Rabu, 05 Maret 2014

Alasan Bayi Tak Bahagia

SEBAB-SEBAB KETIDAKBAHAGIAAN PADA MASA BAYI
Kesehatan yang Buruk
Bayi memiliki kesehatan buruk, baik sementara maupun kronis, tidak merasa normal sehingga cenderung rewel dan mudah marah. Dalam kondisi ini tidak mungkin bayi akan merasa bahagia.

Tumbuhnya Gigi
Tumbuhnya gigi menimbulkan rasa tidak enak secara berkala, adakalanya benar-benar menyebabkan rasa sakit. Bila dalam keadaan sakit atau tidak enak, bayi cenderung mudah marah, rewel dan negativistik. Ini menyebabkan ia tidak bahagia.

Keinginan Mandiri
Dengan meningkatnya pengendalian terhadap tubuh, kebanyakaan bayi menolak bantuan orang-orang lain dan campur tangan pada saat mereka mencoba untuk mandiri. Ketidaksenangan ini ditunjukkan dengan bersikap mogok atau marah-marah.

Meningkatnya Kebutuhan kasih Sayang
Dengan bertambah lamanya waktu jaga, bayi menghendaki perhatian lebih banyak dari orang-orang lain. Kalau orang tua atau pengasuh lain tidak dapat memenuhi maka bayi menjadi marah dan rewel. Ini mengakibatkan ia dihukum oleh orang tua atau pengasuh yang ditafsirkan bahwa ia tidak dicintai dan tidak dikehendaki.

Kecewa dengan Peran Orang Tua
Pada saat bayi memasuki tahun kedua, tidak jarang orang tua yang agak kecewa dengan peran mereka sebagai orang tua, terutama mereka yang sebelumnya sangat mengagungkan peran itu. Kekecewaan ini diungkapkan dalam kurang hangatnya hubungan dengan bayi. Perubahan sikap ini mudah dirasakan oleh bayi dan tidak disukai.

Permulaan Disiplin
Setelah bayi berusia satu tahun, banyak orang tua menganggap bahwa sudah waktunya untuk memulai disiplin. Usaha menanamkan disiplin biasanya dimulai dengan menepuk, memukul, kata-kata keras dan ekspresi wajah yang marah. Setelah satu tahun hidup tanpa disiplin tidaklah mengherankan kalau bayi menafsirkan perubahan perilaku orang tua ini sebagai tanda tiadanya kasih sayang dan kehadirannya tidak dikehendaki.

Penganiayaan Anak
Kalau penanaman disiplin dilakukan dengan hukuman badan yang keras, bayi mempunyai cukup alasan untuk merasa tidak dicintai dan tidak dikehendaki. Lebih parah lagi, ia hidup dalam ketakutan akan siksaan dari orang-orang yang mengasuhnya.

Meningkatnya Kebencian Antarsaudara
Banyak anak yang pada mulanya menganggap adik bayinya sebagai “boneka yang manis” sekarang menganggapnya sebagai penganggu, terutama kalau mereka diharapkan untuk membantu merawatnya, atau kalau adik bayi mengambil milik kakaknya dan seringkali merusak. Bayi cepat merasa bagaimana perasaan kakak-kakaknya dan ini membuatnya tidak bahagia kalau berada bersama mereka. Dalam keluarga besar, di mana perawatan bayi sering diserahkan kepada kakak perempuan, bayi mengalami masa tidak bahagia karena bayi sadar tentang perasaan kakaknya dan tidak menyukai peran kakak sebagai pengganti orang tua.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 102

Orang Kudus 5 Maret: St. Eusebius Kremona

SANTO EUSEBIUS KREMONA, PENGAKU IMAN
Putera bangsawan Kremona ini pada masa mudanya mendapat pendidikan yang sangat baik dari orang tuanya. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Roma yang terkenal sebagai pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan pada masa itu. Di sana ia menjadi murid Santo Hieronimus yang ahli dalam bidang bahasa dan Kitab Suci.

Hieronimus kagum akan kesalehan, minat dan bakat Eusebius terhadap Alkitab dan ilmu-ilmu lainnya. Ia dengan senang mendidik Eusebius, bahkan menganggapnya sebagai teman dan sahabatnya. Eusebius mengikuti Hieronimus ke mana saja ia pergi, antara lain ke Yunani, Syria, Mesir dan Palestina. Akhirnya ia menetap di Bethlehem, di biara yang didirikan oleh Hieronimus.

Di biara ini Eusebius berkembang pesat dalam kesempurnaan hidup rohani sebagai seorang rahib mengikuti teladan Hieronimus. Sekali peristiwa Eusebius berangkat ke Roma. Dalam perjalanannya itu, ia berjumpa dengan Rufinus, seorang imam yang menaruh dendam pada Hieronimus dan murid-muridnya. Rufinus mencaci maki Eusebius sebagai salah seorang murid Hieronimus dengan kata-kata yang tidak sopan. Namun Eusebius yang saleh itu tidak mempedulikannya, bahkan membalas penghinaan itu dengan menolong Rufinus. Eusebius meninggal dunia pada tahun 440.

Renungan Hari Rabu Abu Tahun A

Renungan Hari Rabu Abu Tahun A/I
Injil       : Mat 6: 1 – 6, 16 – 18

Hari ini umat Katolik memulai masa prapaskah. Masa prapaskah dikenal juga sebagai masa puasa dan tobat. Puasa dan tobat ini sebagai persiapan untuk menyambut paskah, kebangkitan Tuhan Yesus. Sabda Tuhan hari ini bertemakan tentang puasa dan tobat.

Dalam bacaan pertama, Yoel mengajak umat untuk bertobat, yang dapat ditunjukkan dengan berpuasa. Bagi Nabi Yoel, dengan bertobat umat berbalik kepada Allah. Hal yang sama diungkapkan oleh Paulus dalam bacaan kedua. Dalam suratnya yang kedua kepada umat di Korintus, Paulus meminta umat untuk memberi diri berdamai dengan Allah. Dosa membuat manusia terpisah dari kasih Allah. Tobat menyatukan kembali relasi mesra manusia dengan Allah.

Dalam Injil hari ini, Yesus memberikan pengajaran tentang apa yang bisa dilakukan di masa prapaskah ini. Dan inilah yang dikehendaki Allah. Ada tiga aktivitas yang dapat dilakukan selama masa prapaskah ini, yaitu sedekah (amal kasih), berdoa dan berpuasa. Ketiga kegiatan ini dilakukan “secara tersembunyi” di mana hanya Allah saja yang tahu. Itulah yang pertama sekali diingatkan Yesus dalam pengajarannya. “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.” (ay. 1) Jadi, amal kasih, doa dan puasa, bukan untuk pamer.

Tobat dan puasa merupakan dua aktivitas yang tak bisa dipisahkan. Puasa merupakan ungkapan nyata dari pertobatan. Mengawali masa puasanya, umat Katolik diingatkan akan ritus puasa itu melalui sabda Tuhan hari ini. Tidak seperti kebiasaan banyak orang yang "pamer" puasanya dan menuntut agar orang lain menghargai puasanya, sabda Tuhan mengajak umat Katolik untuk tidak pamer.  Puasa umat Katolik merupakan urusan pribadinya dengan Tuhan (ay. 18). Umat tidak perlu minta pengertian atau belas kasih dari orang lain untuk mendukung niat dan aksi puasanya.

by: adrian