Selasa, 23 September 2014

Rekreasi di Batu Jatok, Sekadau - Kalimantan Barat

Hari Minggu, selesai misa, bersama beberapa umat Paroki Nanga Taman, pergi rekreasi di Batu Jatok. Sebuah kenangan indah yang sulit terlupakan....
Salah satu bagian lokasi rekreasi yang menjadi tujuan kami
 Ada yang langsung nyebur, ada yang sibuk cari momen, dan ada juga yang sibuk bakar-bakar


 Suasana rekreasi bersama

 Ada canda ria

 Ada tawa ria
 
 Semua gembira ria


 Dalam kasih persaudaraan

Orang Kudus 23 September: St. Tekla

SANTA TEKLA, PERAWAN
Kemungkinan besar Tekla adalah murid Santo Paulus Rasul. Konon ia membatalkan pertunangannya dengan seorang pemuda, dengan maksud supaya dapat mempersembahkan dirinya kepada Tuhan secara total. Ketika Paulus berada di penjara, Tekla sering mengunjunginya. Suatu ketika ia ditangkap dan diancam hukuman mati. Tetapi ia dapat meloloskan diri dan kemudian tinggal di dalam sebuah goa dekat Seleukia


Baca juga riwayat orang kudus 23 September
St. Linus

Renungan Hari Selasa Biasa XXV - Thn II

Renungan Hari Selasa Biasa XXV, Thn A/II
Bac I    Ams 21: 1 – 6, 10 – 13; Injil                        Luk 8: 19 – 21;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Amsal. Di dalam kitabnya, penulis memberikan nasehat-nasehat bagi para pembaca, bagaimana mereka bersikap terhadap sesamanya. Penulis mengajak para pembacanya untuk senantiasa menaburkan benih-benih kebaikan dalam kehidupan sehingga dapat dirasakan dan dinikmati oleh orang lain. Salah satu bentuk kebaikan itu adalah kebenaran dan keadilan, yang bagi penulis lebih berkenan di hati Tuhan ketimbang korban bakaran. Kebenaran dan keadilan hendaknya terarah kepada siapa saja tanpa memandang sekat-sekat pemisah.

Sikap yang melampaui sekat-sekat ini juga yang ditunjukkan Tuhan Yesus dalam Injil. Ketika orang banyak menyampaikan pesan kepada Yesus bahwa keluarga-Nya ingin bertemu dengan-Nya, Tuhan Yesus malah menegaskan, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku adalah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” (ay. 21). Pernyataan ini bukan berarti Yesus tidak menghormati atau menghargai keluarga, melainkan menyatakan sikap lepas bebas dari sekat-sekat primordial. Di sini Tuhan Yesus hendak membangun suatu persekutuan persaudaraan manusia berdasarkan kebenaran dan keadilan (mendengarkan dan melakukan firman). Jadi, ikatan kekeluargaan tidak lagi sebatas ikatan darah, suku, ras atau lainnya, melainkan kehendak Allah.

Tak jarang manusia jatuh ke dalam sekat-sekat primordial, entah itu suku, ras, golongan atau pula agama. Kebaikan yang dilakukan sering hanya sebatas lingkup sekat-sekat tadi. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk menyingkirkan sekat-sekat pemisah tersebut. Kebaikan, yaitu kebenaran dan keadilan yang merupakan kehendak Allah, ditujukan kepada siapa saja tanpa memandang latar belakang suku, ras, golongan atau kelompok lainnya. Dengan menyingkirkan sekat-sekat pemisah itu, kita dapat memandang sesama sebagai saudara, dan perbedaan menjadi sebuah kekayaan.

by: adrian