Senin, 19 Agustus 2013

(Inspirasi Hidup) Arti Kehilangan

MEMAHAMI ARTI KEHILANGAN
Ada seorang perempuan yang merasa sangat kehilangan saat ditinggal mati suami yang sangat dicintainya.

Demikian besar rasa cintanya, sehingga ia memutuskan untuk mengawetkan mayat suaminya dan meletakkannya di dalam kamar.

Setiap hari, dia menangisi suaminya yang telah menemaninya bertahun-tahun. Wanita itu merasa dengan kematian suaminya, maka tidak ada lagi makna dari hidup yang dijalaninya.

Cerita tentang wanita itu terdengar oleh seorang pria bijak yang juga terkenal memiliki kesaktian yang tinggi. Didatanginya wanita tersebut, dan dia mengatakan bisa menghidupkan kembali suaminya. Dengan syarat dia meminta disediakan beberapa bumbu dapur yang mana hampir setiap rumah memilikinya.

Namun, ada syarat lain, bumbu dapur tersebut harus diminta dari rumah yang anggota keluarganya belum pernah ada yang meninggal dunia sama sekali.

Mendengar hal itu, muncul semangat di hati sang wanita tersebut. Dia berkeliling ke semua tetangga dan berbagai penjuru tempat. Setiap rumah memiliki bumbu dapur yang diminta oleh si orang bijak, tapi setiap rumah mengaku pernah mengalami musibah ditinggal mati oleh kerabatnya. Entah itu orangtua, suami, nenek, kakek, adik, bahkan ada yang anaknya sudah meninggal.

Waktu berjalan dan tidak ada satu pun rumah yang didatanginya bisa memenuhi syarat yang dibutuhkan. Hal ini menjadikan wanita tersebut sadar, bahwa bukan hanya dirinya yang ditinggal mati oleh orang yang disayanginya.

Akhirnya, dia kembali mendatangi si orang bijak dan menyatakan pasrah akan kematian suaminya. Hingga kemudian dia menguburkan mayat suaminya, dan menyadari bahwa semua orang pasti pernah mengalami masalah sebagaimana yang dihadapinya.

Pesan dari kisah di atas adalah:
Jangan pernah menganggap bahwa masalah yang ada pada kita merupakan masalah yang paling besar, sehingga kita mengorbankan waktu hanya untuk terus meratapi musibah tersebut.

Yakinlah, bahwa semua orang di dunia ini pernah mengalami musibah, apapun bentuknya. Yang membedakan adalah bagaimana seseorang menghadapi dan menyikapi masalah yang ada pada dirinya.

Sumber: http://cermot.com/memahami-arti-kehilangan.html (21 Juni 2012, jam 22:19)
Baca juga refleksi lainnya:

Devosi kepada Hati Kudus Yesus

Devosi Kepada Hati Kudus Yesus

Hati Kudus Yesus,
Hati yang penuh Cinta kasih.
Setiap anak yang datang mengaku dengan sungguh
karena penuh dosa dan kelemahan,
maka Engkau akan tergerak dengan penuh belas kasihan.
Ampunilah kami yang senantiasa melukai Hati Kudus-Mu.
Aku dengan semua kelemahan diriku
menyerahkan hatiku seutuhnya kepada-Mu

Ya Yesus,
jadilah Juruselamat dan Raja pribadiku seutuhnya.
Aku membuka hatiku lebar-lebar
dengan penuh kerinduan pada-Mu.
Masukilah hatiku ini,
walaupun nista isinya dan kotor pelatarannya
bahkan hatiku yang rusak dan penuh luka ini.
Aku percaya akan penyelenggaraan-Mu
yang senantiasa mengasihi aku terlebih dahulu.
Karena Engkau Tuhan,
sesungguhnya Engkau memang tidak membutuhkan kasihku
tetapi apa yang selama ini kurindukan adalah:
aku mengasihi-Mu Allahku
dan diriku kupersembahkan seutuhnya kepada-Mu.
Inilah permohonanku ..............................................................
Maka ampunilah kami dan seluruh dunia ini
yang senantiasa melukai Hati Kudus-Mu, ya Tuhan.

Kemuliaan...
Bapa Kami...
Salam Maria...
Kemuliaan...

Amin

Orang Kudus 19 Agustus: St. Yohanes Eudes

SANTO YOHANES EUDES, PENGAKU IMAN
Pada awal abad ke-17 berkembanglah di Perancis sebuah gerakan pembaharuan hidup rohani yang berpusat pada Kitab Suci. Gerakan mistik yang didirikan oleh Kardinal de Berulle ini lazim disebut Oratorium sesuai dengan nama tempat kelahirannya, yaitu sebuah Oratorium di Paris. Anggota-anggota gerakan ini berusaha menghayati persatuannya dengan Tuhan melalui bacaan dan renungan Kitab Suci serta kegiatan pewartaan sabda. Oratorium ini menghasilkan banyak biarawan dan imam yang saleh. Seorang dari antara mereka itu ialah Yohanes Eudes.

