Jumat, 20 Desember 2013

Cara SBY Hadapi Fitnah

Cukup heboh di media sosial saat ini tentang keputusan Presiden SBY menyiapkan pengacara untuk menghadapi berita-berita di jagat media yang mengandung unsur fitnah. Kiranya keputusan itu memiliki dasar yang kuat. Beberapa tahun terakhir ini Pak Beye sering mendapat “fitnah” dari rakyatnya sendiri. Bukan hanya Pak Beye saja yang mendapatkannya melainkan juga isteri dan anak-anaknya. Hal ini seakan menjatuhkan CITRA-nya.

Sepertinya SBY sudah kehabisan akal menghadapi “fitnahan” itu. Selama ini yang dilakukan hanyalah mengeluh dan curhat, entah itu di media publik atau lewat akun tweeter dan facebooknya. Sepertinya SBY sudah kehabisan bahan untuk pencitraan dirinya. Atau mungkin rakyat sudah pintar, cerdas dan muak dengan presidennya.

Apa yang dilakukan Pak Beye ini seakan mau mengatakan kepada rakyat Indonesia, khususnya yang biasa membuat ‘berita miring’ tentang beliau, “Awas, kalau macam-macam pengacaraku akan sikat kalian!” Hal ini mirip seperti anak kecil yang selalu mendapat gangguan dari teman-temannya. Bertarung, ia tidak berani. Menangis, malah diejek (koq cowok nangis?). Curhat ke teman-teman juga tidak berpengaruh. Teman-temannya masih terus mengganggu dan menggodanya. Akhirnya ia berkata, “Awas, aku bilang ke bapakku!”

Fitnah Dibalas Fitnah
Pak Beye mengatakan bahwa selama ini ia dan keluarganya selalu difitnah berkaitan dengan kasus-kasus korupsi di negeri ini. Pak Beye marah. Ia tidak suka akan fitnah. Pada acara ulang tahun LKBN Antara ke-76 di Wisma Antara, Presiden SBY berkata bahwa dirinya bisa terima kalau dihantam, diserang, dicemooh atau dihina. Hal itu menunjukkan bahwa ia masih hidup. Namun tidak dengan fitnah, karena fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Karena itulah, SBY ingin menangani para pemfitnah tersebut dengan memilih pengacara.

Menjadi pertanyaan, anggaran untuk biaya pengacara itu dari mana? Dari kantong SBY pribadi atau dari kas negara? Palmer Situmorang, sang pengacara, dalam wawancara dengan Kompas TV (19/12/2013) mengatakan bahwa SBY itu 24 jam adalah presiden. Karena itu dapat disimpulkan bahwa dirinya mewakili SBY sebagai presiden. Ini bisa mengandaikan bahwa biaya pengacara itu keluar dari kas negara karena untuk membiayai keperluan presiden. Hal ini sedikit aneh, karena biasanya ada tenaga hukum kepresidenan yang memang sudah digaji dengan uang negara. Lagi pula ada juru bicara presiden dengan keahlian khusus. Apakah itu tidak cukup? Haruskah negara mengeluarkan lagi biaya tambahan untuk itu? Akan tetapi, tidak akan menjadi masalah jika memakai uang SBY pribadi.

Hal lain yang sedikit menjadi masalah adalah soal urusan fitnah ini. SBY merasa gerah dengan berita-berita tentang dirinya dan keluarganya. Presiden SBY menilai bahwa berita-berita itu fitnah. Jadi, yang membuat atau menulis berita itu adalah pemfitnah. Saat ini orang-orang seperti itu akan “ditangani” oleh pengacaranya.

Dengan mengatakan “pemfitnah” kepada orang yang menyebarkan berita yang tidak menyenangkan dirinya, secara tidak langsung SBY bisa jatuh ke dalam pemfitnah baru. Fitnah dibalas dengan fitnah. Hal ini perlu dicermati dan disikapi baik-baik oleh Pak Beye. Mengapa saya katakan demikian?

