Senin, 26 Februari 2018

TUJUAN PERNIKAHAN KATOLIK: KETURUNAN & PENDIDIKAN ANAK

Minggu lalu sudah dibahas tujuan perkawinan katolik yang pertama. Tujuan perkawinan katolik yang lain adalah mewujudkan kelahiran serta pendidikan anak (Kan. 1055 §1). Ada dua hal penting yang perlu diketahui. Pertama, dari kodratnya pernikahan terarah kepada kelahiran anak. Anak diperoleh melalui hubungan suami istri secara manusiawi. Gereja menolak cara lain seperti bayi tabung. Kedua, pernikahan tidak hanya berhenti pada kelahiran anak, tapi berlanjut pada pendidikannya. Harapan Gereja adalah dari keluarga hadir generasi yang lebih baik dari sebelumnya.
Terkait dengan pendidikan anak, ada dua tempat terjadinya proses pendidikan, yaitu di rumah dan di sekolah. Di rumah, orangtua adalah pendidik pertama dan utama (Gravissium Educationis no. 3). Pendidikan sudah dimulai sejak dini, bahkan bisa dimulai sejak anak masih janin. Menciptakan suasana positif bisa mempengaruhi pertumbuhan moral dan kepribadian anak. Orangtua harus mengajari anak bagaimana bersikap dalam kehidupan: hormat kepada yang lebih tua, mau berbagi, memaafkan, jujur, dll.
Di sekolah proses pendidikan ada di tangan guru, meski peran orangtua tidak lantas hilang. Untuk menunjang proses ini, adalah kewajiban orangtua untuk menyekolahkan anak hingga ke jenjang tertinggi. Orangtua harus punya prinsip anak harus lebih dari dirinya. Kalau dia hanya tamat SMP, maka anak harus tamat SMA atau bila perlu kuliah.  Untuk itu dibutuhkan biaya. Maka tugas dan tanggung jawab orangtua mengusahakan biaya sekolah bagi anaknya.
Sangat penting juga agar orangtua memotivasi anaknya untuk terus sekolah, bukan mengikuti kemauan anak ketika anak berhenti sekolah. Orangtua juga harus tahu perkembangan anaknya di sekolah: tahu jam sekolah, kapan libur, pelajaran-pelajaran sekolah, nilai-nilai pelajaran, dll. Komunikasi dengan anak tentang sekolah sangat diperlukan, apalagi bila orangtua mau merasakan suka duka anak di sekolah.
by: adrian