Yohanes lahir di Ri, dekat Argenta, Perancis, pada tahun 1601. Semenjak usia remajanya, ia sudah menunjukkan tanda-tanda kesalehan hidup yang tinggi dan ketaatan pada kehendak Allah. Pada umur 14 tahun, ia sudah berjanji hidup murni bagi Tuhan. Di sekolahnya, yaitu sebuah kolese yesuit di Caen, ia dikenal sebagai siswa yang cerdas, cekatan dan saleh. Pendidikan yesuit yang diterimanya berhasil menanamkan dalam dirinya panggilan hidup sebagai imam.

Pada tahun 1625, Yohanes ditahbiskan menjadi imam. Ia lalu menggabungkan diri dengan imam-imam lain di dalam gerakan mistik Oratorium di Paris. Di sana ia menjadi seorang pencinta Kitab Suci dan kegiatan pewartaan sabda. Kotbah-kotbahnya serta retret yang diberikannya senantiasa menyenangkan umat. Pengajarannya diteguhkan Tuhan dengan banyak mujizat sehingga umat benar-benar yakin akan kebenaran kata-katanya.

Setelah 10 tahun giat sebagai anggota gerakan mistik Oratorium, Yohanes memisahkan diri dan mengabdikan dirinya pada usaha pendidikan imam. Ia mendirikan seminari-seminari di Coutances, Liseux, Rouen, Evreux dan Rennes. Bagi pemudi-pemudi, ia mendirikan Serikat Suster-suster “Santa Perawan Maria dari Karitas”. Cabang yang terkenal dari tarekat ini ialah tarekat “Suster-suster Gembala Baik”, yang juga bekerja di Jatinegara, Jakarta.

Di tengah berbagai kesibukannya, Yohanes yang saleh ini tetap memperhatikan kehidupan rohaninya sendiri dengan berdoa, bermatiraga dan berpuasa. Jasanya yang terbesar ialah kegiatannya menyebarkan kebaktian kepada Hati Kudus Yesus dan Hati Suci Maria. Ia dikenal sebagai pemrakarsa dan promotor kebaktian itu. Buku-buku yang ditulisnya mengenai kedua kebaktian itu, antara lain: “Devosi Kepada Hati Kudus Yesus” diterbitkannya lama sebelum peristiwa penampakan Yesus kepada Suster Margaretha Maria Alocoque. Memang dalam Gereja, Yohanes Eudes tidak dipandang sebagai penganjur devosi kepada Hatri Kudus Yesus, namun kegiatan-kegiatannya untuk memajukan devosi itu sangat besar. Yohanes Eudes meninggal dunia pada tanggal 19 Agustus 1680. Penyerahan seluruh dunia kepada Hati Tak Bernoda Maria oleh Paus Pius XII merupakan penghormatan besar Gereja kepada Santo Yohanes Eudes. Ia dinyatakan ‘santo’ pada tahun 1925 oleh Paus Pius XI (1922 – 1939).

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Senin Biasa XX-C

Renungan Hari Senin Biasa XX, Thn C/I
Bac I   : Hak 2: 11 – 19; Injil        : Mat 19: 16 – 22

Injil hari ini diawali dengan pertanyaan seseorang kepada Yesus agar “memperoleh hidup yang kekal” (ay. 16). Bacaan pertama hari ini memang tidak secara langsung mengungkapkan soal “memperoleh hidup kekal”, melainkan soal malapetaka. Ketidaksetiaan orang Israel kepada kehendak dan perintah Allah membuat orang Israel mengalami penderitaan dan malapetaka. Apa yang jahat di mata Allah, dilakukan oleh orang Israel, sehingga Allah terpaksa mendatangkan malapetaka pada mereka. Oleh karena itu, umat akan terhindar dari malapetaka jika mereka melakukan ketetapan dan perintah Allah.

Hal senada diungkapkan Yesus dalam Injil. Atas pertanyaan orang yang datang kepada-Nya, Yesus mengajaknya untuk melakukan apa yang diperintahkan Tuhan kepada manusia serta kehendak-Nya. Soal perintah Tuhan, orang itu merasa sudah melakukannya (ay. 20), namun soal kehendak Allah terasa sangat berat (ay. 22). Karena itu, ia pergi dengan hati sedih. Tuhan menghendakinya agar bergantung pada-Nya, bukan kepada harta kekayaan.

Sabda Tuhan hari ini menghendaki kita untuk mengikuti kehendak Tuhan dalam setiap perjalanan hidup kita. Sekalipun sering kehendak Tuhan itu bertentangan dengan keinginan pribadi kita, misalnya seperti yang dialami orang Israel dalam bacaan pertama atau orang kaya dalam Injil, hendaklah kehendak Tuhan itu yang utama. Dengan mengikuti kehendak Allah, berarti kita menggantungkan hidup kita kepada Allah.

by: adrian