Saya ambil contoh dari apa yang dikatakan oleh pengacara SBY tadi yang memberi contoh soal “tukar guling jabatan wakil presiden dengan kasus Century”. Berita ini dinilai sebagai fitnah. Atau soal tudingan yang melibatkan Ibas, putera SBY, juga masuk kategori fitnah. Saya tidak tahu apakah pernyataan mantan Presiden PKS yang terjerat kasus suap kuota daging sapi, Luthfi Hasan Ishaq, tentang Bunda Puteri, termasuk fitnah atau bukan. Yang jelas, ke depan orang-orang yang membuat berita seperti itu masuk kategori pemfitnah, dan siap-siaplah berhadapan dengan pengacara SBY.

Baik kasus tukar guling tadi, kasus Ibas maupun soal Bunda Putri, selama ini yang dilakukan SBY adalah membuat pernyataan pembelaan diri. Kita ambil satu contoh saja, soal tukas guling jabatan wakil presiden dan kasus Century. Selama ini, SBY bersama kader-kader Partai Demokrat, juga juru bicara kepresidenan, hanya memberikan pembenaran. Perlu disadari bahwa pembenaran itu bukanlah kebenaran.

Masyarakat tidak menemukan adanya kebenaran di balik pernyataan bantahan atas tudingan itu. Justru masyarakat, termasuk saya, dapat menemukan adanya kebenaran di balik tudingan itu. Artinya, tudingan bahwa sebagai balas budi kepada Boediyono, maka disiapkanlah jabatan wakil presiden untuk beliau, memiliki pendasaran. Ada dasar yang logis sehingga melahirkan pernyataan itu.

Memang benar bahwa kebenaran dari pernyataan itu belumlah bersifat mutlak. Kebenarannya masih harus diuji. Kebenaran diuji dengan kebenaran, bukan dengan pembenaran. Dan itu menjadi tugas pengadilan. Namun, yang mau saya katakan di sini adalah bahwa tudingan itu memiliki dasar; bukan sembarang tudingan. Apakah ini termasuk fitnah? Jelas tidak! Fitnah adalah menuduh atau mengatakan sesuatu tanpa dasar yang jelas. Jika ada dasar, itu bukanlah fitnah.

Oleh karena itu, tudingan SBY kepada orang-orang yang menyebarkan berita tak menyenangkannya sebagai pemfitnah, haruslah memiliki dasar yang kuat dan logis. Jika tidak, SBY nanti tidak dikatakan sebagai pemfitnah.

Tirulah Basuki Tjahya Purnama
Setiap orang tentu pernah menerima fitnahan. Tak sedikit juga yang dikaitkan dengan urusan uang. Akan tetapi, menghadapi berita miring soal uang ini kebanyakan orang hanya bisa membantah bahwa dirinya tidak menerima uang. Bahkan ada yang sampai bersumpah, rela digantung di monas atau sumpah yang lain. Intinya, untuk membuktikan bahwa berita itu salah, orang hanya memberikan pembenaran, bukan kebenaran.

Hanya sedikit orang, yang ketika menghadapi berita miring soal uang, tidak mau membantah dengan kata-kata, melainkan dengan bukti nyata. Basuki Tjahya Purnama, yang biasa disapa Ahok, adalah salah satunya. Ketika masa kampanye pemilukada DKI, ia dan pasangannya, Jokowi, sempat diberitakan melakukan politik uang. Ahok dan Jokowi sama sekali tidak melakukan bantahan, tetapi mereka buktikan dengan kehidupan mereka sendiri. Rakyat Jakarta memang sudah cerdas, sehingga tidak mau dikibuli dengan isu murahan tersebut.

Terakhir Ahok diberitakan menerima gaji miliyaran rupiah. Ahok tidak membantah dan menuding orang atau ormas yang membuat penyataan tersebut telah melakukan fitnah atau pencemaran nama baik. Ahok malah mengundang media dan ia menunjukkan buku tabungan dan slip penerimaan bulanannya. Tidak hanya itu, ia mempersilahkan siapa saja yang melek teknologi untuk mengunjungi situsnya, di mana di sana ada laporan keuangan pribadinya. Akhirnya masyarakat menemukan kebenaran. Namun, Ahok tetap tidak mau menuntut mereka yang telah menyebarkan berita itu.

