumpa dengan orang yang menganggur, ia selalu mengajak mereka berkerja di kebun anggurnya. Ia memberikan apa yang dibutuhkan mereka.

Sabda Tuhan hari ini dengan tegas ditujukan kepada para pemimpin, khususnya pemimpin Gereja, yaitu uskup dan para imamnya. Mereka adalah gembala umat. Jika mau jujur, kita dapat mengatakan bahwa gambaran gembala dalam Kitab Yehezkiel tak jauh berbeda dengan kehidupan para gembala dewasa ini. Tak jarang umat dijadikan “sapi perah” atau “mesin ATM” bagi gembala umat ini. Intinya, banyak gembala sekarang lebih memperhatikan kepentingan dirinya sendiri dan tak peduli pada dombanya. Karena itu, sabda Tuhan hari ini mengajak para gembala umat untuk kembali kepada peran dan tanggung jawabnya. Tuhan menghendaki para gembala benar-benar memperhatikan kawanan domba gembalaannya.

by: adrian
Baca juga:
7.      Diakon Yudas dan Ternyata…