Selasa, 16 Agustus 2022

BERIMAN DALAM KESULITAN DAN TEKANAN

 

Iman Kristen bisa dipicu oleh banyak hal. Ini bisa terjadi akibat pengalaman traumatis atau yang mencerahkan, atau keinginan untuk mengatasi situasi sulit termasuk stres. Di kalangan anak muda Korea, kehidupan yang stres dalam sebuah masyarakat urban yang banyak persaingan, maju secara teknologi, iman tampaknya menjadi pendorong yang kuat. Banyak kaum muda kemudian melakukan permenungan dan menemukan koneksi dengan komunitas Gereja dan memilihnya sebagai tujuan hidup  mereka.

Rena (nama Korea-nya: You Jung-sing) berusia 22 tahun dan dibaptis empat tahun lalu setelah mengalami stres akut yang ia alami dalam mempersiapkan ujian di sekolah menengah. Ujian di sekolah menengah adalah salah satu sumber utama stres bagi kaum muda Korea. Mempersiapkan ujian mungkin adalah saat yang paling penting bagi remaja. Hampir 75 persen siswa mengikuti les privat dalam persiapan untuk ujian. Tak seorang pun ingin tertinggal dan berlomba untuk mendapatkan nilai yang baik agar bisa masuk universitas.

“Saya dibaptis pada malam Paskah,” katanya. ”Saya dididikan di sebuah sekolah Katolik sebelum masuk Jesuit University of Sogang.”

“Saya dibaptis ketika saya mengalami stres berat akibat belajar KSAT (Korea Scholastic Aptitude Test). Aku sakit pada saat itu karena terlalu banyak waktu yang dihabiskan membaca buku-buku,” jelasnya.

Bagi Rena, masalah tersebut muncul ketika ibunya yang memberikan tekanan luar biasa saat ujian akhir, yang menjadi sebuah fenomena di Korea. Seorang guru bahasa Inggris di Seoul baru-baru ini menanyakan murid-muridnya, semua berusia 16 tahun, siapa yang paling menakutkan mereka. Sejauh ini jawaban yang paling umum adalah: “ibuku!“ Orang tua di Korea memiliki harapan tinggi atas prestasi akademis anak-anak mereka.