Nah, sikap seperti inilah yang hedaknya ditiru. Daripada sibuk dengan pembenaran, alangkah lebih baik memberikan kebenaran.
Jakarta, 19 Desember 2013
by: adrian

Orang Kudus 20 Desember: St. Dominikus

SANTO DOMINIKUS, KEPALA BIARA
Dominikus, seorang anak Spanyol penggembala domba, dilahirkan pada awal abad kesebelas. Ia melewatkan sebagian besar waktunya seorang diri dengan ditemani kawanan dombanya di lembah pegunungan Pyrenees. Di sanalah ia mulai mencintai doa. Segera Dominikus menjadi seorang biarawan, seorang biarawan yang amat baik. Ia diangkat menjadi abbas (artinya pemimpin biara) dan membawa banyak kemajuan bagi biaranya.

Tetapi, suatu hari Raja Garcia III dari Navarre, Spanyol menyatakan bahwa sebagian dari harta milik biara adalah miliknya. St. Dominikus menolak memberikannya kepada raja. Ia berpendapat bahwa tidaklah benar menyerahkan harta milik Gereja kepada raja. Keputusannya ini membuat raja amat murka. Ia memerintahkan Dominikus untuk segera meninggalkan kerajaannya. Abbas Dominikus serta para biarawannya disambut dengan hangat oleh seorang raja lain, Ferdinand I dari Castile. Ferdinand mengatakan bahwa mereka boleh menempati suatu biara tua yang dikenal sebagai biara St. Sebastianus di Silos. Biara ini terletak di suatu daerah yang terpencil dan dalam keadaan rusak parah. Tetapi dengan Dominikus sebagai kepala biaranya, segera saja biara tersebut berubah penampilannya. Malahan, Dominikus menjadikannya sebagai salah satu biara yang paling terkenal di seluruh Spanyol.

St. Dominikus mengadakan banyak mukjizat dengan menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Bertahun-tahun setelah kematiannya, St. Dominikus menampakkan diri kepada seorang isteri dan ibu. Nama wanita itu ialah Yoana, sekarang dikenal sebagai Beata Yoana dari Aza. St. Dominikus mengatakan kepadanya bahwa Tuhan akan mengirimkan seorang anak laki-laki lagi kepadanya. Ketika puteranya itu lahir, Yoana memberinya nama Dominikus sebagai ungkapan rasa syukurnya. Dominikus inilah yang kelak menjadi St. Dominikus yang agung, pendiri Ordo Dominikan.

St. Dominikus dari Silos wafat pada tanggal 20 Desember 1073.

Renungan Hari Jumat Adven III - A

Renungan Hari Jumat Adven III, Thn A/II
Bac I   : Yes 7: 10 – 14; Injil         : Luk 1: 26 – 38

Dalam bacaan pertama hari ini, Yesaya memberikan ramalannya akan kehadiran Yesus, yang adalah Immanuel. Ramalan Yesaya ini mau menunjukkan kepada Raja Ahas dan juga kepada umat manusia bahwa Allah tidak tinggal diam. Allah sangat peduli akan nasib umat-Nya. Pada waktu itu ada kesan bahwa orang Israel meragukan Allah dan berpikir bahwa Allah melupakan serta meninggalkan mereka.

Ramalan Nabi Yesaya itu (7: 14) terpenuhi dalam diri Maria dan bayi dalam rahimnya, yang dikisahkan dalam Injil hari ini. Injil mengisahkan bahwa untuk mewujudkan rencana-Nya atas hidup manusia, Allah membutuhkan kerja sama dengan manusia. Yang dipilih-Nya adalah perempuan muda, yang bernama Maria. Kerendahan hati Maria dalam menerima tawaran kerja sama Allah ini berkenan di hadirat Allah.

Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa Allah tidak meninggalkan umat-Nya. Allah tetap mencintai kita dan ingin menyelamatkan kita. Akan tetapi untuk rencana keselamatan itu, Allah membutuhkan kerja sama dengan kita, manusia. Hal ini memang sudah terjadi pada Yesus. Namun saat ini pun kita tetap diharapkan kerja samanya untuk menjawab tawaran keselamatan Yesus Kristus. Salah satu wujud kerja sama itu adalah iman akan Dia.

by: adrian