Jumat, 04 Januari 2013

Panggilan Dasar OMK

PANGGILAN DASAR OMK INDONESIA
Di ujung terdepan dari gereja muda hadirlah komunitas dan pribad-pribadi Katolik Muda, Orang Muda Katolik Indonesia.

Kami adalah komunitas dan pribadi muda Katolik yang menyatukan diri kami sebagai satu komunitas iman dan yang secara personal percaya bahwa Bapa, melalui Kristus dan segenap ciptaan di alam semesta, teramat mengasihi kami, dan dalam kasih ini, mengundang kami untuk terlibat langsung dalam karya agung penciptaan-Nya.

Karya Agung ini adalah sebuah tugas perutusan, untuk bersama-sama membaktikan diri kami, bagi kemanusiaan dan kehidupan, bagi kemudaan, bagi Indonesia dan bagi Gereja kami.

Karya Agung ini hanya akan terwujud, kalau kami senantiasa mengolah dan menyempurnakan diri kami, dalam panggilan dan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan untuk mewujudkan panggilan itu, dalam talenta-talenta kehidupan yang dipercayakan pada diri kami secara khusus dan unik.

Dalam tugas perutusan kami, bagi kaum miskin dan tersingkir, bagi yang lemah dan tertindas, bagi alam lingkungan dan segenap kehidupan, bagi Indonesia dan Gereja kami, kami terus melangkah maju. Belajar dan berjuang adalah keniscayaan, berhenti dan berdiam diri adalah dosa.

Tantangan adalah kesempatan mengolah potensi, ruang dan waktu adalah papan menuliskan sejarah. Belajar dan bekerja adalah kesempatan untuk memuliakan Allah, dan dengan ini menguduskan berkat kemanusiaan yang ada pada kami yang sepenuhnya dipercayakan pada diri kami sebagai orang muda.

Dan dengan ini pula, dengan karya-karya hidup seorang Katolik Muda, dikuduskanlah pula masyarakat, tata politik-sosial-dan-ekonomi, kebudayaan, kemanusiaan, dan segenap kehidupan, dalam martabat tertingginya, buah dan tanda kasih Allah  yang terindah dan suci.

Aneka Tingkah Anjing

ADA SENYUM DLM GAMBAR






























by: adrian

Lihat juga humor lainnya:

Orang Kudus 4 Januari: St. Eisabeth Bayley

BEATA ELISABETH BAYLEY ANNA SETON, JANDA
Elisabeth lahir di New York, Amerika Serikat, pada tahun 1774 dari sebuah keluarga Anglikan yang saleh. Beberapa hari setelah kelahirannya, ia dipermandikan di Trinity Church, sebuah gereja Anglikan di New York. Ayahnya seorang dokter. Tatkala berumur 3 tahun, ibunya meninggal dunia. Ia dibesarkan oleh ayahnya dan dididik dengan penuh kasih sayang baik dalam bidang kerohanian maupun dalam bidang ilmu pengetahuan.

Pada usia 20 tahun, ia menikah dengan William Seton, seorang pedagang kaya raya. Hidup perkawinannya dengan William sangat membahagiakan. Tuhan mengaruniakan lima orang anak kepada mereka. Kelima anak ini berkembang menjadi orang-orang kristen yang saleh karena dididik secara kristiani oleh ibunya. Kepada mereka, Elisabeth selalu memberi nasehat berikut: “Rajin-rajinlah berdoa dan pergi ke gereja agar kamu selalu dekat dengan Tuhan. Aku lebih suka kamu mati daripada jiwamu tercemar oleh dosa.”

Namun kebahagiaan keluarga yang sudah lama mereka nikmati hilang seketika, tatkala William meninggal mendadak di Italia. Elisabeth bersama anak-anaknya sangat terpukul. Akan tetapi peristiwa sedih ini justru menjadi sumber rahmat dan awal suatu hidup baru bagi Elisabeth. Di Italia, Elisabeth menumpang di rumah sebuah keluarga katolik yang saleh. Ia merasa bahagia sekali karena keramah-tamahan keluarga itu. Dan karena kesaksian hidup keluarga katolik itu, Elisabeth mulai tertarik pada Gereja katolik yang satu, kudus dan apostolik. Setibanya di New York, Elisabeth mengajukan permohonan agar diterima sebagai anggota Gereja Katolik. Permohonannya dikabulkan dan ia diterima dalam pangkuan Bunda Gereja yang kudus pada tanggal 14 Maret 1805.

