Senin, 16 Juli 2018

MENYIAPKAN NAMA ANAK


Ketika masih dalam rahim, calon orangtua sibuk menyiapkan pakaian dan permainan bagi anaknya. Yang sering dilupakan adalah menyiapkan nama. Orang katolik diminta untuk memberi nama anak tak jauh dari citarasa kristiani (bdk. Kan. 855). Kebanyakan umat katolik baru memikirkan nama saat mau baptis anak, sehingga sering ada perbedaan antara nama di surat lahir/akta lahir dan surat baptis; dan kadang merembet ke dokumen lainnya. Ini akan menyulitkan anak dan orangtua kelak.
Karena itu, jauh sebelum lahir, orangtua seharusnya sudah menyiapkan nama anak, yang langsung sesuai dengan nama baptis. Gereja sudah menetapkan agar nama itu tak asing dari citarasa kristiani. Nama itu bisa merujuk pada nama tokoh di Kitab Suci (Musa, Yeremia, Abraham, Samuel, dll), atau nama dari tokoh suci di Gereja (Andreas, Paulus, Monika, Agnes, dll). Dalam Gereja katolik, sebuah nama memiliki makna. Ketika anak diberi nama Monika, misalnya, selain mendapat penyertaan dari Santa Monika, juga diharapkan si anak mengikuti teladan hidup dan iman St. Monika. Maka, orangtua harus kenal dengan orang kudus dengan membaca riwayat hidupnya.
Berikut proses pemberian nama. Anak sudah bisa diprediksi kapan lahir. Misalnya, lahir antara minggu kedua dan ketiga Maret. Maka, lihatlah di kalender katolik yang memuat nama santo-santa pada bulan Maret minggu kedua dan ketiga. Dari sekian nama yang ada, mana yang berkesan. Tetapkanlah nama itu sebagai nama baptisnya, lalu tambahkan nama keluarga atau lainnya. Saat anak lahir, nama itulah yang kemudian dituliskan dalam surat lahir, dan kelak menjadi nama baptisnya.
Perlu diperhatikan juga soal penulisan nama. Usahakan tulis nama dengan benar, jangan hanya ikuti ucapan bibir kita. Misalnya, Ignasius (benar) sering ditulis Iknasius (salah). Nama santo santa bisa diubah sesuai jenis kelamin anak. Misalnya, orangtua sudah siapkan nama Gabriel, tapi anak yang lahir cewek, maka beri namanya Gabriela.
by: adrian