Rabu, 10 Agustus 2022

BERIMAN ITU HARUS SESUAI KEHENDAK ALLAH

 

Iman merupakan tanggapan pribadi atas sapaan Allah. Dengan beriman kita menyerahkan hidup kita seluruhnya ke dalam penyelenggaraan Allah. Sebagai umat-Nya kita diminta untuk taat dan berserah pada kehendak Allah, sekalipun kehendak-Nya itu bertentangan dengan keinginan diri. Ada banyak orang beriman kepada Allah ketika keinginannya terpenuhi. Sikap iman seperti ini seperti iman bersyarat; kita beriman dengan syarat keinginan kita terpenuhi.

Iman kepada Allah itu harus tanpa syarat. Inti iman ada pada kehendak Allah pada hidup kita, bukan pada kehendak pribadi kita. Karena itu, salah satu sikap iman adalah berserah diri. Hal ini terlihat dalam ungkapan iman Bunda Maria, “Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.”

Ada contoh menarik untuk menggambarkan sikap iman tanpa syarat ini. Sikap iman itu dapat kita lihat pada kisah Tiga Pemuda: Sadrakh, Mesakh, Abednego. Mereka beriman kepada Allahnya. Ketika mereka menolak titah raja untuk menyangkal iman mereka dengan cara menyembah dewanya sang raja, mereka menghadapi ancaman hukuman mati. Akan tetapi, mereka tidak takut dan meninggalkan imannya.

Banyak orang, demi alasan keamanan, melakukan titah sang raja. Dengan kata lain, mereka meninggalkan imannya. Mereka takut, karena jika mereka tetap beriman pada Alllahnya, mereka akan mati. Mereka tahu pasti bahwa Allah tidak dapat menolong atau menyelamatkan mereka dari hukuman mati. Hanya mengikuti perintah raja saja yang bisa meluputkan mereka dari kematian. Hal ini berarti dewanya sang raja yang menyelamatkan.

Berbeda dengan Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka tahu dan sadar bahwa kesetiaan pada imannya tidak akan meluputkan mereka dari hukuman mati. Ketika Sang raja kembali memerintahkan mereka untuk menyembah dewanya, salah seorang dari ketiga pemuda itu berkata, “Jika Allah yang kami imani sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari hukuman ini. Namun jika tidak, hendaklah tuanku raja tahu, bahwa kami tidak akan beriman pada dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuan dirikan itu.”

Sadrakh, Mesakh dan Abednego memberi contoh beriman sesuai dengan kehendak Allah, bukan menurut keinginan dirinya. Sekalipun mereka akhirnya mati, mereka tetap setia pada imannya. Walau akhirnya mereka dijatuhi hukuman mati, mereka tidak meninggalkan imannya. Mereka tetap beriman pada Allah tanpa syarat.

diambil dari tulisan 7 tahun lalu