Sabtu, 01 Agustus 2015

Sekolah Katolik (Bisa) Murah


Masalah klasik dunia pendidikan kita adalah mahalnya sekolah katolik. Karena desakan kebutuhan ekonomi dan hadangan biaya sekolah katolik yang mahal, para orang tua akhirnya memilih sekolah negeri untuk anak-anaknya. Sekolah di sekolah negeri terjangkau biayanya, bahkan ada yang gratis. Memang soal kualitas pendidikan, umumnya masih di bawah sekolah-sekolah katolik. Namun orang tua lebih mementingkan aspek ekonomi.

Siapa yang salah? Jelas, dalam hal ini orang tua tidak dapat disalahkan, karena urusan memilih sekolah adalah kewenangan mutlak para orang tua. Orang tua bebas menentukan pilihan sekolah untuk anaknya (lih. Gravissimum Educationis, no. 6, Kitab Hukum Kanonik, Kan. 797). Namun dokumen konsili Vatikan II menghendaki agar orang tua menyekolahkan anaknya ke sekolah katolik (GE, no 8, lihat juga KHK, Kan 798). Memang umat katolik terpanggil untuk mendukung dan menopang sekolah-sekolah katolik (KHK, Kan 800 § 2). Memasukkan anak ke sekolah katolik merupakan salah satu wujud mendukung sekolah katolik.

Akan tetapi, mengapa sekolah-sekolah katolik mahal sehingga orang tua tidak mau menyekolahkan anaknya ke sekolah katolik? Inilah pertanyaan yang sering dilontarkan. Berbagai argumen telah dikemukakan dari pihak sekolah-sekolah katolik, yang intinya adalah pembenaran atas mahalnya biaya sekolah katolik. Dan saya tidak tertarik untuk mengulasnya lagi. Saya lebih memilih bertanya, mungkinkah sekolah katolik gratis atau murah?

Dan saya menemukan jawabannya: BISA. Bagaimana hal itu diterangkan? Saya bukan ahli pendidikan dan juga bukan ahli ekonomi. Saya hanya mau berpikir praktis. Dan dari kepraktisan itulah saya menemukan jawaban itu.

Saya mengambil contoh sekolah-sekolah katolik yang dikelola oleh yayasan milik keuskupan. Sekolah-sekolah itu tersebar di beberapa wilayah keuskupan. Ada sekolah unggulan, sekolah biasa dan sekolah “miskin”. Baik sekolah unggulan, biasa maupun “miskin” mengambil pungutan uang sekolah dari siswa untuk biaya operasional sekolah, gaji guru dan keperluan lainnya. Keunggulan sekolah unggulan bukan hanya dilihat dari sisi kemampuan intelek siswa, melainkan juga kemampuan uang sekolahnya. Sekolah ini diisi oleh murid-murid pintar dari keluarga kelas atas. Sedangkan sekolah biasa diisi oleh murid dari keluarga kelas menengah dan sekolah “miskin” dari keluarga kelas bawah.

Biasanya untuk biaya operasional sekolah, yayasan memakai sistem subsidi silang. Artinya, keuangan sekolah-sekolah unggulan membantu keuangan sekolah-sekolah “miskin” atau juga sekolah biasa. Akan tetapi, sering terdengar keluhan bahwa sekolah-sekolah unggulan hanya dilihat dan dijadikan sebagai sapi perahan. Selain itu juga, banyak anak-anak katolik yang pintar dari keluarga kelas menengah ke bawah tidak dapat masuk sekolah unggulan. Semuanya terbentur soal biaya.

Nah, bagaimana caranya agar anak-anak katolik bisa bersekolah di sekolah katolik, baik yang unggulan maupun biasa-biasa saja?

Renungan Hari Sabtu Biasa XVII - Thn I

Renungan Hari Sabtu Biasa XVII, Thn B/I
Bac I  Im 25: 1, 8 – 17; Injil                Mat 14: 1 – 12;

Hari ini bacaan pertama masih diambil dari Kitab Imamat, yang merupakan kelanjutan dari perintah Allah kepada Musa. Kali ini diceritakan tentang perintah penetapan tahun Yobel dan apa saja yang harus dilakukan oleh umat Israel. Sekalipun ada begitu banyak tuntutan, namun yang sangat menarik dari semua tuntutan itu adalah permintaan Allah kepada bangsa Israel supaya mereka tidak merugikan sesama dan harus takut kepada Allah (ay. 17). Jadi, segala ketentuan tentang perayaan tahun Yobel dilakukan demi kebaikan manusia dan kemuliaan Allah.
Apa yang hendak ditekankan dalam perayaan tahun Yobel, kembali diperlihatkan dalam Injil hari ini, dalam diri Yohanes Pembaptis. Injil hari ini menampilkan cerita Yohanes Pembaptis yang mati dibunuh oleh Raja Herodes dengan cara dipenggal kepalanya. Peristiwa ini bermula dari teguran Yohanes terhadap Herodes yang mengambil Herodias, isteri saudaranya. Teguran itu menyinggung perasaan Herodias dan juga Herodes. Mereka tidak melihat nilai di balik teguran itu, yakni martabat luhur perkawinan. Mereka mendobrak aturan itu. sikap mereka ini memperlihatkan bahwa mereka tidak takut pada Tuhan.
Sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk melihat nilai-nilai dalam kehidupan. Ada begitu banyak nilai yang berguna bagi kehidupan, karena di sana terkandung makna menjungjung harkat martabat manusia dan kemuliaan Allah. Melalui sabda-Nya hari ini Tuhan menghendaki agar kita senantiasa menaruh rasa hormat kepada Tuhan dan sesama. Dengan menghormati sesama manusia, secara tidak langsug kita sudah memuliakan Allah.***
by: adrian