Senin, 29 Oktober 2012

(Inspirasi Hidup) Jangan Mudah Menyerah


BELAJAR DARI KISAH IKAN JONATHAN
Dikisahkan ada seekor ikan karnivora yang diperlihara di dalam sebuah aquarium. Sang pemiliki menamai ikan tersebut ikan Jonathan. Suatu saat, sang pemilik ingin mengerjai si ikan Jonathan dengan tidak memberinya makan selama seharian. Spontan, si ikan mendadak lemas tak berdaya di dalam aquarium, dari yang semula lincah berenang ke sana kemari.

Pada malam harinya, si pemilik memasukkan sebuah tabung kaca yang terbuka alas maupun penutupnya. Kemudian memasukkan ikan-ikan kecil yang biasa dijadikan santapan si Jonathan. Pagi harinya, nampaklah kerumunan ikan kecil segar tersebut berenang di salah satu sudut aquarium. “AHA..!! Akhirnya sarapanku datang juga”, begitu gumamnya dalam hati. Jonathan yang sudah kelaparan langsaung saja datang menyerang ingin melahap setiap ikan yang ada.

Namun, tak terpikirkan oleh Jonathan bahwa ikan kecil tadi dilindungi tabung kaca. Sehingga Jonathan tidak bisa menembusnya. Dia memikirkan cara lain, mungkin diserang dari atas. Dan “DHUAK!!”, bibir ikan Jonathan mulai jontor terantuk tabung kaca. Dicobanya kembali dari arah bawah, “DHUAK!!”. Tetap belum bisa menembus tabung kaca yang melindungi ikan kecil itu tadi.

Akhirnya si Jonathan pun menyerah. Kemudian, pada malam harinya, tanpa diketahui Jonathan, si pemiliki mengambil tabung kaca yang membatasi ikan kecil tadi. Nah, esok harinya, terlihatlah ikan kecil tadi berenang bebas. Namun si Jonathan tak bergeming untuk mendekat. Dan datanglah seekor ikan kecil menggoda Jonathan dengan berenang tepat di depan bibirnya.

“Hai Jonathaaan… Makan aku dooong”, ucap si ikan kecil

“Ndak ah, aku kapok. Nanti bibirku jontor lagi” jawab si Jonathan kalah.
***
Sahabat, demikianlah juga dalam kehidupan kita. Seringkali kita merasakan sebuah kegagalan beruntun hingga menjadikan kita berhenti. Akan tetapi kita lupa, selalu ada kemudahan bersamaan datangnya sebuah tantangan. Teruslah berusaha, karena kita tidak pernah tahu entah di kesempatan ke berapa Allah akan membuka tabir kesuksesan kita.

Orang Kudus 29 Oktober: St. Mikael Rua


Beato Mikael Rua, PENGAKU IMAN
Michael Rua pernah menjadi pendamping utama Don Bosco selama lebih dari 36 tahun, dan pengaruh kepemimpinannya sebagai pengganti pertama Don Bosco bisa dirasakan sampai ke bagian pertama abad ke-20.

Michael lahir pada tanmggal 9 Juni 1837 di Voldocco. Turino - Italia. Pada umur 8 tahun, dia kehilangan ayahnya, namun dia segera menemukan figur ayah itu di dalam diri Don Bosco. Pada tahun 1850, Don Bosco menawarkan kepadanya supaya "belajar bahasa Latin." Michael langsung mengerti apa yang dimaksudkan, dan dia menjawab bahwa dia siap belajar di seminari untuk menjadi imam.

Setelah tamat SMP [tahun 1853, umur 15 tahun], dia masuk seminari di Torino belajar filsafat. Pada tahun 1854 Michael menjadi salah satu dari kelompok Salesian yang pertama. Mulai tahun 1855 sampai dengan tahun 1860, dia menyelesaikan teologi sambil terus membantu dan mendampingi Don Bosco sebagai asisten atau guru di sekolahnya.

Don Rua [begitu dia biasa dipanggil], ditahbiskan sebagai imam pada tanggal 29 Juli 1860 di Caselle. Sebagai imam, dia selalu disamping Don Bosco dan siap sedia untuk tugas apapun. Pada saat Sri Paus mengusulkan kepada Don Bosco supaya memilih seorang vikaris [wakil], Don Bosco tanpa ragu-ragu lagi memutuskan bahwa Don Rua lah orangnya.

Setelah hidup bersama dengan Don Bosco selama hampir 36 tahun, Don Rua sangat merasakan kematian Don Bosco. Namun dalam 21 tahun kepemimpinannya, Serikat Salesian berkembang serta tumbuh dan dia sungguh menjadi pengganti Don Bosco yang baik dan setia.

Sejak awal tahun 1909, Don Rua mengalami beberapa gangguan fisik seperti phlebitis dan conjunctivitis, namun dia tetap melayani dengan penuh semangat sampai hari kematiannya tanggal 6 April 1910.

Don Rua dinyatakan oleh Gereja sebagai Hamba Tuhan pada tahun 1953 dan sebagai Beato oleh Sri Paus Paulus VI pada tahun 1972.


Renungan Hari Senin Biasa XXX - Thn II

Renungan Hari Senin Pekan Biasa XXX B/II
Bac I  Ef 4: 32 – 5: 8 ; Injil    Luk 13: 10 – 17

Hari ini Injil mengisahkan tentang Yesus yang menyembuhkan seorang ibu yang 18 tahun sakit akibat dirasuki roh pada hari sabat. Ibu itu tidak memintanya pada Yesus. Yesus sendirilah yang tergerak oleh belas kasihan langsung menyembuhkan ibu itu. Dasar tindakan Yesus adalah belas kasih dan kebaikan pada sesama.

Namun hari itu adalah hari sabat, hari yang dikuduskan oleh orang Yahudi. Konsepnya: hari sabat orang tidak boleh melakukan aktivitas. Dan seperti biasa, tindakan Yesus ini menimbulkkan konflik. Kepala rumah ibadat (dan tentu juga kaum farisi dan ahli taurat) merasa gusar dan marah.

Konflik ini disebabkan karena kepala rumah ibadat hanya memegang konsep dan ingin mempertahankan konsep: sabat sebagai sabat. Sedangkan Yesus mengusung nilai kebaikan dan belas kasih pada kemanusiaan. Kebaikan dan belas kasih pada manusia tidak biasa dibatasi oleh sebuah konsep atau aturan. Ia mengatasinya. 

Banyak dari kita yang terlalu kaku dan terpaku pada aturan atau konsep sehingga mengalahkan nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Contoh, ada seorang guru di sekolah A. Ia begitu kaku dengan konsep sekolah. Baginya sekolah A itu adalah sebatas areal di dalam pagar/tembok sekolah. Ketika ada murid merokok di luar pagas/tembok sekolah, guru ini tenang-tenang saja. Ia tidak menegur murid itu karena mereka merokok di luar sekolah. Larangan hanya berlaku di dalam sekolah.

Sabda Yesus hari ini mau mengajak kita untuk bisa menyikapi aturan atau sebuah konsep. Janganlah sebuah aturan atau konsep mengalahkan nilai-nilai kemanusiaan. Atau dengan kata lain, janganlah nilai-nilai kemanusiaan dikorbankan demi sebuah konsep.

by: adrian