Keputusannya ini mendatangkan banyak tantangan baginya. Sanak saudaranya tak lagi senang bergaul dengannya dan tidak mau membantunya untuk membiayai hidup keluarganya. Meski demikian Elisabeth tetap teguh pada keyakinannya akan kebenaran yang ada di dalam Gereja katolik. Semua tantangan itu dipersembahkannya kepada Yesus, Bunda Maria dan Santo Yusuf.

Tuhan ternyata menerima persembahan Elisabeth. Pada tahun 1808, Elisabeth diminta oleh seorang pastor, pemimpin sebuah kolese di Baltimore untuk membuka dan memimpin sebuah Lembaga Pendidikan katolik bagi anak-anak puteri. Semenjak itu menyingsinglah fajar baru dalam kehidupannya. Sekolah baru ini menarik minat puteri-puteri Amerika. Tak lama kemudian dibuka lagi sebuah sekolah baru untuk menampung anak-anak katolik tanpa membeda-bedakan kemampuannya.

Tuhan sungguh dekat pada Elisabeth dan senantiasa memberkati usahanya. Lama kelamaan terbitlah dalam hatinya niat untuk menyerahkan diri secara lebih khusus kepada Tuhan. Niat ini terwujud pada tahun 1809, tatkala Elisabeth bersama beberapa gadis muridnya mengikrarkan ketiga kaul di depan uskupnya. Mereka menjadi perintis dan peletak dasar sebuah kongregasi baru: Kongregasi Suster-suster Santo Yusuf, yang berkarya di bidang pendidikan bagi puteri-puteri yang kurang bahkan tidak mampu membiayai pendidikannya. Kongregasi baru ini berkembang pesat dan disahkan oleh Uskup Agung Baltimore. Elisabeth diangkat sebagai pemimpinnya. Bekal pengalamannya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya dahulu membuat ia mampu menjadi seorang pemimpin biara yang ramah, bijaksana dan penuh kasih sayang kepada suster-susternya.

Pada tahun 1960, anggota kongregasi ini telah berjumlah 9000 orang suster. Mereka menghormati Elisabeth sebagai ibunya. Elisabeth meninggal dunia pada tanggal 4 Januari 1821 dan dinyatakan Gereja sebagai “Beata”. Karyanya bagi Gereja katolik di Amerika, khususnya di bidang pendidikan sangat besar.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Jumat Natal II-C

Renungan Hari Jumat Natal II, Thn C/I
Bac I : 1 Yoh 3: 7 – 10; Injil       : Yoh 1: 35 – 42

Injil hari ini mengisahkan panggilan murid pertama Yesus, yaitu Andreas dan saudaranya, Simon Petrus. Andreas sebelumnya adalah murid Yohanes Pembaptis. Ia tertarik pada Yesus dari pernyataan gurunya. Ketertarikan itulah yang meringankan langkah kakinya untuk mengikuti Yesus.

Yang menarik adalah ketika bertemu dengan Yesus, mereka sama sekali tidak mendapatkan jawaban lisan dari Yesus. Mungkin keterangan lisan Yesus dapat semakin memperteguh rasa ketertarikan mereka. Akan tetapi, tak ada satu kata pun untuk menjelaskan tentang Yesus. Malahan Yesus mengajak mereka untuk tinggal bersama. Dengan tinggal bersama, mereka benar-benar dapat mengenal Yesus secara lebih mendalam; dan inilah yang membuat mereka semakin tertarik. Ketertarikan itulah yang membuat Andreas mengajak Simon, saudaranya, untuk bertemu dengan Yesus.

Lewat Injil hari ini, Tuhan mau membuka mata hati kita tentang mengikuti Yesus. Memang kita tidak sama seperti Andreas yang sedikit sekali mengetahui tentang Yesus. Kita sudah banyak mengetahui tentang Dia, baik dari Kitab Suci, khususnya Injil, maupun dari pengajaran para guru kita. Namun persoalannya, apakah ada rasa ketertarikan dalam hati kita untuk mau tinggal bersama Yesus?

by: adrian